Loading...
HAM
Penulis: Equivalent Pangasi 17:01 WIB | Selasa, 20 Mei 2014

Keluarga Korban Mei 1998 akan Terus Tuntut Keadilan

Keluarga Korban Mei 1998 akan Terus Tuntut Keadilan
Ruyati Darwin merupakan ibu dari Eten Karyana yang meninggal pada peristiwa kebakaran di Jogja Plaza, Mei 1998. (Foto-foto: Equivalent Pangasi)
Keluarga Korban Mei 1998 akan Terus Tuntut Keadilan
Keluarga korban berdoa mengenang para korban Peristiwa Mei 1998 di pemakaman massal korban, TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Keluarga Korban Mei 1998 akan Terus Tuntut Keadilan
Keluarga korban yang bergabung dalam satu paguyuban itu berkumpul setiap Kamis untuk melakukan aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, menuntut keadilan dari pemerintah.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ruyati Darwin, ibu dari Eten Karyana yang menjadi korban kebakaran di Jogja Plaza Mei 1998 bertekad akan terus menuntut keadilan meski 16 tahun telah berlalu sejak reformasi.

Ia menyerukan tekadnya itu ketika menyampaikan sambutan di hadapan keluarga korban Peristiwa Mei 1998, mahasiswa, dan aktivis pegiat HAM pada acara Peletakan Batu Pertama Prasasti Jarum Mei 1998, Minggu (18/5) di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.

“Selama 16 tahun kami sudah berjuang. Dan saya akan tetap menuntut keadilan bagi anak saya, juga demi anak-anak ibu sekalian, demi harga diri kita, dan demi hak asasi manusia!” seru Ruyati.

Dalam sambutannya itu, Ruyati memberikan pesan bagi para mahasiswa pada acara yang digagas Komnas Perempuan dalam rangka Napak Reformasi itu. “Kepada generasi muda yang ada dan yang hadir di sini, juga para mahasiswa, ingatlah bahwa kalian semua adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan kami sekarang ini.”

Dalam kesempatan itu, Ruyati juga berterima kasih pada Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang meresmikan peletakan batu tersebut sekaligus menyampaikan komitmennya tentang keadilan sosial.

“Saya merasa kita telah mendapatkan satu cahaya bagi perjuangan kita yang sangat sempit. Terima kasih kepada Pak Wagub yang sudah memberikan cahaya bagi perjuangan kami yang telah berjalan selama 16 tahun, di mana sampai saat ini keadilan belum kami dapatkan dan belum ada kepastian dari pemerintah kita,” ungkap Ruyati.

Ia berharap langkah awal Basuki dapat menjadi harapan bagi para korban tragedi yang terjadi pada Mei 1998 dan mendoakan agar langkah itu dapat berjalan lancar dan tuntas. Selain itu, Ruyati juga mendoakan agar ia dan semua keluarga korban selalu diberikan kekuatan dan kesehatan untuk memperjuangkan keadilan.

Ruyati juga menunjukkan rasa bangganya karena berjuang dengan didukung oleh berbagai kalangan. “Ibu sangat bangga dengan adik-adik (mahasiswa, Red) yang hadir saat ini. Saya juga bangga dengan ibu-ibu yang bersama saya terus berjuang menuntut keadilan, juga bangga dengan ibu-ibu yang bersama saya berada di depan istana setiap Kamis.”

Namun ia juga menyayangkan sikap pemerintah, terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menurutnya abai dan lamban mengatasi kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

“Telah beratus-ratus minggu kami berhadapan dengan istana negara, dan kami sudah melayangkan berapa ratus surat untuk SBY. Namun hingga kini belum ada jawaban untuk kami. Hanya janji-janji yang kami dapatkan,” Ruyati menyerukan kekecewaannya.

“Jadi saya di sini juga mau mendoakan. Semoga pemerintah, pemimpin kita yang baru, siapa pun presidennya, dapat menuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM yang sudah terjadi di negara kita ini,” kata Ruyati mengakhiri sambutannya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home