Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:13 WIB | Kamis, 07 Mei 2015

Kerajinan Eceng Gondok HSU Kalsel Tembus Jerman

Ilustrasi eceng gondok. (Foto: wikipedia.org)

AMUNTAI, SATUHARAPAN.COM – Produk kerajinan dari bahan baku tumbuhan air eceng gondok (Eichornia crassipes) di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, mampu menembus pasar luar negeri, khususnya Jepang dan Jerman.

Pimpinan YL Handycraft Cornelia Lina Meliasari di Amuntai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kamis (7/5), mengatakan, kualitas produk kerajinan eceng gondok tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk diekspor.

Melalui perusahaan YL Handycraf Yogyakarta tersebut, produk eceng gondok yang dibuat perajin Hulu Sungai Utara (HSU) sudah dipasarkan ke luar negeri dalam bentuk produk karpet, bantal dan box.

Cornelia menyayangkan, dari segi kuantitas produk eceng gondok HSU belum mampu memenuhi pesanan dari luar negeri. Padahal, jumlah perajin eceng gondok sudah tersebar di sembilan kecamatan dari 10 kecamatan yang ada.

Dari segi kualitas jenis kerajinan ini sudah berkembang pesat dalam waktu enam tahun terakhir. Bahkan ditunjang bahan baku yang melimpah karena wilayah Kabupaten HSU sekitar 89 persen didominasi lahan rawa.

Kendala dalam upaya meningkatkan jumlah produksi terletak pada aspek penyediaan bahan baku. "Jumlah perajin dan bahan baku memang banyak, tapi tidak ada kelompok masyarakat yang khusus sebagai penyedia atau pemasok bahan baku," katanya.

Sehingga, tambah dia, para perajin butuh waktu lama untuk membuat produk kerajinan, karena tersita waktunya untuk mencari bahan baku.

Semestinya, lanjut Cornelia, perajin fokus pada upaya produksi saja, sedangkan penyediaan bahan baku dilakukan kelompok masyarakat yang lain, sehingga proses produksi lebih lancar.

Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Dinkuperindag) Kabupaten HSU, Sri Mainor menuturkan, perlu sosialisasi lebih lanjut agar masyarakat ada yang bersedia menjadi pemasok bahan baku bagi perajin.

"Tapi masyarakat umumnya terbiasa mencari sendiri bahan baku eceng gondok" kata Mainor.

Pihaknya sudah mencoba memotivasi masyarakat, namun karena proses penyediaan bahan baku eceng gondok perlu proses agak lama sekitar 4 - 5 hari hingga siap dianyam, maka banyak yang lebih memilih bekerja mencari ikan karena hasilnya lebih cepat bisa diperoleh bagi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sementara Ketua PKK HSU Anisah Rasyidah Wahid memberi motivasi kepada perajin, agar tetap bersemangat menekuni usaha kerajinan eceng gondok, karena sudah ada pembeli dari dalam dan luar negeri.

"Pangsa pasar sudah tersedia, maka harus fokus meningkatkan hasil produksi kerajinan eceng gondok," kata Anisah.

Saat meninjau pelatihan eceng gondok di Desa Kayakah Kecamatan Amuntai Utara, Anisah berharap kualitas dan kuantitas kerajinan eceng gondok terus bertambah sehingga meningkatkan taraf hidup para perajin.

Murdinati, ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Teratai I Desa Kayakah menuturkan, dalam sehari setiap perajin sebenarnya bisa menghasilkan satu produk kerajinan eceng gondok.

Namun usaha kerajinan ini, katanya, masih menjadi mata pencarian sampingan, karena umumnya mereka bertani, beternak dan mencari ikan.

Hal ini, katanya tidak terlepas dari minimnya pesanan dan pemasaran. "Pesanan dari pedagang atau pengepul kami terima setiap bulan, namun tidak banyak sehingga kami masih bisa mengerjakannya sebagai kerja sampingan" terang Murdinati.

Pesanan dan pemasaran kerajinan eceng gondok dari Desa Kayakah ini mencapai Provinsi Kalimantan Timur dan Kalteng, seperti Kota Balikpapan, dan Palangkaraya.

Namun seiring peningkatan hasil kerajinan secara kualitas, Murdinati berharap hasil kerajinan eceng gondok bisa terus dipasarkan ke luar negeri. (Ant)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home