Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:12 WIB | Rabu, 17 Oktober 2018

Kegiatan Belajar Mengajar di Sulteng Difokuskan pada Psikososial

Ilustrasi. Ketua KPAI Seto Mulyadi atau Kak Seto (kiri) mengajak bermain anak-anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala, di kantor Dinas Sosial, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018). (Foto: Antaranews.com/Muhammad Adimaja)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hampir tiga minggu berlalu sejak gempa dan tsunami melanda wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya membantu pemulihan akses dan layanan pendidikan di daerah-daerah yang terdampak bencana.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, kegiatan belajar mengajar sudah dimulai di beberapa lokasi terdampak bencana di Sulteng dengan menggunakan tenda kelas darurat. Namun, ia menegaskan, kegiatan belajar mengajar tersebut difokuskan untuk kegiatan psikososial, atau trauma healing bagi siswa yang terdampak bencana.

“Untuk tahap ini belum memungkinkan proses belajar mengajar secara normal dimulai. Kegiatan itu baru bisa dimulai di ruang kelas atau gedung semi permanen. Sekarang ini yang penting menghilangkan trauma, dan supaya mereka akrab dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Karena itu pembangunan tenda dilakukan dekat dengan sekolah,” kata Mendikbud saat menerima bantuan pendidikan dari UNICEF untuk Sulteng, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (16/10), yang dilansir situs kemdikbud.go.id.

Senada dengan Mendikbud, Country Representative UNICEF Indonesia, Debora Comini mengatakan, pemulihan akses anak-anak ke layanan pendidikan merupakan bagian penting dari pemulihan mereka dan seluruh komunitas mereka setelah keadaan darurat.

UNICEF bekerja sama dengan Kemendikbud berdampingan memulihkan kondisi pendidikan di daerah terdampak bencana.

“Sekali lagi, ini adalah tindakan yang sangat penting, karena pendidikan adalah alat utama untuk pemulihan. Dengan membangun kembali rutinitas harian dan membantu mengembalikan rasa normal, sekolah menjadi suatu bentuk ruang terapi di tengah-tengah kehancuran,” kata Debora.

Kemendikbud dan UNICEF serta para mitra, berencana mendirikan 450 tenda yang memenuhi standar mutu UNICEF sebagai ruang kelas sementara di tempat-tempat terdampak gempa dan tsunami di Sulteng.

Tenda UNICEF yang masing-masing memiliki dua ruang kelas, baru saja tiba di Kalimantan, dan akan langsung dikirimkan ke wilayah terdampak bencana di Sulteng dalam beberapa hari ke depan.

Pada Selasa (16/10)UNICEF mengumumkan kedatangan bantuan pendidikan tahap pertama seberat 30 ton bantuan untuk situasi darurat, termasuk 65 tenda untuk ruang kelas sementara, dari lokasi suplai di Dubai.

Selain memberikan 450 unit tenda sekolah darurat, UNICEF juga memberikan bantuan pendidikan berupa 30 paket peralatan sekolah dan permainan, 50 unit perlengkapan pendidikan anak usia dini, dan 363 paket sekolah.

Mendikbud mengapresiasi UNICEF atas bantuan yang diberikan tersebut. Ia menuturkan, tenda dari UNICEF akan difungsikan sebagai kelas atau sekolah darurat, sambil menunggu rehab sekolah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home