Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 01:17 WIB | Selasa, 06 Oktober 2015

Kelompok Swara Ratan (kembali) Naik Panggung

Kelompok Swara Ratan (kembali) Naik Panggung
Kelompok Swara Ratan (KSR) Yogyakarta dalam pentas Ngisin-isin Balung Pisah di panggung terbuka Taman Budaya Yogyakarta, Senin (5/10). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Kelompok Swara Ratan (kembali) Naik Panggung
Spontanitas Agus Kencrot (sarung biru) dan Mamik (sarung merah) selalu memancing humor baik pada sesama anggota KSR maupun dengan penonton.
Kelompok Swara Ratan (kembali) Naik Panggung
Penonton menyaksikan pementasan KSR dengan lesehan di halaman parkir Taman Budaya Yogyakarta.
Kelompok Swara Ratan (kembali) Naik Panggung
Anang Batas (bertopi) dan Dibyo Primus (berkacamata), dua komedian Yogyakarta turut meramaikan pementasan Ngisin-isin Balung Pisah.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah lama vakum Kelompok Swara Ratan (KSR), grup musik dari Yogyakarta yang sudah ada sejak 1980-an membuat pementasan di panggung terbuka Taman Budaya Yogyakarta. Acara bertajuk Ngisin-isin Balung Pisah digelar hari Senin (5/10) malam mulai pukul 19.37 WIB  dengan membawakan musik humor plesetan dari lagu lain.

Agus Kencrot menjelaskan Ngisin-isin Balung Pisah merupakan upaya anggota KSR kembali berkumpul dan bermusik. Pementasan ini didedikasikan untuk Suryo dan Purnomo, dua anggotanya yang telah meninggal dunia serta Oengki Soekirno (alm) bapak angkat KSR yang telah membesarkan KSR hingga sejauh ini.

Agus Kencrot, vokalis KSR yang juga sutradara senior di Yogyakarta bersama Mamik baik dalam dialog di panggung maupun saat membawakan lagu mampu memberikan hiburan segar pada penonton. Interaksi dengan penonton serta spontanitas dari setiap anggota menjadi kekuatan setiap pementasan KSR.

Hadir dalam panggung perhelatan tersebut diantaranya Anang Batas dan Dibyo Primus, dua komedian yang membawakan medley Goodbye (Air Supply), Pergilah Kasih (Chrisye), Kau masih Kekasihku (Naff), Kangen (Dewa), sesuai aransemen lagu aslinya hingga Ande-ande Lumut dalam aransemen KSR dengan warna musik blues bersama Eko Bebek, komedian Yogyakarta.

KSR sendiri tampil dengan menyesuaikan eranya. Pada awal penampilan mewakili era I (pertama) dengan membawakan lagu Sarinah, Tanjung Perak, Jamuran, dengan diselingi humor slepstik dengan menjadikan anggota KSR maupun penonton sebagai obyek guyonan. Bahkan pada lagu Jamuran, layaknya anak kecil mereka memainkan dolanan jamuran di atas panggung.

Mewakili era II (kedua), bermusik humor KSR mengalami perubahan dengan memlesetkan lagu yang sedang populer pada saat itu semisal lagu Pitikku dengan aransemen lagu Kembali (Novia Kolopaking), sementara lagu Susan Masuk Sekolah (Ria Enes), Marilah Kemari (Titik Puspa), Duh Emen (Yossie Lucky) diplesetkan liriknya secara jenaka. Pada lagu Andai Aku Jadi Orang Kaya (Oppie) secara nakal namun masih tetap jenaka KSR memberikan kritik sosial yang cukup tajam pada pemangku kebijakan di Yogyakarta.

Andai a.. a.. a.. aku jadi kepala TBY/akan aku bebaskan seniman yang pentas di TBY dari sewa tempat/kalau perlu pulangnya dikasih uang saku

Andai a.. a.. a.. aku jadi walikota/Gedung Societet, Concert Hall TBY, Titik Nol Kilometer Jogja aku bangun jadi hotel/kalau perlu sampai Segoro Kidul aku dirikan hotel juga

Selain perform musik KSR, acara juga menggalang dana saweran dari penonton untuk disumbangkan kepada seniman Dhagelan Sepuh yang memerlukan.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home