Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 14:03 WIB | Selasa, 20 September 2016

Kembang Merak Simpan Khasiat Antiperadangan

Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima). (Foto: flowerspicture.org)

SATUHARAPAN.COM - Tumbuhan kembang merak biasanya dijumpai di taman-taman atau pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Bunganya yang cerah berwarna merah atau kuning menyebabkan tumbuhan ini juga dipilih sebagai tanaman pagar atau tanaman pembatas, seperti dapat dilihat di ruas Jatiwaringin – Cikunir di Jalan Tol Cikampek.

Namun, selain indah, tumbuhan ini mempunyai banyak khasiat. Secara tradisional, mengutip dari Wikipedia, tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk menstruasi yang tidak lancar, mata merah, diare, sariawan, perut kembung, dan kejang panas pada anak.

Selain sebagai obat, kembang merak juga dapat membunuh serangga karena adanya hidrogen sianida (gas beracun) yang dimilikinya.

Kandungan kimia yang dimiliki oleh kembang ini cukup banyak, yakni tanin, asam galat, resin, zat merah, dan asam benzoat. Pada daunnya terkandung alkaloid, saponin, tanin, glukosida, dan kalsium oksalat. Sementara pada kulit kayunya terkandung plumbagin, lumbagol, tanin, zat samak, alkaloid, saponin, dan kalsium oksalat.

Kembang merak disebutkan sebagai tumbuhan asli wilayah tropis dan subtropis Amerika. Referensi lain menyebutkan tumbuhan ini juga tumbuhan asli Kepulauan Karibia, dan Asia. Penyebarannya yang luas menyulitkan para ahli botani menentukan daerah asal tumbuhan ini.

Mengutip dari Wikipedia, di daerah penyebarannya, tumbuhan ini dikenal dengan nama poinciana, peacock flower, red bird of paradise, Mexican bird of paradise, dwarf poinciana, pride of Barbados, hingga flamboyant-de-jardin. Masyarakat Hawaii menyebutnya ohai aliʻi.

Di kawasan Asia, kembang merak memiliki nama beragam, di antaranya caballer (Filipina, sumber lain menyebut bulaklak, Red), kim phuong (Vietnam), oogochou, ogocho, ogochou (Jepang). Mengutip dari plantamor.com, di Tiongkok tumbuhan ini dikenal dengan nama siak tiek hua.

Di Indonesia, nama lain selain kembang merak adalah patra kembala (Sunda), perak kegel (Madura), hingga bunga kacang (Manado).

Di India, nama lokalnya sangat beragam, bergantung pada bahasa wilayah, di antaranya radhachura atau krishnachura (Bengali), guletura (Hindi), Kenjige (Kannada), settimandaram atau rajamalli (Malayalam), krishnachura (Manipuri), sankasur (Marathi), sidhakya (Sanskrit), mayirkonrai (Tamil).

Kembang merak termasuk dalam tumbuhan kacang-kacangan (polong-polongan), Fabaceae, dan memiliki nama ilmiah Caesalpinia pulcherrima.

Kembang merak adalah tumbuhan perdu dengan tinggi tumbuhan rata-rata 2-4 meter serta mempunyai banyak cabang. Kayunya berwarna putih dan padat.

Daunnya merupakan daun majemuk yang mempunyai bentuk menyirip genap serta ganda dua dengan 4-12 pasang anak daun yang bentuknya bulat telur sungsang, berujung bulat, pangkal menyempit. Daun kembang merak bertepi rata, dengan permukaan atas berwarna hijau, sedang permukaan bawahnya berwarna hijau kebiruan, berukuran panjang 1-3,5 cm dan lebar 0,5-1,5 cm. Pada malam hari daun akan menguncup.

Tumbuhan ini memiliki bunga majemuk yang panjangnya 15-50 cm, warnanya merah atau kuning. Mahkota bunganya bisa mengalami metamorfosis menjadi tabung mahkota.

Buah dari kembang merak adalah kacang polong yang bentuknya pipih dengan panjang 6-12 cm dan lebar 1,5 cm berisi 1-8 biji yang bisa dimakan. Buahnya yang sudah tua akan berwarna hitam.

Perbanyakan tanaman ini biasanya dilakukan dengan menggunakan bijinya.

Manfaat dan Khasiat Kembang Merak

Menilik salah satu namanya dalam bahasa Inggris, pride of Barbados, kembang merak adalah bunga nasional Barbados. Gambar kembang merak bahkan dipilih untuk menghiasi “the Queen's personal Barbadian flag”, bendera atau pataka Ratu Elizabeth II yang dikibarkan jika Ratu berkunjung ke Barbados atau ketika sedang menjalankan peran sebagai kepala negara Barbados. Barbados adalah negara persemakmuran Inggris.

Sejak lama bagian tumbuhan kembang merak di Suriname, yang dikenal dengan nama ayoowiri, dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional, termasuk untuk menggugurkan kandungan.

Semua biji tumbuhan kembang merak bersifat racun. Namun, sering dengan proses penuaan, atau dengan perlakuan tertentu, biji-biji tersebut dapat dimanfaatkan.

Di Hawaii, selain dimanfaatkan untuk tanaman hias, bunga-bunga tumbuhan ini dirangkai untuk lei, karangan bunga yang dikalungkan kepada tamu yang berkunjung atau hendak meninggalkan Hawaii.

Di Indonesia, selain untuk tanaman hias, tumbuhan polong ini dipilih sebagai tanaman perintis yang dibudidayakan di lahan-lahan kritis mengingat sifatnya yang cepat tumbuh.

Khasiatnya sebagai tanaman obat yang dikenal sejak lama, mendorong banyak peneliti, terutama peneliti India, Jepang, dan Tiongkok, terus menggali potensinya, untuk dikembangkan menjadi obat modern.

Penelitian yang dilakukan oleh Chiang LC dan tim pada 2003, seperti dimuat di Journal of Antimicrobial, membuktikan kembang merak memiliki aktivitas sebagai antiviral.

YK Rao, SH Fang, YM Tzeng, melalui Journal of Ethnopharmacology, pada 2005, mempublikasikan keberhasilannya mengisolasi aktivitas antiperadangan pada kandungan flavonoid Caesalpinia pulcherrima.

Penelusuran pustaka yang dilakukan Arina Hidayati pada 2015 (Fakultas Kedokteran Unsyiah, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam), menyebutkan daun kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) adalah salah satu tanaman herbal yang memiliki efek farmakologik berupa antibakteri. Lewat penelitian ia membuktikan ekstrak daun kembang merak memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dengan konsentrasi hambat minimum 10 persen dan konsentrasi bunuh minimum 70 persen. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home