Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:20 WIB | Selasa, 21 Mei 2019

Kehati: Keragaman Pangan Lokal Bentuk Mitigasi Perubahan Iklim

Sejumlah pelajar mengamati keadaan hutan lindung untuk melihat satwa liar dalam Asian Waterbird Census 2019 di Hutan Lindung Angke Kapuk, Penjaringan, Jakarta, Sabtu (19/01/2019). Kegiatan yang diadakan oleh Anak Muda Biodiversity Warriors Yayasan Kehati tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi tentang ekosistem dan makhluk hidup di hutan lindung Ibukota kepada para pelajar. (Foto: Antaranews.com/Dede Rizky Permana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Program Direktur Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Roni Megawanto mengatakan, keragaman pangan lokal yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu bentuk mitigasi dari perubahan iklim.

Untuk itu, menurut dia sudah saatnya masyarakat Indonesia tidak hanya bergantung pada beras sebagai makan pokok, namun beralih ke pangan lokal yang sesuai dengan keadaan iklim wilayahnya.

"Penelitian BMKG dan FAO menyebutkan, beras adalah salah satu komoditas yang rentan perubahan iklim. Jika perubahan iklim semakin parah, produksi padi akan menurun, jadi kita harus cari komoditas yang cocok dengan lahan dan iklim wilayah sekitarnya," kata Roni saat ditemui di Jakarta, Senin (20/5).

Tak hanya dapat bentuk mitigasi, dengan semakin beragamnya pangan lokal tersebut juga dapat memperkuat kedaulatan pangan nasional, sehingga Indonesia tak perlu repot mencetak sawah ataupun mengimpor beras. Masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan pangannya dari tingkat lokal.

Dia mengatakan, di Indonesia ada sekitar 140 juta hektare lahan kering dan sekitar 20 juta hektare lahan gambut. Lahan-lahan tersebut kurang cocok ditanami padi yang membutuhkan air banyak dan perawatan yang intens.

Dia mencontohkan untuk lahan kering, dapat di tanami dengan tumbuhan seperti sorgum dan juga umbi-umbian, sementara itu untuk lahan gambut dapat ditanami sagu.

Tanaman seperti sorgum, umbi-umbian, dan sagu, jika ditanam di lahan yang semestinya, menurut Roni tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan mahal, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terjadi gagal panen.

Salah satu tantangan untuk pengembangan pangan lokal menurut Roni adalah mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa mengonsumsi beras sebagai makanan pokok ke jenis-jenis pangan lain.

"Di Indonesia, sudah sejak lama terjadi penyeragaman masyarakatnya untuk makan nasi sebagai panganan pokok. Oleh sebab perlu edukasi terus-menerus untuk dapat mengubah perilaku masyarakatnya," kata dia. (Antaranews.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home