Loading...
SAINS
Penulis: Bayu Probo 12:53 WIB | Kamis, 05 Juni 2014

Kambuaya: Waspadai Perubahan Iklim Berdampak Pesisir

Menteri LH Balthasar Kambuaya. (Foto: VOA)

AMBON, SATUHARAPAN.COM – Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengingatkan berbagai komponen masyarakat di Tanah Air mewaspadai perubahan iklim yang berdampak ketahanan dan kelestarian lingkungan pesisir.

“Saya meminta semua pihak memperhatikan kerusakan serta dampak perubahan iklim terhadap ekosistem pesisir. Hal ini penting agar kekayaan sumber daya alam dapat terjamin kelestariannya,” kata Menteri dalam sambutan dibacakan Asisten I Setda Maluku, Angky Renyaan, pada peringatan hari Lingkungan Hidup se-Dunia di Ambon, Kamis (5/6).

Dia mengatakan kesamaan pandang dan langkah antara pemerintah pusat dan daerah perlu lebih ditingkatkan. Begitu pun keterlibatan masyarakat dan dunia swasta.

Kerusakan dan pencemaran lingkungan serta pengelolaan SDA tidak berkelanjutan, dapat mengganggu ketahanan lingkungan hidup dan akhirnya mengancam kehidupan masyarakat.

Ketahanan lingkungan hidup adalah kunci menjaga jasa ekosistem dan menghindari bencana lingkungan khususnya dampak perubahan iklim.

Ketahanan lingkungan, meliputi upaya pemulihan/perbaikan lingkungan, pengelolaan sumber daya dengan mempertimbangkan daya dukung serta daya tampung lingkungannya, sehingga tercapai stabilitas ekonomi dan sosial secara berkelanjutan.

Menteri Balthasar menegaskan tema peringatan tahun ini yakni “Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim” sangat relevan dengan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan.

“Kita memiliki 13.466 pulau dengan panjang pesisir 95.181 kilometer, tempat bermukim 60 persen penduduk dan menyumbang 6,45 persen produk domestik bruto nasional,” katanya.

Selain itu kawasan pesisir memiliki potensi SDA sangat menakjubkan yakni 14 persen terumbu karang dunia, 27 persen mangrove dunia serta 25 persen ikan dunia, dengan berbagai biota yang hidup di dalamnya. Bahkan Indonesia disebut sebagai Marine Mega Biodiversity terbesar di dunia karena memiliki 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies terumbu karang,” katanya.

Potensi besar dimaksud harus dikelola optimal bagi kemakmuran rakyat dengan cara yang lestari serta terus dilindungi dari kerusakan yang menyebabkan penurunan potensinya.

Karena itu, perubahan iklim yang menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan perlu diantisipasi. Perubahan iklim berakibat pemanasan global menimbulkan berbagai dampak terhadap kehidupan.

Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi hujan dengan intensitas sangat tinggi, ketidakpastian musim hujan maupun kemarau, serta munculnya berbagai bencana seperti kekeringan, badai, banjir dan longsor.

Pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dampak yang timbul berupa badai, banjir dan kenaikan permukaan air laut, sedangkan sektor perikanan terjadi perubahan keseimbangan unsur kimia di lautan menyebabkan berbagai ikan di daerah tropis mengalami kematian.

Sedangkan di sektor pertanian mengakibatkan kekeringan, banjir dan perubahan pola hujan menyebabkan penurunan dua persen produksi pertanian pada dekade ini.

Begitu pun sektor perikanan akibat perubahan keseimbangan unsur kimia di lautan menyebabkan berbagai ikan di daerah tropis mengalami kematian.

Menteri menambahkan berbagai bencana ekologis yang terjadi di Tanah Air hingga saat ini disebabkan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan hidup.

“Oleh karenanya perlu dilakukan koreksi mendalam agar pengelolaan dan pemanfaatannya dapat menyejahterakan masyarakat dan tidak menimbulkan bencana. Konsep pembangunan berkelanjutan yang merupakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup merupakan satu-satunya pilihan wajib kita wujudkan,” tambahnya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home