Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 21:09 WIB | Selasa, 26 Agustus 2014

Kebutuhan Jagung untuk Pakan 14,7 Juta Ton

Seorang petani mengupas jagung hasil panen di Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Kamis (22/8). Menurut petani pada musim panen kali ini hasil panen jagung meningkat di dibandingkan musim tanam jagung musim lalu, melimpahnya hasil panen jagung di karena pada musim tanam ini tanaman jagung tidak terkena hama dan tidak terendam banjir. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak dalam negeri pada tahun ini diperkirakan mencapai 14,7 juta ton atau naik 10 persen dari tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT) Sudirman di Bogor, Selasa (26/8) mengatakan, setidaknya pada 2014 akan ada lima pabrik pakan baru sehingga akan ada peningkatan produksi pakan ternak.

“Kebutuhan jagung yang merupakan komponen terbesar dalam pakan, mencapai 50 persen juga akan mengalami peningkatan cukup besar,” katanya dalam diskusi bertajuk “Menjawab Kebutuhan Pasokan Jagung untuk Bahan Baku Pakan Dalam Negeri”.

Dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak tersebut, menurut dia, diperkirakan impor jagung pada 2014 akan mencapai 3 juta ton.

Besarnya angka impor jagung tersebut, lanjutnya, karena produksi dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan industri pakan ternak.

Ahli pakan ternak dan nutrisi ternak Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Budi Tangendjaja menyatakan, mengacu data kementerian pertanian bahwa produksi jagung nasional 2013 mencapai 18 juta ton seharusnya Indonesia tidak perlu mendatangkan dari luar.

“Kenyataannya di lapangan keberadaan jagung tersebut tersebar di berbagai pelosok daerah atau tidak tersentralisasi, jumlah sedikit-sedikit di tiap daerah sehingga pabrik pakan kesulitan untuk menyerap jagung yang diproduksi tersebut,” katanya.

Dia memprediksi dalam lima tahun ke depan kebutuhan jagung untuk pabrik pakan ternak akan meningkat dua kali lipat.

Budi menyatakan, guna mewujudkan peningkatan produksi jagung diperlukan sejumlah hal yang harus ditempuh seperti ekstensifikasi, perluasan areal tanam, pemanfaatan lahan non produktif, penerapan teknologi modern dalam berbudi daya serta penggunaan benih unggul.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyatakan, peluang petani Indonesia untuk mengisi kekurangan pasok ke pakan ternak sebanyak 3 juta ton dapat dicukupi secara bertahap.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan peningkatan jagung, ia menambahkan, mengajak petani berkelompok dan memfokuskan pada pencapaian standar produksi jagung yang dibutuhkan industri pakan.

“Mengembangkan pola kemitraan agar bisa menjamin pasokan jagung dari petani serta memberdayakan petani jagung yang sudah ada dan kelompok tani yang sudah terbentuk,” katanya.

Selain itu, menurut dia, perlu adanya jaminan pasar sehingga petani tidak kesulitan menjual hasilnya, penyediaan benih bermutu dan penyediaan permodalan melalui perbankan.

Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GPPI) Anton Supit menyatakan, kondisi sumberdaya alam Indonesia memungkinkan bahan baku pakan diproduksi secara intensif dan berkelanjutan sepanjang tahun di dalam negeri.

Menurut dia, Indonesia berpeluang mengekspor pakan apabila bahan baku dapat diproduksi lebih murah di dalam negeri.

“Oleh karena itu perlu kebijakan pemerintah sehingga bahan baku yang diimpor dapat diproduksi di dalam negeri,” katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home