Loading...
MEDIA
Penulis: Prasasta Widiadi 17:35 WIB | Sabtu, 25 April 2015

Jurnalis yang Hasilkan Berita Vulgar Tak Layak Disebut Jurnalis

Jurnalis yang Hasilkan Berita Vulgar Tak Layak Disebut Jurnalis
Para pewarta televisi mengabadikan kampanye partai politik di Stadion Tugu, Jakarta Utara, April 2014. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Jurnalis yang Hasilkan Berita Vulgar Tak Layak Disebut Jurnalis
Para pewarta televisi dan foto mengabadikan kampanye partai politik di Stadion Tugu, Jakarta Utara, April 2014.

PADANG, SATUHARAPAN.COM – Pewarta atau wartawan yang membuat berita tanpa mempertimbangkan efek buruk berita tidak layak disebut jurnalis.

“Seolah tidak ada pertimbangan efek negatif secara psikologis terhadap anak dan keluarganya. Padahal mereka tidak memiliki salah apa-apa," kata Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) pusat, Yadi Handriana saat membuka secara resmi Musyawarah Pengurus Daerah IJTI Sumbar di salah satu hotel di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (25/4).

Menurut Yadi, indikasi jurnalisme yang "vulgar" tanpa kenal batas itu sudah terlihat saat ini dari berbagai media baik televisi maupun cetak. Dia mencontohkan kasus pembunuhan Pekerja Seks Komersial (PSK) Deudeuh Tata Alisahfihrin atau yang biasa disapa Tata Chubby yang diberitakan besar-besaran oleh berbagai media.

Yadi tidak habis pikir melihat tayangan salah satu stasiun televisi  yang mengundang seorang PSK untuk datang ke studio untuk diwawancarai secara langsung seputar dunia prostitusi.

"Nilai apa yang ingin diberikan dengan tayangan itu. Tayangan yang ditonton oleh masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa," kata Deudeuh.

Kasus lain menurutnya adalah berita penangkapan terduga teroris secara besar-besaran yang pasti juga berefek negatif pada keluarga terduga.

Menurutnya, persoalan itu erat kaitannya dengan kompetensi wartawan.

“Kompetensi bukan berarti bisa membuat berita, tetapi juga keahlian untuk menilai layak atau tidak berita itu dikirim untuk ditayangkan,” kata dia.

Dia mengatakan, persoalan itu harus menjadi perhatian semua jurnalis, terutama jurnalis televisi, karena menurut survei, 90 persen referensi informasi masyarakat adalah media televisi.

Sementara itu, Ketua IJTI Sumbar Rino Zulyadi mengajak semua jurnalis televisi, terutama di Sumbar untuk masuk menjadi anggota IJTI.

Menurut dia, IJTI adalah rumah bagi jurnalis televisi sekaligus tempat untuk saling berbagi mendukung dan saling meningkatkan kompetensi.

Dia juga berharap, pengurus IJTI Sumbar ke depan juga akan lebih baik hingga bisa membawa perubahan positif bagi jurnalis televisi di daerah itu.

Sementara itu, ketua panitia pelaksana Jhon Nedy Kambang mengatakan, pelaksanaan Musda tersebut sudah mengalami beberapakali pengunduran dan sempat diwarnai pergantian kepanitiaan.

Meski demikian dia berharap, dalam Musda IJTI kali ini akan terpilih pengurus yang lebih baik agar IJTI Sumbar juga bisa semakin baik.  (Ant).

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home