Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 10:51 WIB | Jumat, 04 September 2015

Jokowi Putuskan Proyek Kereta Api Cepat Kurang Layak

Model sedang memperhatikan replika kereta cepat buatan Tiongkok (Foto: Xinhua)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo telah mengambil keputusan tentang proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Presiden berpendapat proyek tersebut kurang layak, karena lebih memadai kereta berkecepatan menengah untuk jarak yang sama.

"Keputusan Presiden adalah jangan kereta cepat, cukup kereta berkecepatan menengah atau sekitar 200-250 km per jam. Meskipun berbeda sampainya, tapi paling lambat hanya 10-11 menit. Biayanya pun berkurang jauh, bisa 30-40 persen lebih murah," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, pada hari Kamis (3/9) malam.

Oleh karena itu, menurut Darmin, apabila kedua negara masih ingin melanjutkan proyek tersebut, disarankan untuk melakukannya melalui kerjasama  "business to business" (B to B)  sehingga skema pembiayaannya tidak menggunakan APBN langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu, Jepang dan Tiongkok harus membuat proposal baru. "Dua-duanya dipersilahkan untuk membuat proposal baru dengan kerangka acuan yang kami buat dan kami rumuskan untuk kita sendiri serta menurut kita sendiri," kata Darmin.

Proposal baru harus diajukan, kata dia, karena tawaran Jepang-Tiongkok yang lama tidak menyangkut standar pemeliharaan maupun standar pelayanan serta kebutuhan kereta yang cocok bagi kondisi sosioekonomi di Indonesia.

"Kalau hanya pengembangan kereta saja, dengan kecepatan menengah, belum tentu bisa membiayai dirinya sendiri ke depan. Harus dikaitkan dengan pengembangan wilayah, di stasiun mana harus dibangun properti besar-besaran, itu harus masuk dalam kerangka acuan," sebut Darmin.

"Semua ini akan dirancang dalam skema `B to B`, bagaimana rancangannya, Kementerian BUMN nanti yang akan mengambil peran utama," jelas Darmin.

Terkait skema pemilihan investor diantara kedua negara tersebut, Darmin mengatakan akan dilakukan melalui lelang unggulan dengan tidak meniadakan salah satu peserta serta melibatkan tim negosiasi khusus.

"Dua-duanya akan dievaluasi siapa yang `bidder` unggulan, tapi yang satu tidak langsung mundur. Nanti tim akan berunding dengan `bidder` unggulan, sehingga bisa dicapai harga paling efisien dan kualitas terbaik. Kalau gagal mencapai kesepakatan, bisa pindah ke satunya lagi," ujarnya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home