Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 18:25 WIB | Rabu, 19 Maret 2014

Kepada Mama Ade Sara

Pemakaman Ade Sara (foto: www.merdeka.com)

SATUHARAPAN.COM – Maaf… sungguh saya sulit mengerti. Tidakkah beban itu terlalu berat? Pulang ke rumah tanpa orang yang kau cintai ada di sana? Itu bukan lagi sebuah rumah, itu hanya sebuah ruang hampa, bukan? Tidakkah kau ingin meraung hingga habis semua suaramu? Tidakkah ingin kau menggelepar hingga lenyap seluruh tubuhmu? Menguap… melayang ke tempat kekasih hatimu berada.

Tidak… Engkau mengungkapkan kehilangan dan kesedihanmu dengan lembut. Sara… Mama kangen… Engkau melepaskan maaf dengan segenap pasrah. Kami memaafkan kalian… Hafitd … Assyifa… Teruslah hidup, anak-anakku. Belajarlah dan bertambah bijak. Harga yang kami bayar untuk pembelajaran kalian sangat mahal… Itu bukan ”semata-mata” hidup Sara. Hidup kami juga, Papa dan Mamanya. Bayiku… bayiku… hadiah terindah dalam hidup kami… tumpuan harap kami… masa depan kami.

Engkau lembut, tak berdaya, sekaligus kuat. Dari mana kekuatan itu, Mama Sara? Saya teringat jauh di masa lampau… Kepada seorang Bapa yang rela menyerahkan hidup Anak-Nya. Dan seorang Anak yang rela menyerahkan nyawa-Nya untuk orang-orang yang dikasihi-Nya. Dari Diakah segenap kekuatan itu? Dari Diakah kau belajar, Mama Sara? Ah… saya kagum kepadamu… Lebih kagum dan hormat lagi kepada Sumber Kekuatanmu.

Apakah engkau melihatnya, Mama Sara… ah bodohnya saya… tentu engkau melihatnya terlebih dahulu. Sang Maha Kekal ada bersama anakmu, kata-Nya, ”Tugas kalian membimbing anak ini telah selesai. Kalian melakukannya dengan sangat baik, ia tumbuh menjadi anak yang penyayang dan tulus. Kini, Aku mengirim kalian kepada anak-anak lain. Anak-anak yang tertawa sambil menelan air matanya. Anak-anak lincah yang diam-diam menyimpan luka. Karena Aku mengasihi mereka, seperti Aku mengasihi Sara kalian.” 

Mama Sara… Apakah kau tahu? Engkau bahkan telah mengawali tugasmu dengan sangat indah… Tepat pada saat kau kehilangan putrimu. Ketika kalian memberikan pengampunan itu, dan berdoa bagi pembunuh anakmu. Berjuta-juta mata tertuju kepada kalian. Dan terperangah. Dan akhirnya menjadi sadar… Dibandingkan dengan kehilanganmu, banyak dari kehilangan kami yang disebabkan orang lain bukan apa-apa. Namun, kami membawa dendam kami yang remeh-temeh ke mana-mana, memperkuat kisahnya setiap kali kami sempat.

Allah Semesta Alam, betapa saya takjub akan karya-Mu, kekuatan, dan penyertaan-Mu! Ketika dunia pekat dan sarat oleh amarah, Engkau memperlihatkan kasih kepada kami. Engkaulah Sang Kasih sejati.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home