Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:19 WIB | Senin, 07 November 2016

Kemuning, Bunga Hias Berpotensi Antibakteri

Kemuning (Murraya paniculata). (Foto: bernicegarden.blogspot.co.id)

SATUHARAPAN.COM -  Bunga kemuning adalah tanaman hias yang menghasilkan wangi yang tajam terutama pada malam hari. Bunganya yang harum berwarna putih itu mempunyai rasa pedas, pahit, dan hangat. Buahnya akan berwarna oranye sampai merah jika sudah matang.

Kemuning sering digunakan dalam dekorasi untuk acara perkawinan. Bunga ini cukup dikenal di Indonesia, bahkan ada beberapa legenda atau dongeng rakyat dari beberapa daerah mengisahkan bunga kemuning, antara lain legenda rakyat Riau, Asal Usul Bunga Kemuning. Kemuning juga menjadi salah satu tumbuhan yang ditanam di halaman Rumah Gadang di Minangkabau.

Kemuning merupakan tumbuhan tropis yang dapat mencapai tinggi 7 meter dan berbunga sepanjang tahun. Selain itu kemuning juga memiliki khasiat herbal, yang di dalamnya terkandung senyawa kimia antara lain kumarin, alkaloid skopolamin, heptametoksi flavonoid.

Beberapa penelitian terhadap tanaman kemuning yang telah dilakukan oleh beberapa universitas di Thailand dan India, melihat bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri dan antiinflamasi, seperti yang dilakukan tim peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahidol Bangkok Thailand.

Mereka meneliti kandungan  kimia kumarin dan flavonoid dari ekstrak daun kemuning yang mampu menghambat bakteri periodontopathic, bahkan senyawa dalam ekstrak daun terisolasi menunjukkan aktivitas antibakteri dan antiinflamasi terhadap periodontopathic gingivalis. Konstituen kumarin dari daun kemuning  potensial untuk pengembangan obat antimikroba untuk mengobati penyakit periodontal.

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Pembangunan Alternatif, Dhanmondi, Dhaka, Bangladesh, yang meneliti kemuning sebagai tanaman yang berpotensi untuk pengobatan sakit gigi. Mengingat akses sebagian besar masyarakat pedesaan Bangladesh yang kurang atau tidak mampu membeli obat modern, tanaman obat dapat menjadi alternatif, untuk mengobati sakit gigi.

Dengan ditemukannya aktivitas antimikroba pada ekstrak daun kemuning  terhadap bakteri patogen manusia, periodontopathic aeruginosa, karena adanya alkaloid, flavonoid, dan senyawa fenolik dalam ekstrak daun. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun kemuning  dapat digunakan untuk mengurangi peradangan gusi dan sakit gigi.

Selain untuk pengobatan, rakyat Minangkabau menggunakan akar tanaman untuk tangkai pisau atau ladiang (golok). Urat kemuning warnanya bagus dan kayunya liat, sehingga tidak mudah pecah jika digunakan. Kayu kemuning juga bisa digunakan untuk sempoa, tangkai kuas, dan juga untuk tongkat.

Morfologi Tanaman Kemuning

Kemuning, menurut Puslitbangbun Bogor, dikutip dari situs banten.litbang.pertanian.go.id, biasa tumbuh liar di semak belukar di tepi hutan atau ditanam orang sebagai tanaman hias. Tanaman ini hidup pada ketinggian 0-400 meter di atas permukaan laut.

Variasi morfologi kemuning sangat banyak. Ada yang digunakan untuk pagar pekarangan yaitu kemuning yang berdaun kecil dan lebat. Kemuning termasuk suku jeruk-jerukan, merupakan tanaman perdu, yaitu pohon kecil yang bercabang banyak dengan tinggi 3-8 meter.

Batangnya berkayu cukup keras, berwarna kekuning-kuningan, beralur, tidak berduri. Kulit batang juga berwana kekuning-kuningan, keras, beralur dan tidak berduri.

Daun, termasuk daun majemuk menyirip ganjil, dengan anak daun 3-9 yang tumbuh berseling. Bentuk daun jorong atau bundar telur, dengan ujung dan pangkal daun meruncing, tepi daun rata atau agak beringgit, dengan permukaan licin dan mengkilat.

Bunga, majemuk sebanyak 1-8, warna putih, berbau wangi, keluar dari ujung batang atau ketiak daun. Buah, kemuning berdaging, berbentuk bulat telur atau bulat memanjang, warna hijau kalau masak warna merah mengkilat. Biji, kemuning termasuk tanaman berbiji dua.

Kemuning termasuk famili Rutaceae, dengan nama ilmiah Murraya paniculata. Kemuning juga dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain jenar, kamuning (Sunda), kemuning, kumuning  (Jawa), kajeni, kemoneng, kuning (Bali), kamuning (Menado, Makasar), palopo (Bugis), kamuni, kemuni (Bima), kemiuning (Sumba), eseki, tanasa, kamone, kamoni (Maluku), tajuman (Nusa Tenggara), kamuniang (Minangkabau).

Di daerah penyebarannya, kemuning dikenal dengan nama jiu li xiang, yueh chu (Tiongkok), orange jessamine (Inggris).

Khasiat Herbal Kemuning

Kemuning, dikutip dari usu.ac.id, berkhasiat sebagai penurun kolesterol, juga  sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit.  Secara tradisional masyarakat Filipina dan Indonesia menggunakan daun kemuning untuk obat diare dan disentri. 

Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha, Bandung, meneliti untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemuning (EEDK) terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro. Hasil penelitian menyimpulkan  EEDK mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli secara in vitro.

Rini Nurhayati dari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung meneliti untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun kemuning dalam bentuk sediaan gel yang dapat memberikan efek antiinflamasi. Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi menunjukkan gel ekstrak etanol daun kemuning dapat menurunkan inflamasi pada kaki tikus sebesar 61,53 persen dan 61,29 persen.   

Marina Panenim dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, menguji efek ekstrak daun kemuning sebagai penurun kolesterol dalam darah marmot jantan. Dari hasil pengujian statistik, diperoleh hasil pada pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB, memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin (obat penurun kolesterol) 0,80 mg/kg BB. Kesimpulannya ekstrak daun kemuning dapat menurunkan kadar kolesterol.

Demikian pula penelitian yang dilakukan Yuli Sukmawati dari Fakultas Farmasi Universitas Hamka Jakarta, yang melihat aktivitas ekstrak etanol daun kemuning terhadap penurunan kolesterol darah  pada tikus putih jantan yang telah diinduksi makanan tinggi kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol 70 persen daun kemuning dosis 32 mg/200 g BB dan 64 mg/200 g BB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum darah tikus putih jantan galur wistar sebanding dengan kolestiramin dosis 216 mg/200 g BB.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahidol Bangkok, Thailand, meneliti aktivitas antibakteri dan antiinflamasi dari kandungan kimia kumarin dan flavonoid ekstrak daun kemuning yang mampu menghambat bakteri periodontopathic. Semua senyawa dalam ekstrak daun terisolasi menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap periodontopathic gingivalis, sangat ampuh antiinflamasi. Konstituen kumarin dari daun kemuning  potensial untuk pengembangan obat antimikroba untuk mengobati penyakit periodontal.

Demikian pula penelitian yang dilakukan tim Departemen Farmakologi IBSS College of Pharmacy Malkapur  India, yang mengevaluasi aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun kemuning pada tikus. Terbukti ekstrak etanol daun kemuning , setelah diuji pada kaki tikus yang sudah diinduksi histamin, serotonin, dekstran, dapat berpotensi antiinflamasi secara signifikan. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home