Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 13:54 WIB | Selasa, 24 Maret 2015

Jalaluddin Rakhmat: ISIS Tak Bisa Dilepaskan dari Wahabi

Anggota Komisi VIII DPR Jalaluddin Rakhmat. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Komisi ‎VIII DPR Jalaluddin Rakhmat menilai paham yang dibawa oleh kelompok militan ISIS (Islamic State Iraq and Syria) tidak bisa dilepaskan dari paham Wahabi yang pertama kali dicetuskan seorang ulama Arab bernama Muhammad Ibnu Abdul Wahab pada tahun 1115-1201 H atau 1703-1787 M. Menurut dia, paham ini sukses menyebar luas ke suluh dunia, termasuk Indonesia.

“Semangat gerakan Wahabi ini adalah ingin mengembalikan pemurnian Islam dalam segala hal, tidak hanya berkaitan dengan ibadah, tapi budaya juga,” kata Jalaluddin kepada satuharapan.com, di Jakarta, Selasa (24/3).

Menurut sosok yang akrab disapa Kang Jalal ini, di Indonesia gerakan Wahabi masuk dalam kelompok fundamentalis radikal yang berusaha merubah praktek Keislaman yang selama ini dianut masyarakat Indonesia seperti bertawasul, ziarah kubur, dan juga tradisi membaca tahlil serta Yasin.

‎Dalam pengertian yang luas, dia melanjutkan, cara pandang Wahabi yang kemudian penafsirannya mengarah pada gerakan politik menjadikan Islam sebagai ideologi negara seperti halnya ISIS, tidak mudah dibasmi. Sebab, menurut pandangannya, hal ini bersifat ideologi yang sudah memiliki sejarah panjang dan pengaruh kuat.

‎"Inilah yang dibawa ISIS, dia bawa ideologi Wahabi, Ibnu Taimiyah dan Arabisme nya Muhammad Bin Abdul Wahab, hasilnya semua orang kafir harus dilenyapkan dari muka bumi di bawah pemerintahan Islam, dan dunia harus diatur dengan syariat Islam," ujar Kang Jalal.

Ibnu Taimiyah sendiri adalah ulama besar yang kerap menjadi rujukan kelompok Wahabi dalam menyebarkan ajaran pemurnian Islam. Hal-hal yang dianggap tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai bid'ah atau syirik.

Menurut Kang Jalal, mereka umumnya memahami Islam secara tektual dan leterlek sekaligus konservatif, serta tidak bisa membedakan mana ibadah ‎mahdhah dan ghairu mahdhah.

"Contohnya, kalau Tuhan itu digambarkan sebagai duduk di atas Arsy berkembanglah sama mereka antrofomisme. Dalam Fiqih karena Nabi berjanggut mereka juga mengharuskan orang berjanggut, penafsiran betul-betul tekstual terhadap dalil-dalil Al Quran dan Hadist. Atau potong tangan itu juga betul-betul potong tangan," kata wakil rakyat di Komisi VIII DPR itu.

Mereka, kata Kang Jalal, adalah kelompok yang gemar mengkafirkan orang tidak sepaham, tidak hanya orang muslim, orang non muslim juga dianggap kafir dan harus diperangi.

Menurut Jalal, pemahaman itu salah, karena Al Quran hanya mengizinkan membunuh orang yang memerangi. ‎"Mereka malah ambil ayat lain bunuhlah orang kafir itu dimanapun kamu temukan mereka," ujar dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home