Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:20 WIB | Kamis, 01 Juni 2017

Kaum Muda di Jalur Jazz: Komunitas Jazz Mben Senen

Quite Fan meramu laras Pelog-Slendro dengan rasa jazz
Kaum Muda di Jalur Jazz: Komunitas Jazz Mben Senen
Penampilan Trio Irwan-Yabes-Yosa featuring Anggi di panggung Art|Jog 10-2017, Rabu (31/5) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Kaum Muda di Jalur Jazz: Komunitas Jazz Mben Senen
Panggung unik Art|Jog 10-2017 berbentuk setengah bola.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hari ketiga belas penyelenggaraan ART|JOG|10-2017 dimeriahkan lagi dengan penampilan komunitas Jazz Mben Senen di panggung unik berbentuk setengah bola. Panggung yang didesain sendiri oleh CEO ART|JOG Heri Pemad Rabu (31/5) diisi tiga project.

Mengawali penampilan, trio Moh. 'Awan' Ikhwan (gitar), Yabes Yuniawan (bass), dan Yosafat Windrawanto (drum) membawakan empat repertoar. Dalam dua lagu terakhir Trio Awan-Yabes-Yosa project mengundang penyanyi muda Anggi membawakan lagu berjudul "And I love Her"  (The Beatles) dan "Butterfly" (Herbert Hancock).

Pada project kedua setelah eksperimen pertamanya pada hari keenam Art|Jog 10-2017 dengan sajian permainan satu terompet, 3 saksofon, 1 gitar elektrik, 1 piano, 1 bass elektrik, 2 drum set, sebuah alat perkusi, serta contra bass dalam sebuah repertoar sepanjang 53 menit, Harly Yoga Pradana kembali membuat eksperimen Rabu (31/5) malam dengan empat repertoar. Bersama Quite Fan, Yoga mencoba eksperimennya dengan menggunakan laras Pelog-Slendro dalam permainan biola dipadukan dengan permainan piano, drum, dan contra bass.

"Selain digesek, pada beberapa bagian lagu biola dimainkan dengan dipetik dan dipukul dengan bow. Nada yang keluar dalam laras Pelog-Slendro. Ini mirip permainan siter dalam gamelan." kata Yoga. Nada pentatonik yang keluar dari instrumen band modern piano (Krisna), biola (Eko Balung) serta contra bass yang dimainkannya sendiri menjadi eksperimen Yoga.

Quite Fan adalah proyek eksperimental yang mengangkat spririt tentang refleksi kegelisahan, harapan, curahan hati akan suka dan duka masyarakat kecil di nusantara khususnya para petani. Negeri agraris dengan lahan produktif-subur serta budaya agraris yang semakin tergerus jaman. Konversi lahan tak terelakkan tergantikan oleh bangunan pemukiman, pusat perbelanjaan modern, perkantoran, ataupun perhotelan.

Mengawali repertoarnya, Quite Fan membawakan komposisi "Bumi Horeg" yang mengisahkan tentang gempa bumi dan segala dampak yang ditimbulkan. Bagi masyarakat Yogyakarta secara umum, refleksi suara hati para korban gempa atas rasa hampa, kehancuran, dan kehilangan yang dirasakan akibat gempa besar yang terjadi pada 27 Mei sebelas tahun silam.

Repertoar berikutnya Quite Fan mengungkapkan rasa syukur atas negeri yang kaya raya, alam serta kebudayaan serta eksotisnya nusantara dalam komposisi "Gendang Syukur" dianjutkan dengan komposisi "Madah" yang diinspirasi dari kesenian Angguk yang menjadi salah satu tari khas dari masyarakat Kabupaten Kulon Progo.

Diakhir penampilannya Quite Fan mengkomposisi ulang lagu dolanan anak-anak Jawa "Jaranan".

"Kami membayangkan seekor "Jaran" (kuda) yang sudah muak dijadikan bahan mainan dan alat bantu manusia sehingga menjadi liar dan tak terkendali." kata Yoga. Jaran (kuda) yang sedang meronta dan merintih kesakitan karena jiwanya sudah terjerat oleh aturan-aturan, permainan-permainan yang semata-mata hanya untuk kepentingan manusia tanpa peduli kondisi kuda diaransemen Yoga dalam "Jaranan" yang liar, seliar permainan gesekan, petikan dan pukulan biola Eko Balung dan gebukan drum Caecar.

Yudhono project mengakhiri penampilan komunitas Jazz Mben Senen pada hari ke-13 penyelenggaraan ART|JOG|10-2017 Rabu (31/5) malam dengan beberapa lagu diantaranya "I Wish" yang dipopulerkan Stevie Wonder.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home