Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 13:09 WIB | Selasa, 21 Februari 2017

Israel Jadikan Singapura Jembatan Bisnis dengan Indonesia

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kanan) jelang pertemuan di Istana Kepresidenan di Singapura, 20 Februari 2017. Netanyahu menggelar lawatan dua hari ke Singapura. (Foto: AFP)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Singapura berusaha menahan diri untuk tidak terlalu menonjolkan kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke negara itu selama dua hari ini (20 dan 21 Februari). Tidak ada penampilan publik Netanyahu kecuali ketika ia mengunjungi sebuah sinagoge pada hari Selasa (21/2).

Tak terlalu digembar-gemborkannya kunjungan itu dikarenakan Singapura ingin menjaga 'perasaan' dua negara tetangga mereka yang berpenduduk mayoritas Muslim, Malaysia dan Indonesia. Kedua negara ini tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Selain itu, sebagian  penduduk Singapura adalah Muslim dan isu tentang Israel sangat sensitif bagi sebagian mereka.

Kendati demikian Netanyahu membawa pesan yang jelas kepada Singapura dan juga negara-negara tetangganya. Pada saat jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh PM Singapura,Lee Hsien Loong, pada hari Senin (21/2), Netanyahu mengatakan bahwa Israel dengan jelas dan sungguh-sungguh mengarahkan poros diplomasinya ke Asia.

Baca Juga

Sebagai bagian dari upaya itu, kata Netanyahu, ia akan mengunjungi Tiongkok bulan depan dan akan menerima Perdana Menteri India pada musim panas. Israel memandang peran Singapura sangat penting dalam hal ini. Terlebih lagi Singapura telah dengan terbuka mengakui  eratnyahubungan kedua negara. PM Singapura tahun lalu mengunjungi Israel dan kunjungan Netanyahu kali ini adalah kunjungan balasan.

 Menurut Ketua Dewan Ekonomi Nasional Israel yang turut serta dalam rombongan Netanyahu, Avi Simhon, kenyataan bahwa Singapura sudah secara  terbuka mengumumkan kedekatan dengan Israel bermakna betapa pentingnya hubungan  ekonomi dan keamanan kedua negara. "Pengungkapan kepada publik eratnya hubungan kedua negara sangat penting secara ekonomi karena hal itu menjadi sinyal bagi komunitas bisnis di sini untuk melakukan bisnis dengan Israel," kata Simhon, dikutip dari The Jerusalem Post.

Ia menambahkan Asia dengan cepat menjadi pasar yang penting bagi Israel. Singapura dan Australia, menjadi jembatan ke Asia.

Singapura dan Australia, kata dia, menjadi jembatan bagi Israel karena negara-negara tersebut memungkinkan menjalin hubungan bisnis bukan hanya dengan negara yang selama ini sudah memiliki hubungan yang erat seperti Tiongkok dan India, tetapi juga dengan negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Simhon mengatakan Singapura merupakan basis bagi perusahaan-perusahaan Israel yang melakukan bisnis dengan Indonesia dan Malaysia. Dengan kesediaan Singapura mengungkapkan hubungan baiknya dengan Israel,kata Simhon, sangat berarti bagi Israel.

Menurut Data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia dan Israel pada 2015 mencapai US$ 194,43 juta. Ini sekitar 0,44 persen dari nilai perdagangan Indonesia dengan Tiongkok.

Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Israel, walaupun surplus itu semakin kecil. Pada 2015 Indonesia mengekspor senilai US$ 116,71 juta ke Israel, terdiri dari US$ 8.200 minyak dan gas dan US$ 116,7 juta nonmigas.

Indonesia mengimpor dari Israel sebesar US$ 77,71 juta berupa produk nonmigas.

The Diplomat memperkirakan setiap tahun 200.000 orang Indonesia mengunjungi negara tersebut. Sejumlah perusahaan besar, termasuk Bakrie Group, ditengarai memiliki keterkaitan dengan dunia bisnis di negara yang kini dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu.

Muhammad Zulfikar Rakhmat, mahasiswa  pasca sarjana jurusan Politik Internasional di Universitas Manchester, Inggris, dalam sebuah tulisannya di Diplomat, dengan judul “The Quiet Growth of Indonesia-Israel Relations” mengatakan, kendati hubungan diplomatik tidak ada, perdagangan kedua negara tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut dia, transaksi perdagangan Jakarta dan Tel Aviv  sekitar 88 persen di antaranya adalah ekspor dari Indonesia.  Indonesia mengekspor komoditas ke Israel, sementara Israel mengirimkan produk-produk teknologi tinggi ke Indonesia.

Banyak yang meyakini hubungan bisnis Indonesia-Israel jauh lebih besar dari yang tercatat. Bukan hanya di bidang perdagangan, tetapi juga investasi. Menurut Rakhmat dalam tulisannya, pada tahun  2000, Asuransi Jasindo menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Assure Limited of Israel, untuk menyediakan asuransi kredit kepada eksportir dan importir kedua negara. Kesepakatan tersebut mendorong Jasindo membuka kantor perwakilan di Israel.

Sejumlah perusahaan lain, juga dilaporkan memiliki hubungan dagang dengan Israel.

Lebih jauh, kedua negara telah pula mendirikan organisasi-organisasi, yang kendati tidak resmi, mendukung kedekatan hubungan kedua negara. Tahun 2002  berdiri The Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC), dengan bantuan seorang Yahudi Indonesia yang tengah belajar di Israel, yaitu  Benjamin Kentang.  Kentang, mantan anggota Nahdatul Ulama dan Himpunan Mahasiswa Islam, mendirikan IIPAC  sepulang dari Israel, tempat dia kuliah dengan beasiswa dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid.

Walaupun IIPAC sudah berdiri sejak 2002, tidak banyak yang menyadarinya sebelum diluncurkan pada tahun  2010 di Jakarta. Anggotanya kini sudah mencapai 4.450 dan telah pula membentuk Indonesian Business Lobby, sebuah organisasi yang bertujuan memfasilitasi investasi Israel ke Indonesia.

Untuk meningkatkan lagi kerjasama kedua negara, pada tahun 2009 berdiri Kantor Dagang Israel Indonesia di Tel Aviv. Organisasi ini merupakan cabang dari Kantor Dagang Israel-Asia yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama ekonomi Indonesia-Israel. Organisasi ini terutama mempromosikan inisiatif dan keuntungan investasi diantara kedua negara dengan menyediakan jasa konsultasi dan dukungan lainnya kepada para investor.

Masalah Palestina

Walaupun PM Singapura, Lee Hsien Loong, April tahun lalu secara terbuka telah mengungkap hubungan dekat Israel-Singapura ketika mengunjungi negara itu, ia tetap menahan diri dan bersikap hati-hati dalam menerima Netanyahu. Dalam hal isu hubungan Israel-Palestina dan perdamaian di Timur Tengah, misalnya, Lee tetap menekankan dukungan Singapura terhadap solusi dua negara.

"Kami secara konsisten meyakini bahwa solusi dua negara antara Israel dan Palestina betapa pun sulit untuk mencapainya, adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian di kedua belah pihak," kata dia.

Lee mengakui walaupun Timur Tengah jauh dari Asia Tenggara, ia memiliki dampak karena konflik Israel-Arab adalah isu yang sangat emosional bagi kalangan Muslim, dan Singapura dikelilingi oleh negara-negar Muslim.

"Manusia dari seluruh dunia terpengaruh akan isu Palestina Israel. Kami sendiri memiliki populasi Muslim yang signifikan, yang merupakan bagian penting dari masyarakat multiras yang harmonis," kata Lee.

Singapura memiliki ikatan historis yang sangat erat dengan Singapura. Pada tahun 1965 ketika negara itu merdeka, Singapura meminta bantuan Angkatan Bersenjata Israel untuk membantu melatih dan membangun militer Singapura. Agar tidak mencolok kepada negara tetangga, Singapura menyebut para tentara Israel itu sebagai "orang-orang Meksiko."

"Israel dan Singapura adalah teman lama," kata PM Lee.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home