Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 16:02 WIB | Jumat, 21 Juli 2017

Israel Larang Pria di Bawah 50 Tahun Salat di Masjid Al Aqsa

Polisi perbatasan Israel berjaga saat orang-orang Palestina berdoa di Gerbang Lions, pintu masuk ke Kota Tua Yerusalem pada 20 Juli 2017, untuk memprotes tindakan pengamanan baru Israel di Bait Suci. (Foto: reuters.com)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Kepolisian Israel menyatakan melarang pria berusia di bawah 50 tahun memasuki Kota Tua Yerusalem untuk menunaikan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa di tengah memanasnya ketegangan terkait pengetatan pengamanan di kompleks Haram Al-Syarif.

Israel juga mengerahkan sekitar 3.000 polisi di sekitar kompleks, di depan demonstrasi warga Muslim yang menolak pemasangan detektor logam di tempat suci tersebut.

"Izin masuk ke Kota Tua dan Temple Mount (Haram Al-Syarif) akan dibatasi bagi pria berusia 50 tahun ke atas. Perempuan semua usia akan diizinkan masuk," demikian pernyataan kepolisian Israel yang dikutip kantor berita AFP.

Ketegangan meningkat setelah kepolisian Israel memasang detektor logam di pintu masuk Haram Al-Syarif, yang dikenal dengan nama Temple Mount oleh orang Yahudi, menyusul penyerangan yang menewaskan dua polisi di dekat tempat itu.

Israel membantah tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa detektor logam adalah alat keamanan rutin.

Tindakan itu membuat berang warga Palestina dan umat Islam yang menganggapnya sebagai upaya Israel untuk memperbesar kendali atas Haram Al-Syarif.

Para pemimpin Muslim mengajak jamaah untuk berdoa di jalan-jalan di dekat tempat suci daripada melalui detektor logam. Selama minggu ini, semakin banyak jamaah Palestina ikut berpartisipasi dalam salat di jalanan tersebut, terutama di malam hari. Setelah salat, sejumlah kecil pemrotes Palestina terlibat bentrok dengan polisi.

Pada Kamis (20/7) malam, polisi menembakkan peluru karet, gas air mata dan granat stun untuk membubarkan pemrotes yang menurut polisi, melemparkan batu dan botol. Paramedis dari Bulan Sabit Merah mengatakan 37 orang terluka oleh peluru karet, tiga di antaranya serius.

Ibadah Shalat Jumat selalu diikuti jamaah dalam jumlah besar dan spekulasi beredar bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin memerintahkan pelepasan detektor logam itu sebelum shalat Jumat. Namun setelah konsultasi-konsultasi dengan kepala keamanan dan anggota kabinet keamanan, Netanyahu memutuskan tidak melepasnya.

Seorang pejabat Israel mengatakan kabinet keamanan "sudah memberi kepolisian otoritas untuk mengambil keputusan apa pun guna menjamin akses bebas ke tempat suci sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban umum." (AFP)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home