Loading...
INSPIRASI
Penulis: Irvin Tolanda 01:01 WIB | Rabu, 31 Agustus 2016

Kasih yang Mendidik

Jika cambuk dapat membuat keledai tetap berjalan lurus di jalannya, maka gunakanlah agar ia tidak menyimpang dan jatuh ke jurang yang dalam.
Menunggang keledai (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Dalam sebuah perbincangan eksklusif di salah satu stasiun TV swasta, saat ditanya tentang penertiban bangunan di bantaran sungai, Basuki Tjahaja Purnama berkata,  ”Saya sedang memanusiakan, mendisiplinkan orang Jakarta yang melanggar aturan, yang tidak bisa membedakan tangan kiri dan tangan kanan.” Ketika mendengar pernyataannya itu, saya merenungkan apa sesungguhnya makna dari kalimat itu.

Pemerintah sebenarnya telah membuat aturan yang tertuang dalam UU No 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No 38/2011 tentang Sungai yang menegaskan bahwa 10-20 meter dari bibir sungai atau sempadan merupakan daerah yang dilarang untuk mendirikan bangunan, dan bahwa daerah tersebut merupakan milik negara. Akan tetapi, aturan-aturan itu seakan tidak ada artinya, masyarakat tetap saja mendirikan bangunannya di daerah-daerah tersebut. Sebagai akibatnya, terjadilah bencana banjir seperti yang baru-baru ini melanda daerah Kemang, Jakarta Selatan, karena meluapnya Kali Krukut.

Ungkapan ”tidak tahu membedakan tangan kiri dan tangan kanan” pernah dikatakan Tuhan dalam Kitab Yunus untuk menggambarkan keadaan penduduk Niniwe yang jahat. Ini menunjukkan bahwa dosa mereka sangat besar, apa yang mereka perbuat semuanya adalah kejahatan di mata Tuhan, tidak ada lagi yang berlaku benar yang tahu membedakan antara yang baik dengan yang jahat. Namun demikian, Tuhan tetap mengasihi mereka dan menginginkan mereka bertobat.

Memang baru setahun saya berada di Jakarta, tetapi telah cukup banyak yang saya lihat; pelanggaran lalu lintas yang terjadi hampir di semua ruas jalan; orang-orang yang menduduki tanah negara secara illegal, tetapi melakukan protes dan perlawanan ketika dilakukan penertiban sekalipun telah disediakan tempat yang lebih baik, hanya karena mereka telah berpuluh tahun di tempat itu; para pejabat yang korup tetapi dengan tanpa malu dan rasa bersalah tampil di muka umum untuk menutupi aib mereka dengan membungkam kebenaran dan mempersalahkan orang lain.

Apa yang saya sebutkan rasanya cukup untuk mewakili permasalahan pelik yang terjadi di Jakarta yang justru disebabkan oleh warganya sendiri. Karena itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Gubernur DKI bahwa mereka tidak tahu membedakan antara tangan kanan dengan tangan kiri, tidak tahu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.

Tindakan kasih yang mendidik diperlukan untuk mengubah tabiat buruk itu, yaitu menegakkan aturan dengan tanpa berpihak, melakukan penertiban dengan tidak pandang bulu, dan memberikan hukuman bagi mereka yang tidak mengindahkan peraturan. Sebab membiarkan pelanggaran, kejahatan, dan ketidakadilan terjadi bukanlah sebuah tindakan yang mengasihi. Karena itu berarti membiarkan mereka terus merasa nyaman tinggal dalam kesalahannya yang berujung pada kebinasaan. Respons yang tepat atas didikan adalah memberi diri dengan rela untuk menerima didikan tersebut karena itulah bukti bahwa kita dikasihi.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home