Loading...
INDONESIA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:44 WIB | Minggu, 19 Agustus 2018

Kain Jumputan dan Tindes Art untuk Lombok

Kain Jumputan dan Tindes Art untuk Lombok
Aksi solidaritas untuk korban gempa Lombok oleh Lesbumi Yogyakarta dan mahasiswa ISI Yogyakarta di kawasan Titik Nol Km Yogyakarta, Sabtu (18/8) sore. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Kain Jumputan dan Tindes Art untuk Lombok
Wisatawan asal Spanyol (membelakangi kamera) yang mengikuti workshop sedang mendapatkan penjelasan tentang kain jumputan.
Kain Jumputan dan Tindes Art untuk Lombok
Kain jumputan yang sudah jadi.
Kain Jumputan dan Tindes Art untuk Lombok
Workshop tindes art.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebagai bentuk kepedulian kepada warga Lombok dan sekitarnya yang menjadi korban bencana gempa bumi, Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama mahasiswa ISI Yogyakarta berbagai jurusan bersolidaritas menggalang dana untuk korban melalui workshop pembuatan kain jumputan (tie dye) dan tindes art  bagi wisatawan pejalan kaki di kawasan Titik Nol Km Yogyakarta, Sabtu (18/8) sore.

"Kita menggalang dana dengan membuat workshop sederhana pembuatan kain jumputan (tie dye) dan tindes art. Bahan dan peralatan sudah kita siapkan. Teman-teman mengajari prinsip dasarnya hingga menjadi sebuah karya," jelas  Awalludin 'Udin' G Mualif penanggung jawab kegiatan yang juga ketua Lesbumi DI Yogyakarta kepada satuharapan.com.

Lebih lanjut Udin menjelaskan bahwa aksi solidaritas akan dilanjutkan selama berlangsungnya Nandur Srawung 2018 di Taman Budaya Yogyakarta mulai 25 Agustus 2018.

"Silakan berdonasi semampunya, dan dana terkumpul akan kita kirimkan kepada korban bencana gempa Lombok. Dengan begitu, selain berdonasi sekaligus bisa mendapatkan pengalaman baru yang bisa dibawa pulang bersama karya yang dibuat saat workshop," kata dia.

Di Indonesia istilah tie dye tidak begitu populer meskipun masyarakat sudah banyak memakainya dengan nama kain jumputan atau kain tenun ikat. Prinsip celup ikat adalah proses pewarnaan kain dengan cara menahan warna masuk ke kain dengan sebuah ikatan. Ikatan pada kain sebelum pewarnaan akan membuat warna serta motif acak maupun terpola setelah proses pencelupan selesai dilakukan. Meskipun dibuat dalam proses yang serupa, bisa dipastikan corak/motif kain jumputan/tenun ikat tidak akan serupa bahkan dalam satu lembar yang sama. Inilah yang menjadikan kain jumputan terkesan ekseklusif dan memiliki penggemar tersendiri.

Masyarakat Indonesia mengenal kain jumputan sudah cukup lama. Di beberapa daerah di Indonesia sendiri masyarakat memiliki penyebutan yang berbeda: kain Pelangi (Palembang), Sasirangan (Banjarmasin), Tritik (Jawa) untuk menyebut kain celup ikat/jumputan.

Sementara tindes art adalah modifikasi dari teknik cetak tinggi cukil kayu (wood cut) memanfaatkan kertas karton strawboard dengan ukuran ketebalan 30-40 sebagai master print. Alat cukil yang biasanya menggunakan cutter berbagai bentuk diganti dengan pensil untuk membuat lekukan kontur desain dengan cara menekan ujung tumpul pensil (di-tindes) di atas permukaan kertas hingga terbentuk pola-desain yang diinginkan. Desain dibuat dalam posisi mirroring (berkebalikan) sehingga saat dicetak akan menghasilkan desain yang tidak terbalik.

Setelah desain jadi, master print dilapisi dengan cat minyak warna menggunakan roll hingga merata di seluruh permukaan. Selanjutnya siap dicetak di permukaan karya (kain, kertas, ataupun medium lainnya). Pencetakan dilakukan dengan menekan permukaan kain dan master print secara bergantian agar cat merata.

"Baik kain jumputan maupun tindes art keduanya tidak memerlukan waktu yang lama dan aman bagi anak-anak. Pewarna bisa menggunakan pewarna tekstil ataupun cat akrilik, sementara pada tindes art tidak menggunakan peralatan tajam yang membahayakan," jelas Udin. Selembar kain jumputan bisa dikerjakan dalam waktu lima belas menit sejak pengikatan kain, perendaman warna, hingga meluruhkan sisa-sisa warna. Selanjutnya tinggal menunggu kering.

Dengan workshop kain jumputan dan tindes art, tanpa disadari peserta spontanitas workshop mendapat pengalaman baru sekaligus berempati pada korban bencana gempa di Lombok dan sekitarnya. Teruslah saling merentangkan tangan untuk kemanusiaan, sekecil apapun itu sangat berarti bagi warga di sana.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home