Loading...
INSPIRASI
Penulis: Reporter Satuharapan 10:09 WIB | Minggu, 13 Desember 2020

Kepenuhan Janji Hidup Indah

Ilustrasi. (Foto: Ist)

SATUHARAPAN.COM - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya. Mereka akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan mendirikan kembali tempat-tempat yang sejak dahulu menjadi sunyi; mereka akan membaharui kota-kota yang runtuh, tempat-tempat yang telah turun-temurun menjadi sunyi.” Yesaya 61:1-4.

“Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu. Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN. Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa.” Yesaya 61: 8-11.

Baru saja kita melewati masa kampanye pilkada dan pemilihan pemimpin daerah kita masing-masing. Kita sudah mendengar visi misi para paslon. Mereka berjanji berbuat sesuatu yang membuat kondisi daerah kita menjadi lebih baik. Tentu macam-macam yang dijanjikan, mungkin kondisi ekonomi yang lebih baik, infrastruktur yang lebih mulus atau kemajuan di bidang pariwisata dan lain-lain, meski tidak ada satu calon pemimpin pun yang berani berjanji untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Tapi memang janji itu tidak mungkin diberikan dan memang tidak perlu untuk diberikan.

Sekarang kita menantikan pemenuhan dari janji-janji mereka itu. Kita harus yakin kalau dalam menjalani  kepemimpinan, mereka pasti ingat akan janji-janji kampanyenya. Kita  yakini dan percaya bahwa mereka berusaha untuk memenuhi janji-janjinya. Tentu akan sangat menyenangkan ketika janji-janji mereka bisa menjadi kenyataan, terpenuhi. Sebab, semua yang mereka janjikan itu hal yang baik, tidak ada yang buruk. Ketika janji-janji itu terpenuhi, kehidupan menjadi lebih baik, pastilah menyenangkan, menentramkan dan membuat daerah kita maju.

Tuhan juga menjanjikan kehidupan yang sangat indah seperti termaktub dalam Yesaya 61. Janji indah itu dinubuatkan oleh Nabi Yesaya bagi Bangsa Yahudi. Janji kehidupan yang lebih indah itu dinubuatkan akan terjadi dalam kehidupan orang Yahudi ketika bangsa itu sudah kembali  ke negeri mereka dari tanah pembuangan di Babel.

Namun, nubuat yang berupa janji ini disampaikan ketika orang-orang Yahudi masih berada di tanah pembuangan di Babel itu. Di tanah pembuangan di Babel, bangsa Yahudi tentu mengalami kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan. Mereka kalah perang dan bukan hanya itu negeri mereka dengan segala yang ada di sana hancur, porak poranda oleh peperangan yang dimenangkan oleh kerajaan Babel itu.

Bait Allah, bangunan yang sakral kebanggan mereka itu tinggal puing-puing saja. Tentu banyak kerabat mereka yang tewas oleh karena peperangan, mungkin mereka ada yang dipenggal kepalanya, ditusuk tubuhnya, luka parah berdarah-darah dan yang membuat mereka makin sengsara adalah mereka harus hidup di negara yang menghancurkan negara mereka, yaitu di Babel.

Mereka berada di negara asing itu bukan untuk mendapatkan penghasilan yang besar seperti banyaknya tenaga kita yang bekerja di negara asing sekarang. Mereka berada di negara asing itu adalah dijajah, dikuasai, mungkin dipenjara, mungkin diperbudak karena berada di negara yang mengalahkan negara mereka. Hidup mereka secara total dilingkupi oleh kesedihan dan penderitaan lahir dan batin.

Janji Tuhan disampaikan oleh Nabi Yesaya harusnya cukup menyejukkan jiwa mereka yang gerah, cukup menenangkan jiwa mereka yang gelisah. Janji itu mestinya bisa membahagiakan hati mereka yang susah. Namun, mereka mungkin tidak bisa sepenuhnya meyakini bahwa janji itu akan bisa terpenuhi, kenapa? Kenapa kira-kira mereka bertanya-tanya bagaimana mungkin nubuat janji itu bisa menjadi kenyataan sebab janji itu terlalu indah untuk didengar tetapi rasanya terlalu sulit untuk diwujudkan? Karena janji kehidupan indah itu terlalu jauh berbeda dengan situasi kondisi kehidupan mereka pada saat itu. Kehidupan mereka pada saat itu benar-benar penuh dengan kesengsaraan. Sedangkan janji Tuhan itu adalah kehidupan yang benar-benar penuh denga rahmat, penuh dengan kesejahteraan dan kebahagiaan.

Jadi wajar sajalah kalau mereka sulit meyakini janji itu. Kepada mereka dijanjikan kehidupan yang dipenuhi dengan pesta pora, ada perhiasan-perhiasan, ada nyanyian-nyanyian puji-pujian, terbangunnya gedung-gedung megah, ada keramaian-keramaian, tidak ada kesunyian lagi. Mereka akan mempunyai keturunan yang terkenal, terkenal sejahtera diantara bangsa-bangsa. Hidup mereka akan dipenuhi dengan kegembiraan dan sorak-sorai di dalam Tuhan. Mereka akan dipenuhi dengan cinta kasih yang mesra. Hidup mereka akan memancarkan kemuliaan.

Begitu indah janji itu, tetapi bagaimana mungkin janji-janji indah itu bisa dapat diwujudnyatakan? Karena kehidupan mereka saat itu benar-benar sudah hancur lebur, mungkin bangsa itu nyaris punah, tinggal sedikit.

Janji itu tidak akan tergenapi, terpenuhi hanya oleh Tuhan sendiri. Janji itu akan terpenuhi jika ada keterlibatan umatNya. Janji itu akan menjadi kenyataan jika hidup umatNya layak untuk menerima pemenuhan janji itu.

Kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, kesejahteraan dan pesta pora itu akan menjadi kenyataan, jika mereka hidup di dalam kebenaran dan keadilan. Mereka tidak dapat menuntut Tuhan untuk memenuhi janji-janjiNya jika umat itu tidak atau hidup jauh dari kebenaran dan keadilan. Sebab, setiap janji hanya bisa tergenapi, terpenuhi oleh kedua pihak, baik yang memberikan janji maupun yang menerima janji.

Misalnya, Bapak Presiden berjanji akan menemui anda dan akan memberi sepeda. Apakah janji itu benar-benar akan terpenuhi jika anda menggunakan jas berdasi tetapi bercelana pendek dan pakai sandal jepit? Tidak mungkin, Paspampres pasti akan mengusir anda. Akan terpenuhikah janji itu jika anda mengenakan fulldress kemeja berdasi, celana panjang, sepatu tetapi anda tidak menggunakan masker atau face shield? Tentu tidak akan terpenuhi. Janji itu akan terpenuhi hanya jika anda layak untuk menemui sang Presiden.

Mestinya, umat Tuhan merasa dan mengerti bahwa tidaklah mudah bagi umatNya untuk bisa hidup layak di hadapan Tuhan, untuk selalu bisa hidup di dalam kebenaran dan keadilan. Tetapi yang penting umatNya punya niat, punya motivasi, punya dorongan, punya kehendak dan usaha untuk hidup layak di hadapan Tuhan maka Tuhan sendiri yang akan melayakkan hidup umatNya untuk menerima anugerahNya. Tuhan, Dia yang akan menolong dan memampukan umatNya untuk mencintai hukum, untuk hidup dalam kebenaran dan keadilan.

Janji yang indah itu tidak hanya diberikan pada bangsa pilihanNya saja, tetapi akan diberikan kepada semua umatNya, bahkan kepada semua ciptaanNya. Sebab, bangsa yang dipilih oleh Tuhan itu dikehendaki oleh Tuhan untuk menyampaikan janji-janji anugerah keselamatan dari Tuhan kepada bangsa lain, kepada semua umat manusia. Kita, saya dan saudara-saudara semua, penduduk negeri ini adalah juga umatNya. Segala sesuatu, semua yang ada di negeri kita ini tentu adalah juga ciptaanNya.

Jadi janji kehidupan yang indah dan sejahtera itu adalah juga untuk kita, untuk saudara-saudara dan saya, semua orang, semua penduduk negeri ini yang kini sedang hidup dalam pandemi Covid-19. Hidup kita juga sedang dipenuhi dengan kesengsaraan seperti bangsa Yahudi pada waktu itu. Karena pandemi ini sudah banyak bahkan ribuan orang berduka cita karena kehilangan sanak saudara dan kerabat. Kita mengalami kemerosotan ekonomi, kita mengalami kelemahan fisik, banyak orang mengalami ketakutan karena Covid-19 ini dan penderitaan kesengsaraan-kesengsaraan yang lainnya.

Kehidupan indah dan sejahtera itu, yang dijanjikan itu akan menjadi kenyataan jika kita seperti Tuhan sendiri, mencintai hukum, hidup dalam kebenaran dan keadilan, bukan semau gue. Begitu pula dengan janji-janji para calon pemimpin daerah kita ketika kampanye kemarin, itu juga akan menjadi kenyataan jika kita mendukung mereka dengan kedisiplinan kita mematuhi aturan-aturan yang berlaku mulai dari sekarang, misalnya selalu mentaati protokol kesehatan Covid-19, membayar pajak, dan yang lain-lainnya.

Jangan mengecam pemimpin yang tidak dapat memenuhi janji mereka. Jangan mengecam mereka jika kita sendiri tidak mendukung mereka dengan kedisiplinan. Mari kita dukung mereka, kita memberikan bantuan kepada mereka dengan cara kedisiplinan kita untuk mereka memenuhi janji-janji mereka.

Masa Advent ini adalah saatnya Tuhan meneguhkan kembali janji-janjiNya. Saatnya kita diingatkan kembali untuk menantikan janji-janjiNya yang indah itu dengan cara mengekang diri, mengendalikan diri kita.

Masa Advent adalah masa bagi kita untuk menjalani kehidupan yang layak, untuk menyambut kedatanganNya, kedatangan Kristus yang kedua kali. Karena itu mari kita terus berjuang bersama dan kiranya Tuhan segera memenuhi janji-janji indahNya itu dan kita akan hidup sejahtera dan bahagia. Amin. (Kemenag)

Pdt. Suko Tiyarno Christin M.Th.
(Anggota Komisi Personalia Sinode GKJW dan Direktur Institut Pendidikan Theologia Balewijaya Malang)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home