Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:57 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Kedepankan Dakwah Promotif Bukan Dakwah Konfrontatif

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat bertemu dengan santri dan pengasuh pondok pesantren Karangasem, Lamongan, Jawa Timur, Kamis (19/1). (Foto: kemenag.go.id)

LAMONGAN, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mendorong dalam berdakwah untuk mengedepankan dakwah yang promotif bukan dakwah konfrontatif, berdakwah untuk mengajak bukan mengejek, berdakwah mempromosikan nilai Islam yang positif.

“Islam itu yang sebenarnya yang kita kedepankan, yaitu Islam yang promotif bukan Islam yang konfrontatif," kata Menag dihadapan pimpinan dan santri pondok pesantren Ismailiyah Al-Muhtadi Lamongan, Jawa Timur, Kamis (19/1).

Selain menekankan dakwahyang promotif, Menag menyampaikan, pada masa kolonialisme, rakyat Indonesia dilemahkan, sesama anak bangsa dipisah-pisahkan, dibenturkan dan diadu. Sampai sekarang, perilaku ini meski kita sudak tidak dijajah, namun ada pihak lain yang berupaya membenturkan anak bangsa.

"Ini penting untuk dipahami, karena bangsa ini adalah bangsa besar dan kaya," kata Menag.

Menurutnya, di kehidupan sekarang yang kompetitif, Indonesia menjadi negara yang diperebutkan banyak pihak, sehinga banyak upaya dan berkepentingan bangsa ini dilemahkan diadu sehingga tidak berpikir produktif, dengan membesarkan perbedaan.

Menag mengemukakan masyarakat perlu mewaspadai tentang perbedaan karena Indonesia  sudah dikenal sebagai negara yang religius, dan mayoritas muslim, dan Islam yang berkembang adalah Islam yang moderat, rahmatal lil alamin, yang menjunjung tinggi Islam tawazun (senantiasa menjaga keseimbangan), tasamuh (toleran).

“Itulah nilai yang diajarkan para pendahulu kita, dan inilah yang saat ini mendapatkan ancaman oleh pihak yang membesarkan perbedaan, sehingga umat Islam waktunya habis oleh perbedaan yang tidak prinsipil, terlebih saat ini eranya era digital," kata Menag.

Menurut Menag, media sosial adalah media yang luar biasa dan itu digunakan untuk membuat sibuk umat Islam membahas perbedaan yang tidak prinsipil.

“Kita paham mengapa ada mahzab (fiqh misalnya) yang beragam. Menurutnya, semua itu tidak untuk disatukan, tapi justru untuk memudahkan bagi kita memilih yang sesuai dengan kondisi masing-masing,” kata dia.

"Yang dituntut kita adalah mensikapi keragaman dengan arif, bukan untuk menyeragamkan, karena itu melanggar sunnatullah,” kata Menag.

Lukman Hakim mengajak keluarga besar pontren, agar Islam yang moderat lestari di nusatara ini, Islam yang mengajak, tidak mengejek, Islam yang promotif bukan Islam yang konfrontatif. (kemenag.go.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home