Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 16:01 WIB | Jumat, 19 Desember 2014

Kepada PGI, Presiden Yakinkan Cari Solusi Komprehensif Papua

Presiden tetap akan hadir merayakan Natal di Papua.
Pdt Socratez Sofyan Yoman (kiri) dan Pdt Karel Phil Erari setelah konferensi pers, Senin (15/12) di Gedung Oikoumene PGI, Jl Salemba no 10, Jakarta Pusat. (Foto: Bayu Probo)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Presiden Joko Widodo berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan masalah Papua secara komprehensif,” kata Sekretaris Kabinet Kerja Andi Widjajanto kepada Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Selasa (16/12) di Jakarta.

Novel Matindas, M.Th., Kepala Biro Papua PGI mengungkapkan kepada satuharapan.com bahwa terkait dengan kasus penembakan kepada para pelajar yang sedang mempersiapkan Natal di Kabupaten Paniai, Papua, PGI berinisiatif untuk membuat janji temu dengan Presiden. “Melalui Seskab,” kata Novel.

Pada pertemuan di sebuah rumah makan di Jakarta Pusat ini pemerintah diwakili oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, dan politikus PDI-P Eva Sundari. PGI diwakili Pdt Karel Phil Erari (Ketua Majelis Pekerja Harian PGI) dan Novel Matindas. Turut hadir dalam pertemuan itu adalah Pdt Socratez Sofyan Yoman (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua) dan Freddy Numberi (mantan Menteri Perhubungan).

Dalam pertemuan tersebut Andi Widjajanto meyakinkan bahwa Presiden sudah mengetahui insiden di Paniai. Juga sudah mendapat laporan pada rapat kabinet terbatas.

Menurut warga GPIB Horeb, Cililitan, ini meyakinkan bahwa Presiden belum mau memberi pernyataan karena masih menunggu laporan lengkap. “Presiden tidak mau tergesa-gesa, karena niat Presiden adalah menyelesaikan persoalan Papua dengan sungguh-sungguh. Presiden ingin agar solusi pada masalah Papua tidak hanya simbolis, tetapi komprehensif. Artinya melibatkan semua pihak,” kata Andi seperti ditirukan Novel Matindas. “Memang tidak mudah, masih butuh waktu agar perubahan yang diinginkan Presiden bisa terjadi,” dosen Departemen Hubungan Internasional  Universitas Indonesia ini menambahkan.

Namun, Presiden kemungkinan akan hadir di Natal Nasional, kata Andi. “Tapi kami akan pastikan Presiden memberi perhatian untuk Paniai,” ia menegaskan.

Sebelumnya dalam pertemuan itu Pdt Socratez mengulang pernyataannya di media yang menganjurkan Presiden yang akrab dipanggil Jokowi itu tidak hadir pada Perayaan Natal Nasional di Jayapura, Sabtu (27/12).  Ia beralasan rakyat Papua tengah berduka—sementara orang sedang berpesta Natal. “Nanti kehadiran Presiden hanya menggaungkan Natal dan melupakan insiden Paniai,” katanya.

Ia menyampaikan kekecewaan terhadap aparat TNI/Polri yang menembak pemuda-pemuda Papua di Enarotali, Paniai. Socratez meminta pernyataan tegas Presiden Jokowi. Menurutnya, sudah terlalu banyak orang Papua mati sia-sia di tangan aparat negara yang memakai fasilitas negara untuk membunuh orang asli Papua.

Pada pertemuan itu Socratez menyesalkan pernyataan wapres soal transmigrasi dan soal ekonomi. Karena orang Papua tidak kelaparan dan kekurangan. Masalah orang Papua adalah integritas dan harga diri yang selama ini diinjak-injak Negara ini. Uang tidak akan menyelesaikan masalah Papua.

Menjelaskan bahwa isu Papua sudah menjadi perhatian internasional dan makin terbuka, tidak bisa lagi ditutup-tutupi.

Kepada media, pada Kamis (11/12) usai penandatanganan MoU antara Tentara Nasional Indonesia dan Palang Merah Indonesia (PMI), di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur Jusuf Kalla membocorkan bahwa per tahun pendapatan dari tanah Papua mencapai Rp 18 triliun, namun kini jumlah tersebut menurun.

Per tahun, Papua mendapat anggaran Rp 35 triliun, artinya pemerintah juga mengeluarkan uang Rp 17 triliun. "Pikiran orang seakan-akan pemerintah mengambil kekayaan Papua, itu ingin saya sampaikan, pemerintah mensubsidi tujuh belas triliun," katanya. Pemerintahan Jokowi juga berencana untuk menggalakkan transmigrasi ke Papua.

Insiden Paniai

Penembakan yang menurut kabar terakhir menghilangkan nyawa enam pelajar di Enarotali, Paniai, terjadi setelah terjadi keributan pada Minggu (7/12)malam. Keributan terjadi bermula dari teguran warga di pondok Natal Bukit Merah kepada seseorang yang belum dikenal saat berkendara tanpa lampu. Tidak diterima ditegur, pengendara turun sehingga terjadilah perkelahian dan terdengar tiga kali suara tembakan.

Korban meninggal yang diduga akibat tembakan TNI/Polri ini adalah Simon Degei (18) siswa kelas 3 SMA Negeri 1 Paniai Timur. Korban lain, Otianus Gobai (18) merupakan siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Dia bahkan masih mengenakan baju sekolah.

Kemudian, Alfius Youw berusia (17) siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Kemudian Yulian Yeimo (17), yang masih di kelas I SMA Negeri 1 Paniai Timur. Lalu Abia Gobay berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri 1 Paniai Timur kelas III. Tiga hari kemudian korban luka, Yulian Tobai meninggal dunia menyusul lima temannya.

Tim Investigasi PGI

Awal pekan lalu, Karel Phil Erari mengungkapkan kepada satuharapan.com bahwa PGI berinisiatif mengirim tim investigasi ke Paniai. “Hasil investigasi akan kami serahkan kepada pemerintah,” kata Phil.

Walaupun indikasi penembakan oleh aparat keamanan sangat kuat, Phil menegaskan tim investigasi ini penting supaya tidak ada kesimpangsiuran informasi. Sebab, saat ini belum ada pihak yang berinisiatif untuk menyelidiki masalah ini secara tuntas.

Phil menegaskan bahwa PGI selalu aktif berperan dalam mencari solusi untuk masalah Papua, terutama soal hak asasi manusia. Ia bercerita jika Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) pun menaruh perhatian untuk masalah kemanusiaan di Papua ini. Bahkan, karena peran PGI, 100 orang Papua sempat bertemu Presiden Habibie pada 1999 lalu. Keputusan-keputusan Presiden Abdurrahman Wahid tentang Papua juga memperhatikan rekomendasi PGI ini. Phil mengulang ini saat bertemu Andi Widjajanto. Yang jelas tim investigasi ini akan melibatkan berbagai unsur dalam gereja, kata dia.

Baca juga:


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home