Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 15:17 WIB | Jumat, 19 Desember 2014

Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara

Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Kain Songket Tapo berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Timur koleksi Museum Tekstil Jakarta dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan pada Jumat (19/12). (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Kain Songket asal Palembang bernama Limar Dodot berusia 150 tahun dan dijual seharga Rp 100 juta. Kain ini ditenun dengan benang emas asli berkadar 24 karat.
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Kain Songket Palembang yang telah dijahit menjadi baju. Baju ini telah berusia 100 tahun.
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Sarung Songket Bali ditenun menggunakan benang emas. Kain ini koleksi milik Museum Tekstil.
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Sarung Pucuk Siku Keluang asal Siak, Riau, koleksi Ira Damayanti.
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Pameran beragam kain Songket Nusantara. Seorang ibu tampak sedang mendokumentasikan kain yang dipamerkan dalam ekshibisi.
Kemasyhuran Kain Tradisi Dipamerkan dalam Hari Songket Nusantara
Songket muda asli Palembang dijual mulai Rp 1 juta.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu sudut ruangan Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, pada Jumat (19/12) tampak dihiasi lembaran-lembaran kain songket dari berbagai daerah di Indonesia.

Kemasyhuran kain yang identik dengan nilai-nilai historis tersebut diletakkan di sejumlah gawangan sehingga menambah kesan estetik.

Songket milik kolektor individu, yayasan, maupun pemerintah ini sengaja dipamerkan dalam rangka peringatan Hari Songket Nusantara bertajuk “Langgam Songket”.

Kain songket yang dipamerkan rata-rata berusia 100 hingga 150 tahun dan bernilai jual sangat tinggi. Kain songket berusia seratus tahun ini ditenun dengan benang emas asli berkadar 24 karat. Satu lembar kain berusia 100 tahun dibanderol dengan harga Rp 100 juta.

Beberapa kain songket berusia muda juga dipamerkan dan dijual dalam acara ini. Untuk songket muda, bahan dasar rata-rata dibuat dengan benang emas tiruan dan dijual mulai Rp 1 juta.

Pameran ini diselenggarakan oleh Yayasan Mahligai Songket bekerja sama dengan Museum Tekstil Jakarta.

Ketua Yayasan Mahligai Songket, Nindi Pinta Ilham, mengatakan diadakannya peringatan terhadap kain tradisi ini bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat warisan songket Indonesia.

“Peringatan ini juga digelar sebagai upaya untuk memperoleh pengakuan internasional bahwa songket merupakan warisan budaya indonesia,” kata Nindi.

Mengiringi pameran songket di Hari Songket Nusantara, berbagai program telah digelar oleh yayasan ini, yakni bincang-bincang kain songket kontemporer, pemilihan songket kawula muda, dan pergelaran songket Indonesia.

Melalui acara yang dihadiri oleh pencinta songket dari berbagai daerah di Indonesia ini menurut Nindi secara implisit telah memberikan apresiasi kepada para pegiat songket.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home