Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 14:18 WIB | Jumat, 24 Oktober 2014

Keroncong Riwayatmu Kini Resmi Dibuka Aksan Sjuman

Aksan Sjuman, Ketua Pekan Komponis Indonesia 2014 resmi membuka acara bertajuk “Keroncong Riwayatmu Kini” yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Kamis (23/10) malam. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Aksan Sjuman, Ketua Pekan Komponis Indonesia 2014 resmi membuka acara bertajuk “Keroncong Riwayatmu Kini” yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Kamis (23/10) malam.

Aksan Sjuman dalam pidatonya mengatakan  Pekan Komponis Indonesia ini telah berjalan sejak 1979 lalu. Namun seiring perjalanannya, acara tahunan tersebut sempat vakum. Dewan Kesenian Jakarta kemudian mulai menghidupkan kembali Pekan Komponis Indonesia tiga tahun silam. Dipilihnya keroncong sebagai instrumen utama merupakan penggambaran dan pengembangan musik legendaris Indonesia kepada generasi muda.

“Apa yang dilihat dari musik keroncong oleh generasi muda dan bagaimana mereka akan membuat musik keroncong di masa sekarang adalah tujuannya,” ujar Aksan.

Organologi Keroncong

Kurator organologi Jabatin Bangun mengatakan ingin mematik kesadaran masyarakat melalui musik keroncong. Musik pada dasarnya sangat berhubungan erat dengan alat musik dan instrumen. Dalam ilmu musik, organologi merupakan disiplin ilmu yang menyajikan berbagai bentuk dan proses untuk menghasilkan bunyi atau nada.

“Di dalam keroncong, banyak sekali jenis instrumen. Itu karena keroncong memiliki instrumen yang kaya dan adaptif terhadap keberagaman instrumen,” ujarnya.

Menurutnya, keroncong memang dimainkan dengan alat-alat musik modern, tetapi instrumen yang dihasilkan tetap menunjukkan warna musik asli keroncong.

“Walaupun kelihatannya keroncong menggunakan alat-alat barat, seperti celo dan biola, tetapi keroncong memperlakukan alat barat itu sangat lokal atau sangat keroncong,” kata Jabatin. Jabatin menilai keroncong merupakan jenis musik yang kaya instrumen dan instrumen ini bisa menjadi industri kreatif yang besar. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home