Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 17:21 WIB | Senin, 22 September 2014

Kebinekaan Warnai Kebaktian Syukur GKI Maulana Yusuf

Kebinekaan Warnai Kebaktian Syukur GKI Maulana Yusuf
Suasana Kebaktian Syukur 25 Tahun Kependetaan Albertus Patty dan 47 Tahun GKI Maulana Yusuf Bandung, Jumat, 19 September 2014. (Foto: Twitter@Ulil Absar Abdalla)
Kebinekaan Warnai Kebaktian Syukur GKI Maulana Yusuf
Pdt Dr Albertus Patty (Dok satuharapan.com)
Kebinekaan Warnai Kebaktian Syukur GKI Maulana Yusuf
Gereja Kristen Indonesia di Jl Maulana Yusuf, Bandung, metafora dari Djemaat GKI Djuanda, berusia 47 tahun pada 18 September 2014. (Foto: Dok GKI Maulana Yusuf)

SATUHARAPAN.COM – Ada pemandangan yang tidak biasa di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jemaat Maulana Yusuf Bandung, Jumat, 19 September malam lalu. Di depan mimbar diletakkan lima patung, menjadi dekorasi utama dalam kebaktian syukur yang digelar malam itu.

Lima patung itu, di antaranya patung pendeta, patung pastor, serta patung sosok muslimah, seperti terlihat dari busana yang dikenakan, menyimbolkan kebinekaan, khususnya keberagaman keberagamaan di negeri ini. Demikian pula sajian tari-tarian diiringi lagu-lagu daerah, dari NTT, Dayak, Batak, dan Sunda, secara medley, yang mengawali kebaktian syukur itu.

Suasana kebinekaan makin terasa melihat tempat duduk di sisi kiri mimbar, yang diisi tamu-tamu di antaranya Kiai Syaifullah dari Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang, Ketua JAI Ahmadiyah Bandung Kiai Drs Mansur Ahmad, Ulil Absar-Abdalla, wakil Syiah, Masyarakat Dialog Antar-Agama (Madia), dan lain-lain. Mereka adalah tamu-tamu khusus dalam kebaktian syukur itu, pegiat-pegiat dialog lintas agama yang diundang hadir dalam acara itu.

Bagi jemaat GKI Maulana Yusuf, pemandangan seperti tergambar pada suasana Kebaktian Syukur 25 Tahun Kependetaan Albertus Patty dan 47 Tahun GKI Maulana Yusuf itu, tidak lagi aneh.

Tergambar dalam kata pembuka, seperti tertulis dalam liturgi kebaktian syukur, dalam perjalanan 47 tahun pelayanan GKI Maulana Yusuf, jemaat telah banyak belajar bahwa sikap saling menerima dan menghargai di tengah-tengah perbedaan adalah hal yang semestinya dilakukan dan diperjuangkan. Begitu juga perbedaan iman di antara agama-agama yang berbeda.

Hendri Halim, Wakil Ketua Majelis Jemaat GKI Maulana Yusuf, dalam sambutan tertulis mengatakan, dengan mengambil  tema “Melintas Batas”, semua yang hadir pada kebaktian syukur itu diingatkan bahwa gereja hadir di dalam dunia ini untuk menjadi berkat dan mewujudkan karya keselamatan bagi dunia.

Gereja, dia menambahkan, harus berani keluar dari zona kenyamanan, yang memikirkan diri sendiri, sibuk melayani diri sendiri.  Gereja harus keluar, melintas batas dari zona yang nyaman, ke zona di mana kekerasan, ketidakadilan, keserakahan manusia merajalela.

“Seperti anak-anak domba yang diutus ke tengah kawanan serigala, itulah wujud perjuangan gereja yang dikehendaki Tuhan Yesus untuk kita lakukan bersama,” demikian tulis Hendri Halim.  

Dan, Pdt Dr Albertus Martines Patty, pendeta di GKI Maulana Yusuf, adalah salah satu tokoh GKI yang secara nyata terjun ke tengah-tengah “kawanan serigala” untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dalam mewujudkan kehidupan manusia yang lebih manusiawi, lebih adil, dan menjadikan kita seperti “sesama manusia” ciptaan Tuhan.

Pdt Sheph Davidy Jonazh, Ketua Umum BPMSW GKI Sinwil Jabar yang membawakan khotbah “Melintas Batas” pada kebaktian syukur itu, mengisahkan perjumpaan Yesus dan perempuan Samaria dalam Injil Yohanes 4: 3 – 27. Perjumpaan yang dimulai dari hal-hal biasa, soal minum, hingga ke percakapan berat menyangkut teologi.

Pdt Davidy menyebut kisah Tuhan Yesus bertemu perempuan Samaria adalah peristiwa yang tidak biasa, bahkan istimewa, mengingat Samaria dianggap sebagai masyarakat yang sudah tercemar dan harus dihindari.

Namun Tuhan Yesus membuat apa yang mustahil bisa diselesaikan dengan cara sederhana. Tuhan Yesus bukan saja menabrak sekat-sekat, tidak hanya melintas, tetapi menerobos dan membongkar. Kuncinya, menurut Pdt Davidy, adalah kemauan.

Pdt Davidy menilai Pdt Albertus Patty menyambut tugas yang dipercayakan kepadanya untuk menggumuli masalah-masalah pluralisme dan persoalan sosial-politik, dengan passion dan komitmen tanpa kenal lelah. Berkait dengan itu, BPMSW mengucapkan terima kasih kepada majelis jemaat dan jemaat GKI Maulana Yusuf yang memberikan “keleluasaan” Pdt Albertus Patty untuk “berkarya” di luar tugasnya selama 25 tahun sebagai gembala.

Ke depan, Pdt Davidy menilai "melintas batas" akan lebih sulit, mungkin bahkan mustahil, tetapi justru menjadi harapan seperti doa seperti digaungkan di awal kebaktian, “sebab dengan perbedaan, Engkau menginginkan kami untuk belajar terbuka terhadap cara pandang yang berbeda, sehingga terjadi sikap saling menerima dan menghormati satu sama lain…”.

“Kiranya apa yang sedang diperjuangkan oleh Pdt Albertus Patty dapat menginspirasi kita, selaku umat pilihan Tuhan, untuk melakukan hal yang sama di mana Tuhan menempatkan kita,” kata Hendri Halim.

Inspirasi itu lebih jelas bisa digali dari buku Melintas Batas, argumen teologis dan pluralisme untuk aksi karya Pdt Albertus Patty, yang diluncurkan seusai kebaktian syukur.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home