Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:41 WIB | Kamis, 04 Desember 2014

Iptek Nasional Bergerak Melambat

Peluncuran buku saku indikator iptek 2014 di Gedung Kemenristekdikti Jakarta, Rabu (3/12). (Foto:lipi.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nasional cenderung kurang menggembirakan dalam lima tahun terakhir ini. Lihat saja, kondisi iptek bergerak melambat dan bahkan bisa disebut stagnan.

“Iptek nasional Indonesia bergerak melambat dan dapat dikatakan mengalami stagnasi,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain saat peluncuran buku saku indikator iptek 2014 di Gedung Kemenristekdikti Jakarta, Rabu (3/12).

Peluncuran buku indikator iptek, dihadiri langsung oleh Menteri Ristek dan Dikti Mohamad Nasir, dan berbagai pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di lingkungan Kemenristekdikti.

Dikatakan Iskandar, stagnasi terhadap iptek tentu akan berpengaruh terhadap daya saing bangsa. “Daya saing bangsa sangat bergantung pada tingkat penguasaan iptek, dan ini dapat dilihat melalui kegiatan penelitian, penerapan, serta pemanfaatan teknologi,” jelas Iskandar.

Sejak tahun 2009, lanjut Iskandar, rasio belanja penelitian dan pengembangan (Litbang) naik 0,01 persen dari 0,08 persen menjadi 0,09 persen pada tahun 2013. “Dengan kenaikan yang tidak signifikan ini, dapat dikatakan bahwa Litbang masih belum menjadi prioritas Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),” katanya.

Oleh karena itu, perlu perubahan signifikan dalam kebijakan iptek Indonesia ke depan. Salah satu langkahnya dengan membuat panduan perkembangannya ke depan melalui buku indikator iptek. “Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan agar kebijakan iptek untuk pembangunan menjadi lebih terarah,” kata Iskandar.

Deputi Bidang Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Dr. Muhamad Dimyati menuturkan, pihaknya mengapresiasi peluncuran buku indikator iptek tersebut.

“Tahun ini, LIPI melalui Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) berhasil menyusun buku indikator iptek yang berisi data dan informasi iptek dengan menggambarkan kondisi iptek saat ini,” katanya.

Ia pun berharap, data dalam buku itu dapat memberikan gambaran daya saing bangsa secara nyata. Sebab, inovasi merupakan salah satu pilar dari 12 pilar utama yang menentukan daya saing bangsa.

Di lain hal, Prof. Dr. Bambang Subiyanto, Deputi Jasa Ilmiah LIPI mengungkapkan, buku indikator iptek bisa dijadikan salah satu acuan ketika terjadi kendala dalam pengembangan iptek, khususnya riset. “Terutama, kendala itu adalah sinergi riset yang harus segera diselesaikan,” katanya.

Beberapa negara seperti Tiongkok, Jepang, dan India telah memberikan keleluasaan bagi peneliti perguruan tinggi dan lembaga Litbang untuk dapat bekerja di berbagai tempat dalam mengembangkan iptek.

“Sayangnya, Indonesia sendiri belum ada kebijakan yang mendukung mobilitas SDM peneliti agar riset bersinergi,” katanya. Padahal, pengungkit keberhasilan sinergi Litbang antara perguruan tinggi dengan lembaga Litbang ditentukan oleh interaksi double helix pada level managerial, teknik serta operasional.

“Kebijakan moneter dan keuangan masih menghambat terjadinya kerja sama antara lembaga Litbang, perguruan tinggi dan Industri. Inilah pekerjaan rumah yang harus dipecahkan bersama,” Bambang mengakhiri. (lipi.go.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home