Loading...
OPINI
Penulis: Josep Purnama Widyatmadja 16:11 WIB | Senin, 29 April 2013

Jeritan Burung Cenderawasih Yang Terluka

Josep Purnama Widyatmadja

Laut Biru dan sungai hijau mengaliri ibu pertiwi
Alam dan hewan hidup rukun saling memberi.
Itulah Papua yang terletak di timur zamrud katulistiwa

Kekayaan Papua warna warni
Kayu, tembaga, emas dan ikan tak tertandingi
Memberi hidup seluruh anak negeri..
Papua mendapat julukan surga bumi
Tanah yang bebas dari desing amunisi

Cenderawasih titisan dewi suci
Membawa kedamaian dalam hati sanubari
Bagi setiap putera dan puteri
Yang merindukan tanah Papua sejahtera dan lestari
Yang menghiasi ibu pertiwi

Revolusi industri dan perdagangan rempah memerlukan ekspansi
Singa kincir mencari mangsa di seluruh bumi
Satu persatu kepulauan nusantara jatuh di tangan kompeni
Tak terkecuali burung cendrawasih

Kedamaian dan keadilan mulai terusik
Oleh raungan dan cakar singa negeri kincir
Satu persatu kepulauan ibu pertiwi
Berguguran kehilangan jati diri
Dari Sabang di negeri Serambi
Sampai ke tanah Papua tak terkecuali

Aceh, Jawa, Sulawesi dan Papua menangis
Negeri kaya dan indah tapi rakyat miskin merana
Kekayaan nusantara mengalir ke lain negara
Yang tersisa kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakadilan
Putera puteri cenderawasih mati berguguran
Dalam membela martabat negeri para dewi

Ayam berkokok fajar merekah
Indonesia merdeka harapan semua
Didirikan atas kesepakatan dan sumpah
Seluruh bangsa dan rakyat semesta

Aceh, Batak, Bugis Jawa, Tionghoa dan Papua
Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Khonghuzhu dan Budha
Semua memberikan kontribusi apa yang mereka punya

Bukan apa yang mereka tiada.
Tak ada anak tiri maupun anak emas.
Dalam negara berdasar Pancasila bersemangat bhineka tunggal ika

Burung garuda terbang di angkasa
Mendengarkan jeritan hidup rakyat Papua
Menyaksikan burung cenderawasih yang terluka
Oleh cakar dan gigi singa kincir yang perkasa

Trikora di kumandangkan
Seribu janji di ucapkan
Kemerdekaan dan keadilan bagi yang tertindas
Untuk mengusir singa kincir yang menjajah
Membalut dan menyembuhkan yang terluka

Barisan garuda berterbangan
Untuk membebaskan Papua dari kelaliman.
Singa kincir lari meninggalkan negeri
Kedaulatan anak negeri menjadi impian
Cenderawasih terbang melayang
Menelusuri gunung dan padang
Menyaksikan keindahan sungai dan lautan

Lidah tak bertulang
Seribu janji dilupakan
Demi keserakahan
Atas nama pembangunan dan kemajuan
Tanah Papua menjadi pulau jarahan

Modal asing di undang
Freeport bertandang
Dengan dukungan dollar dan senapan
Memperkosa bumi merusak lingkungan
Menguras kekayaan
Kekayaan tambang dan hutan terbang hilang.

Lima puluh tahun dalam dekapan garuda
Hutan gundul sungai tercemar
Hak rakyat di hilangkan
Atas nama negara kesatuan.

Tanah dan hutan dirampas kaum pendatang
Dari negeri sendiri maupun dari seberang.
Burung cenderawasih kembali menggerang
Takut keganasan anak garuda yang garang..

Papua tanah suci tanah damai penuh senyuman
Kembali dirundung tetesan air mata dan tangisan
Gubug derita menyelimuti hati setiap insan
Cendrawasih takut berterbangan
Jadi mangsa garuda yang ingkar

Bukan salah bunda mengandung Papua
Garuda dan cenderawasih adalah mahluk serumpun
Bukan salah garuda terbang diatas Papua
Melintasi ribuan pulau nusantara

Lalu apa yang salah di negeri ini?
Dari serambi suci sampai tanah cenderawasih?
Anak negeri terluka melukai hati
Dengan apakah anak negeri dapat disembuhkan kembali?

Garuda berhasil mengusir singa kincir
Dari tanah bumi cenderawasih
Garuda mengepakkan sayap ke seluruh negeri
Sayang sekali semua janji diingkari
Untuk membangun Papua damai lestari

Yang dibutuhkan Papua saat ini
Bukan gerojogan dollar dan amunisi
Bukan cari kambing hitam siapa yang salah
Nusantara memerlukan pemimpin sejati berhati suci
Yang mau membalut hati yang luka pedih
Yang tak mementingkan diri sendiri
Yang berani mengusir penjajah ekonomi

Semua putera puteri bermimpi Garuda dan cenderawasih terbang bersama Dari Aceh sampai tanah Papua Cenderawasih tak lagi takut garuda Cakar garuda tidak menerkam mangsa Tapi menggenggam bhineka tunggal ika Agar semua burung berhak masuk istana.

Surakarta 16 April 2013

(Disarikan dari hasil pergumulan Leadership Capacity Building 2012 “Empowering to Serve and to Heal" yang di selenggarakan oleh Center for Development and Culture)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home