Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 19:41 WIB | Senin, 03 April 2017

Ketapang, Peneduh Jalan Kaya Khasiat

Ketapang (Terminalia catappa, L). (Foto: Uni Prot/JB Friday)

SATUHARAPAN.COM – Nama ketapang mengingatkan pada nama jalan di kawasan Jakarta Barat, atau di kawasan Jakarta Selatan. Nama ketapang juga mengingatkan pada nama kabupaten di Kalimantan Barat. Bagi sebagian orang, ketapang malah mengingatkan pada nama penganan atau camilan renyah, biji ketapang, yang disuguhkan di saat Lebaran.

Di dunia flora dan fauna, ketapang atau katapang adalah nama sejenis pohon rindang yang biasa tumbuh di tepi pantai. Pertumbuhannya cepat, membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, sehingga ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.

Namun, siapa nyana, tumbuhan asli Asia Tenggara ini ternyata memiliki banyak khasiat, selain sebagai peneduh jalan atau peneduh taman.

Kulit batang (pepagan) dan daun-daunnya, menurut Wikipedia, mengutip dari studi tahun 1991 oleh JLCH van Valkenburg dan EB Waluyo, Terminalia catappa L. (Record from Proseabase: RHMJ Lemmens  and N Wulijarni-Soetjipto - editors. PROSEA -Plant Resources of South-East Asia- Foundation, Bogor, Indonesia), dimanfaatkan untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga untuk membuat tinta. Pepagannya menghasilkan zat pewarna kuning kecokelatan sampai warna zaitun, dan mengandung 11–23 persen tanin. Daun-daunnya mengandung 12 macam tanin yang dapat dihidrolisis.

Tumbuhan ketapang menjadi bagian penting bagi pencinta ikan hias, yang meyakini menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Betta spp.), dapat memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan.

Kayu terasnya merah bata pucat hingga kecokelat-cokelatan, ringan sampai sedang, berat jenisnya berkisar antara 0,465–0,675. Cukup keras dan ulet, namun tidak begitu awet. Kayu ini dalam dunia perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau venir. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk ramuan rumah.

Biji ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak. Ada yang berpendapat rasanya lebih enak daripada biji kenari. Orang memanfaatkannya sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam pembuatan kue. Inti bijinya yang kering setelah dijemur menghasilkan minyak berwarna kuning. Minyak ini mengandung asam-asam lemak seperti asam palmitat (55,5 persen), asam oleat (23,3 persen), asam linoleat, asam stearat dan asam miristat.

Biji kering ini juga mengandung protein (25 persen), gula (16 persen), serta berbagai macam asam amino.

Studi yang dimuat di eprints.ums.ac.id, menyebutkan berdasarkan beberapa informasi buah ketapang sudah dimanfaatkan kulitnya sebagai briket, sedangkan bijinya telah dimanfaatkan sebagai beberapa produk industri seperti tepung, selai, kecap, dan sumber minyak nabati tetapi belum maksimal terutama di Indonesia.

Pemerian Botani

Ketapang adalah tanaman asli Asia Tenggara, dan mengutip dari Wikipedia, umum ditemukan di wilayah ini kecuali di Sumatera dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini juga biasa ditanam di Australia bagian utara dan Polinesia. Penyebarannya meliputi India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.

Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama-nama Bengal almond, Indian almond, Malabar almond, Singapore almond, Tropical almond, Sea almond, Beach almond, Talisay tree, dan Umbrella tree. Sementara di Indonesia, ketapang dikenal dengan berbagai nama daerah, yakni hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), ketapas (Timor), lisa (Rote), atapang (Bugis), talisei, tarisei, salrisé (Sulut), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), kalis, kris (Papua Barat).

Berbagai nama dagang dan nama daerah itu disatukan secara internasional melalui nama ilmiah, Terminalia catappa, L.

Mengutip dari Wikipedia, ketapang adalah tumbuhan pohon besar, tingginya mencapai 40 meter, dengan lingkar batang hingga mencapai 2 meter. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Pohon yang muda sering tampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 meter.

Daun-daunnya tersebar, sebagian besar berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, berukuran 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.

Daun-daunnya berubah kemerahan jika hampir gugur.

Bunga-bunganya berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning. Bunganya tak bermahkota, dengan kelopak bertajuk-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putih atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima.

Buahnya buah batu berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayapsempit, berukuran 2,5–7 x 4–5,5 cm, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.

Mengutip studi yang dimuat di eprints.ums.ac.id, disebutkan biji ketapang memiliki bentuk seperti biji kuaci dengan lebar dan panjang dua kali lipat dari biji kuaci yang biasa kita makan. Biji ini dilapisi oleh dua integument, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen), sehingga untuk mendapatkan bijinya sangat sulit karena tekstur kulit buah yang keras. Kulit pelindung ini berbentuk gepeng dengan sedikit menggembung di tengahnya. Biji ketapang ini juga memiliki biji yang rasanya gurih dan renyah seperti perpaduan antara buah kelapa dan kacang tanah yang lezat sehingga banyak yang menyebut biji ini sebagai biji almond tropik.

Khasiat dan Penelitian Lanjut

Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia (1967) menyebutkan khasiat akar, kulit, inti biji, dan daunnya untuk pengobatan. Rebusan akarnya, menurutnya, memiliki khasiat sebagai obat pada pendarahan, radang selaput lender usus, dan disentri. Kulit batangnya secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat sariawan dan radang selaput lendir.

Inti biji ia sebutkan memiliki khasiat sebagai penggiat fungsi kelenjar susu (meningkatkan produksi air susu). Daunnya memiliki khasiat diafirektikum, obat bengkak sendi karena rematik (obat luar).

Mengingat khasiatnya yang demikian kaya, banyak peneliti mengeksplorasi khasiat ketapang lebih lanjut untuk pengembangannya sebagai obat modern dan produk lain, termasuk di Indonesia

Miladiah Putri Handayani, melalui studi “Analisisi Biji Ketapang (Terminalia catappa, L) sebagai Suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati”, seperti dapat dibaca di mot.farmasi.ugm.ac.id (Majalah Obat Tradisional, 20 Maret 2017), mencari kemiripan antara minyak biji ketapang dan minyak zaitun, wijen, dan kelapa sawit berdasarkan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemak total (palmitat, oleat, linoleat, dan stearat) sebagai metil ester.

Ia berkesimpulan minyak biji ketapang berpeluang sebagai alternatif pengganti minyak kelapa sawit dan minyak zaitun, berdasarkan kemiripan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemaknya.

Laporan penelitian yang dimuat di eprints.ums.ac.id, menyebutkan kandungan biji ketapang berpotensi untuk dijadikan bahan pengganti kedelai dalam pembuatan tahu karena mengandung protein yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis proksimat pada penelitian Matos (2009), biji ketapang mengandung 4,13 persen air, 23,78 persen protein, 4,27 persen abu, 4.94 persen serat, 51.80 persen lemak, 16.02 persen karbohidrat, dan 548,78 kkal kalori. Ditemukan pula beberapa mineral yang baik seperti kalium (9280 ±0.14mg/100g) yang tinggi, diikuti dalam urutan dengan kalsium (827,20 ±2.18mg/100g), magnesium (798,6 ±0.32mg/100g), dan sodium (27,89 ±0.42mg/100g).

Biji ketapang dapat diperoleh secara gratis karena dianggap sampah dan tidak bernilai. Biji ini dapat diperoleh di mana saja karena pohon ketapang banyak ditanam sebagai pohon peneduh. Daun dan buahnya yang gugur hanya sebagai sampah yang akan dibuang. Karena itu dapat dikatakan pemanfaatan pohon ketapang ini belum diekplorasi secara maksimal.

Kandungan protein ketapang yang tinggi juga mendorong peneliti menganalisanya untuk menggantikan kedelai dalam pembuatan kecap, seperti dilakukan Kamal (2011). Tempe dari biji ketapang juga pernah dibuat oleh Pradekatiwi (2010) karena kandungan gizinya yang cukup tinggi sehingga memiliki potensi tinggi untuk dijadikan pengganti kedelai dalam pembuatan tempe. Delima (2013), dalam studinya menyebutkan kandungan gizi biji ketapang dimanfaatkan sebagai tepung yang disubsitusikan dalam pembuatan cookies.

Khasiat daun ketapang dieksplorasi oleh Ni Putu Dita Oktaviani, H Saikhu Akhmad Husen, Dwi Winarni, dari Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Melalui studi "Pengaruh Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Kadar Kreatinin Plasma dan Struktur Histologi Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus) Diabetik", seperti dapat dibaca di biologi.fst.unair.ac.id, para peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang terhadap kadar kreatinin plasma dan struktur histologi jaringan ginjal mencit  diabetik.

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun ketapang pada dosis hingga 200 mg/kg BB tidak berpengaruh terhadap kadar kreatinin plasma, tetapi berpengaruh terhadap perbaikan kerusakan struktur histologi ginjal pada mencit diabetik. Kerusakan sel yang terlihat berbeda bermakna adalah pembengkakan sel, sedangkan untuk nekrosis dan hidropik tidak berbeda bemakna. Kadar kreatinin plasma tertinggi bernilai 0,725 mg/dL dan kadar kreatinin plasma terendah bernilai 0,300 mg/dL, di mana kadar kreatinin plasma ini masih dalam batasan normal.

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home