Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 14:24 WIB | Senin, 21 Juli 2014

ISIS Usir Warga Kristen dari Mosul, Irak

Warga Kristen yang mengungsi dari kota Mosul Irak, berdoa pada hari Sabtu (19/7) di Gereja Mar Aframa di kota Qaraqoush. Mereka mengungsi akibat ancaman pembunuhan oleh ISIS atau pindah agama. (Foto dari Al Ahram/AP)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Negara Islam  atau dikenal juga Islam Sate of Iraq and Syria (ISIS) pada hari Minggu menyatakan bertanggung jawab atas pemboman mematikan di ibu kota Irak, Baghdad. Mereka mentargetkan warga Kristen  yang telah melarikan diri dari  Mosul, akibat kehilangan rumah, ancaman dan nasib yan tidak menentu di sana.

Pengungsian dari komunitas Kristen  yang telah berabad-abad  di sana akibat serangan jihadis yang menguasai  kota kedua Irak. Hal itu menyerukan solidaritas dan janji bantuan dari mantan tetangga mereka dari Islam Sunni dan para pemimpin Syiah.

Dalam pernyataan yang dimuat di situs jihad, Negara Islam (ISIS) itu memuji dua pejuang mereka yang berkebangsaan  Jerman dan Suriah , yang telah melakukan serangkaian  ledakan yang membunuh 24 orang di Baghdad pada hari Sabtu (19/7).

"Dua ksatria Islam dan pahlawan kekhalifahan, Abu Qaqa al-Almani dan Abu Abdulrahman al-Shami, menghancurkan pos-pos pemeriksaan "yang dijaga oleh tentara, polisi dan sekutu milisi Syiah,” kata pernyataan itu.

Serangan bom yang berkelanjutan  dan mematikan di Baghdad  terjadi sejak ISIS menaklukkan sebagian besar wilayah itu bulan lalu, dan memperburuk ketegangan sektarian dan mendorong Irak ke ambang perpecahan.

Ultimatum pada Kristen

Pengusiran orang Kristen dari Mosul menjadi perpindahan massal terbaru dalam tahun-tahun kekerasan yang telah mewarnai ulang kehidupan Irak dengan peta konflik etno-sektarian.

"Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan atau apa yang akan terjadi pada kami. Apakah kami akan pernah kembali ke rumah kami? Apakah pemerintah membersihkan kota dari teroris?" tanya Umm Ziyad, 35 tahun.

Dia melarikan diri Mosul pada hari Jumat  (18/7) dengan keempat anaknya dan sekarang menumpang  di rumah yang masih dalam perbaikan bersama beberapa keluarga pengungsi lainnya di kota Kristen Qaraqosh, 32 kilometer di timur Mosul.

Menurut seorang pendeta, beberapa ribu orang Kristen melarikan diri Mosul pada hari Jumat (18/7) dan hari Sabtu (19/7) menyusul ultimatum oleh penguasa baru kotaitu  untuk pindah agama, membayar pajak khusus, meninggalkan kota atau menghadapi eksekusi.

Patriark Kasdim Louis Sako mengatakan, masih ada sekitar 35.000 orang Kristen di kota itu sebelum ISIS melancarkan serangan  pembersihan  pada  9 Juni, dan  menyatakan khilafah serta membuat Mosul Irak basis utama mereka.

Dia mengatakan semua telah meninggalkan kota pada saat ultimatum terakhir pada Sabtu (19/7) siang. Sebagian besar orang Kristen yang memutuskan untuk tinggal  menghadapi nasib fatal. "Saya sudah merasa mati," kata dia kepada AFP.

Bagian Integral Irak

Banyak penduduk Mosul takut untuk berbicara dan dalam tekanan besar yang hamper tidak mungkin memiliki akses pada media massa, tapi warga dari Muslim Sunni di kota telah menyuarakan simpati bagi mantan tetangga Kristen mereka.

"Kami menganggap itu tidak adil dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam," kata seorang warga Mosul  kepada AFP melalui telepon.

"Kristen telah tinggal di Mosul selama lebih dari 1.000 tahun dan sebagian besar dari mereka adalah orang-orang top,  dokter, insinyur dan seniman kepergian mereka adalah kerugian besar bagi Mosul," kata dia.

Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, dalam sebuah pernyataan mengutuk pengusiran orang Kristen Mosul dan mendesak dunia untuk bersatu melawan jihadis Sunni (ISIS).

ISIS disebutkan  menjadi ancaman bagi kelompok agama minoritas di wilayah " yang sebelumnya mengungkapkan tanpa keraguan siifat kriminal dan teroris kelompok ini, dan bahaya yang diwakilinya melawan kemanusiaan dan warisan berabad-abad," kata dia.

Para pemimpin politik di kota-kota suci Syiah, Karbala dan Najaf, keduanya telah kepayahan di bawah beban pengungsi Syiah yang terpaksa meninggalkan rumah mereka selama enam pekan terakhir dari pertempuran, namun mereka juga membuka pintu mereka  untuk orang-orang Kristen yang mengungsi.

Ahmed Chalabi, politisi Syiah terkemuka yang dipandang sebagai salah satu penantang utama Maliki untuk menjadi perdana menteri, berpendapat bahwa pemerintah yang harus disalahkan untuk krisis terburuk di negara itu dalam beberapa tahun.

"Kristen Irak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat Irak dan telah hadir di negeri ini selama lebih dari 1.600 tahun," kata dia dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah Irak saat ini telah gagal dalam tugasnya untuk melindungi warga Irak," kata dia, dan mendesak parlemen untuk segera memilih presiden baru dan membentuk pemerintahan yang mampu menyelamatkan integritas Irak.  (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home