Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:39 WIB | Rabu, 29 Juni 2016

Kemendag Dorong Pelaku Usaha Makanan RI Lebarkan Pasar di AS

Ilustrasi: makanan. (Foto: Dok. satuharapan.com)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Atase Perdagangan Washington DC Reza Pahlevi mendorong pelaku usaha makanan minuman (mamin) Indonesia agar lebih dikenal dunia, khususnya pasar Amerika Serikat (AS).

Menurut dia, para pengusaha produk mamin unggulan dan organik diikutsertakan dalam Summer Fancy Food Show (SFFS), pada 26-28 Juni 2016, di Javits Center, New York, AS.

“Paviliun Indonesia mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung pameran karena produk- produk yang ditampilkan memang beragam dan berkualitas unggul. Ketertarikan pengunjung terhadap produk yang ditampilkan didorong adanya keterkaitan langsung antara produk dengan petani,” kata Reza dalam keterangan tertulis, hari Rabu (29/6).

Peserta asal Indonesia terdiri dari berbagai pelaku usaha mamin yaitu Jans Food, Kara, PT. Mahaghora Asri, PT. Singabera, CV. Rembyung Sakha, PT. Bukit Sari, Ladang Lima (mewakili: PT. Bumi Agro, PT. Sekar Laut, PT. Indonesia Selera, dan Jawa Import), serta Kopi Trading Co.

Menurut dia, peserta asal Indonesia tersebut umumnya merupakan pelaku usaha yang baru pertama kali berpartisipasi di ajang SFFS sehingga diharapkan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya potensi-potensi baru pelaku usaha mamin Indonesia yang disukai masyarakat AS.

“Mereka memamerkan beragam produknya di Paviliun Indonesia yang mengusung tema “natural, organic, tradition”, dengan berbagai produk seperti keripik umbi-umbian, produk makanan ringan, kacang-kacangan, berbagai produk turunan kelapa, produk minuman dari teh, jahe, dan kopi, serta rempah-rempah kualitas utama,” katanya.

Reza menjelaskan, para pengunjung Paviliun Indonesia dapat mengetahui sumber produk yang dipamerkan peserta asal Indonesia karena pelaku usaha Indonesia yang berpartisipasi di SFFS memang membeli langsung bahan bakunya dari para petani.

"Rantai produksi yang memperhatikan keseimbangan sosial memang sangat diperhatikan konsumen pasar negara Paman Sam," lanjut Reza.

Dia mengatakan, makanan dan minuman tidak lagi hanya dilihat dari cita rasa atau harga jual. Namun latar belakang produk yang diproduksi secara etis dan bertanggung jawab semakin menjadi nilai-nilai kepantasan yang diperhitungkan buyer maupun konsumen dalam membeli dan mengonsumsi makanan.

"Seiring meningkatnya tren ini di AS, maka patut menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun pelaku usaha, karena hal ini dapat menjadi tren industri makanan dan minuman dunia," tambah Reza.

Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chicago Wijayanto menambahkan, Indonesia memiliki jutaan ragam produk makanan dan minuman yang dapat dikategorikan sebagai specialty food.

Menurut Wijayanto, Indonesia juga memiliki sangat banyak ragam mamin dengan nilai budaya dan kearifan lokal yang dapat menjadi fitur terdepan produk mamin Indonesia, dan kuliner Indonesia pada umumnya.

“Tantangan yang perlu dikelola ke depan untuk semakin mendorong minat pasar dunia terhadap produk Indonesia adalah peningkatan kapasitas proses produksi secara organik. Dengan kapasitas proses produksi secara organik, semakin banyak produk mamin Indonesia yang bermutu tinggi untuk bisa diekspor atau untuk konsumsi domestik,” kata Wijayanto.

Nilai penjualan ritel makanan di AS pada 2015 mencapai US$ 120 miliar, dan 15 persen atau sekitar USD$ 18 miliar di antaranya adalah produk specialty food. Produk yang menempati jenjang atas adalah produk keju, kopi, cokelat, makanan beku cepat saji, makanan ringan, condiment (marinades, dressings), makanan ringan terbuat dari kacang-kacangan, buah kering, biji-bijian, dan sayuran.

“Diharapkan pameran ini dapat menjadi salah satu media nation branding sekaligus media peningkatan ekspor produk makanan dan minuman Indonesia,” kata Wijayanto.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home