Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 18:31 WIB | Selasa, 11 April 2017

ITB Kembangkan Bio-Avtur dari Minyak Kelapa

Ilustrasi. minyak kelapa dikembangkan oleh tim peneliti ITB menjadi bioavtur untuk menggantikan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang. (Foto: agro.kemenperin.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tim penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) sedang mengembangkan riset untuk memproduksi bahan bakar penerbangan ramah lingkungan atau bio-avtur yang bahan dasarnya dari minyak kelapa.

Peneliti senior dari Kelompok Keahlian Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia ITB, Tatang H Soerawidjaja, di Jakarta, hari Senin (10/4), mengatakan tim penelitiannya sudah bisa menghasilkan bahan bakar bio-avtur, yang hampir sempurna dari bahan baku minyak kelapa dan minyak inti sawit.

"Bio-avtur itu harus hidrokarbon yang panjang rantai karbonnya C10-C14, yang dipakai tengah-tengahnya yaitu C12. Minyak kelapa atau minyak inti sawit asam lemaknya persis hidrokarbon C11, C12," kata Tatang.

Dengan pengolahan tertentu, kata Tatang, minyak inti sawit dan minyak kelapa bisa menjadi hidrokarbon yang memiliki senyawa sama dengan avtur berbahan dasar fosil.

Tatang mengatakan, saat ini hidrokarbon hasil pengembangan tim penelitiannya masih terdapat senyawa oksigen sekitar 5 persen pada hidrokarbonnya. Sedangkan bahan bakar pesawat menuntut hidrokarbon tanpa oksigen, mesti dalam teorinya masih ada toleransi sedikit oksigen.

"Tim saya sudah bikin, memang masih belum sempurna, masih ada oksigennya sedikit. Kita sedang menyempurnakan lagi biar tidak ada oksigennya, persis avtur," katanya,

Ketua Ikatan Ahli Bio-energi Indonesia (IABI) itu mengakui, bio-fuel untuk pesawat yang dibuat oleh timnya lebih unggul daripada riset di Amerika Serikat yang membuat bio-avtur berbahan dasar kayu.

Menurut dia, bahan bakar yang dihasilkan dari kayu menghasilkan senyawa karbon C18, yang harus diproses lagi untuk menjadi C12 sesuai dengan senyawa avtur.

Proses tersebut, tentu memakan biaya dan waktu yang tidak lebih praktis ketimbang memproduksinya dari minyak inti sawit atau minyak kelapa.

Dia mengatakan, bahwa bahan bakar bio-avtur yang sedang dikembangkan oleh tim penelitinya bisa menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 70 persen, dibandingkan avtur berbahan dasar minyak bumi.

Tatang mengatakan, bahwa Indonesia adalah negara dengan produksi kelapa sawit melimpah di dunia. Oleh karena itu teknologi bio-avtur dari bahan baku minyak inti sawit merupakan sumber daya yang berkelanjutan. (Ant)

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home