Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:24 WIB | Jumat, 03 Juni 2016

Jambu Mete, Tanaman Lahan Gersang Bernilai Ekonomis Tinggi

Jambu mete (Anacardium occidentale, L.). (Foto: theparamanda.com)

SATUHARAPAN.COM -  Jambu mete, atau jambu monyet, yang memiliki nama ilmiah Anacardium occidentale, L., adalah jenis tanaman dari suku Anacardiaceae.  Walau "buah"-nya dapat dikonsumsi, yang lebih terkenal dari tumbuhan ini adalah kacang mete, yang juga disebut kacang mede atau kacang mente, yakni biji yang biasa dikeringkan dan digoreng untuk dijadikan berbagai macam penganan.

Kacang mete sebagai bahan baku industri makanan menempati posisi utama dibandingkan dengan jenis tree nuts lain. Harganya relatif mahal.

Selain menjadi komoditi ekspor bernilai tinggi, tanaman jambu mete ini banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya, seperti diungkap Ir M Lies Suprapti dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, dikutip dari situs diperta.jabarprov.go.id.  

Bijinya, dapat diekstrak menjadi minyak berkualitas tinggi. Kulit bijinya dapat dimanfaatkan untuk pakan unggas. Cangkang buah mete dapat menghasilkan minyak yang dinamakan cashew shell liquid, untuk mengawetkan kayu dan jala.  

Buah jambu mete dapat difermentasi untuk jenis minuman beralkohol. Buah mete dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai jambu mete, dan buah kalengan.  

Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit, mengatasi ruam-ruam pada kulit, obat luka bakar, obat pencahar, obat kumur atau sariawan, dan daun yang muda dimakan sebagai lalapan.

Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Cairan gum atau blendok yang keluar dari batang yang dilukai, dapat digunakan sebagai perekat buku yang baik, anti rayap, dan juga sebagai perekat kusen atau kayu lapis.

Jambu yang Bukan Jambu

Jambu mete, mengutip dari Wikipedia, berasal dari Brasil Tenggara. Tumbuhan ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu. Dari India, tumbuhan ini kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lain seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Sri Lanka,Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya dan India merupakan negara pemasok utama mete dunia.

Tanaman jambu mete, dikenal juga dengan berbagai nama seperti jambu mede (Sunda, dengan “e” seperti pada pengucapan bebek), jambu mété atau jambu ménté (Jawa), jambu monyèt (Medan), jambu dwipa, jambu jipang, nyambu monyèt (Bali), nyambuk nyĕbèt (Sasak), jambu érang, jambu monyé (Minangkabau), jambu dipa (Banjar), buwah monyet (Timor), buwah yaki (Manado), buwa yakis, wo yakis (Sulut), buwa yaki (Ternate, Tidore), buwa jakis (Galela),  jambu daré, jambu masong (Makasar), jampu sèrĕng, jampu tapĕsi (Bugis).

Jambu mete, merupakan tanaman pekarangan dan penghijauan, karena mampu tumbuh di lahan-lahan gersang dan gundul yang tidak dapat ditumbuhi tanaman lain. Jambu mete juga dapat menjaga kelestarian tanah dan air. Secara botani, tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae) maupun kacang-kacangan (Fabaceae), seperti tersirat pada namanya, melainkan malah lebih dekat kekerabatannya dengan mangga (suku Anacardiaceae).

Pohon jambu mete berukuran sedang, tinggi, sampai dengan 12 m, dengan tajuk melebar, bercabang-cabang, dan selalu hijau. Tajuk bisa tinggi dan menyempit, atau rendah dan melebar, bergantung pada kondisi lingkungannya.

Daun-daun terletak pada ujung ranting. Helai daun bertangkai, bundar telur terbalik, kebanyakan dengan pangkal meruncing dan ujung membundar, melekuk ke dalam, gundul. Jambu mete adalah tumbuhan berumah satu (monoesis), bunga-bunga berkelamin campuran, terkumpul dalam sebuah malai rata berambut halus. Kelopaknya berambut. Mahkotanya runcing, putih kemudian merah, berambut. Buah geluk berwarna cokelat tua, membengkok.

Tumbuhan ini dikembangkan terutama untuk diambil buahnya. Yang dikenal umum sebagai "buah", adalah bagian lunak yang membengkak berwarna kuning atau merah, sesungguhnya adalah dasar bunga (receptaculum) yang mengembang setelah terjadinya pembuahan. Buah sesungguhnya adalah bagian "monyet"-nya, bijinya yang keras, cokelat kehitaman, yang isinya dapat diolah menjadi makanan, yakni kacang mete yang lezat.

Secara tradisional kacang ini biasanya digoreng sebagai camilan teman minum teh atau kopi. Dalam kehidupan modern sekarang, kini umum dijumpai kacang mete sebagai pengisi dan penghias penganan semacam cokelat dan aneka kue.

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna), dan Nusa Tenggara Barat (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).

Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan, dan hijau. Saat ini Badan Litbang Pertanian seperti dikutip dari situs bpatp@litbang.pertanian.go.id,  telah mengoleksi beberapa varietas jambu mete di Kebun Percobaan Cikampek, Muktiharjo, dan Asembagus. Di antaranya varietas Segayung Muktiharjo 9 (SM 9) yang merupakan varietas unggul. Keunggulan varietas ini adalah mampu menghasilkan rata-rata 25,33 buah per tandan dengan produksi kacang mete 11,76 kg/pohon/tahun.

Khasiat Herbal Jambu Mete

EM Sutrisna, Domas Fitria Widyasari, Suprapto, di bawah payung Fakultas Farmasi dan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti khasiat herbal jambu mete. Melalui penelitian mengenai efek antiinflamasi ekstrak etil asetat buah jambu mete terhadap edema pada telapak kaki tikus putih, seperti dikutip dari ums.ac.id, hasilnya menunjukkan ekstrak buah jambu mete, dapat berefek dalam menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus, walaupun tim peneliti merekomendasikan penelitian  lebih lanjut. 

Sementara itu Ariyanti Sri Sulistyorini, dari Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek analgesik air rebusan kulit batang jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan efek analgesik aspirin dosis terapi pada mencit. Ariyanti dalam penelitiannya menyimpulkan, efek analgesik kulit batang jambu mete dengan dosis semakin tinggi akan memiliki efek analgesik semakin besar.

Penelitian yang dilakukan Irda Fidrianny, Komar Ruslan, Jhoni Saputra, dari Kelompok Keahlian Biologi Farmasi, Sekolah Farmasi Intitut Teknologi Bandung, menunjukkan ekstrak daun jambu mete dengan berbagai polaritas mempunyai aktivitas antioksidan. Ekstrak daun jambu mete merupakan sumber potensial antioksidan. Senyawa golongan flavonoid, fenolat, dan tanin merupakan kontributor utama dalam aktivitas antioksidan daun jambu mete.

Penelitian lain, yang dikutip dari situs Universitas Achmad Dahlan Yogyakarta, uad.ac.id, bertujuan untuk mengetahui efek antihipertensi dari ekstrak daun  jambu mete.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home