Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 00:58 WIB | Sabtu, 23 Mei 2020

Khamenei Kecam Israel Sebagai "Tumor" yang Harus Dimusnahkan

Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadiri pertemuan umum menjelang peringatan ke-41 revolusi Islam, di Teheran, Iran, Rabu (5/2/2020). (Foto: Official Khamenei website)

DUBAI, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Jumat (22/5) meminta warga Palestina untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan Israel, seraya menyebut pemerintah Israel sebagai "tumor" yang harus dikonfrontasi sampai warga Palestina bebas.

Penentangan terhadap Israel adalah dasar keyakinan bagi Iran yang dipimpin Syiah, yang mendukung kelompok-kelompok militan Islam Palestina dan Lebanon yang menentang perdamaian dengan negara Yahudi itu. Teheran menolak untuk mengakui Israel.

"Perlawanan oleh Palestina harus terus berlanjut ... perjuangan untuk membebaskan Palestina adalah kewajiban dan jihad Islam ... Rezim Zionis (Israel) adalah tumor kanker di wilayah tersebut," kata Otoritas tinggi Iran Khamenei dalam pidato daring, sebagaimana dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia oleh Kedutaan Besar Iran di Jakarta.

"Hari ini, dunia menghitung satu per satu setiap korban virus corona di seluruh dunia, tetapi tidak ada yang bertanya siapa yang bertanggung jawab atas ratusan ribu kesyahidan, pemenjaraan dan penghilangan di Palestina dan di negara-negara di mana Amerika Serikat dan Eropa telah melakukan perang?" dia berkata.

"Virus Zionis yang telah bertahan lama akan dihilangkan."

Khamenei mengatakan masalah yang dihadapi Palestina merupakan isu kemanusiaan sehingga ia menyerukan solidaritas dunia untuk terlibat aktif mendorong perdamaian di wilayah tersebut.

"Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan. Pengusiran terhadap jutaan orang dari rumah mereka, lahan pertanian serta tempat tinggal dan mata pencahariannya yang dilakukan dengan pembunuhan dan kejahatan, pasti akan menyakiti setiap hati nurani manusia," kata Ayatullah Khamenei dalam pidato politiknya.

"Oleh karena itu, membatasi masalah ini hanya pada isu Palestina semata, ataupun masalah Arab, tentu saja merupakan kesalahan besar," tambah dia.

Dalam pidato setebal tujuh halaman itu, Khamenei menyerukan tujuh poin kepada para pendukung perjuangan rakyat Palestina. Salah satu poin itu mengajak warga dunia untuk membantu membebaskan seluruh wilayah sengketa dari kekuasaan Israel dan mengembalikannya ke rakyat Palestina.

"Tujuan dari perjuangan ini adalah pembebasan seluruh wilayah Palestina, dari laut ke sungai, dan kembalinya semua warga Palestina ke tanah air mereka," kata Khamenei seraya menyebut pembentukan pemerintahan otonom di wilayah sengketa bukan tindakan yang tepat.

Dalam peringatan Hari Quds itu, Khamenei juga mendukung adanya referendum yang melibatkan seluruh agama dan etnis di Palestina untuk menentukan masa depan negara mereka.

"Palestina adalah milik orang-orang Palestina dan harus diatur oleh kehendak mereka sendiri. Prakarsa referendum yang melibatkan semua agama dan etnis Palestina, yang telah kami sampaikan hampir dua dekade lalu adalah satu-satunya kesimpulan yang perlu diambil untuk menghadapi tantangan Palestina saat ini dan esok," ujar dia.

Dukungan terhadap referedum, menurut Khamenei, merupakan upaya menanggapi tudingan antisemit yang dituduhkan negara-negara barat ke Iran dan Palestina. "Sesuai rencana ini, orang-orang Palestina, baik Yahudi, Kristen, maupun muslim bersama-sama mengikuti referendum untuk menentukan sistem politik negara Palestina," kata dia.

Lewat pidato politiknya itu, Khamenei mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa karena dinilai tidak membantu penyelesaian konflik di Palestina. Ia juga menuding negara-negara barat bertanggung jawab atas aksi penjarahan dan penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Ia juga mengkritik negara-negara di kawasan Arab yang tidak banyak membantu penyelesaian konflik di Palestina.

"Setelah kedatangan Amerika Serikat sebagai penjaga kepentingan ini, mereka telah melupakan tugas-tugas kemanusiaan, Islam, dan politik serta semangat dan kebanggaan Arabnya dengan harapan palsu, [...] di mana perjanjian Camp David contoh nyata dari fakta pahit tersebut," kata Khamenei.

"Camp David Accords" atau Perjanjian Kamp David merupakan kesepakatan politik yang ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat, Perdana Menteri Israel Menachem pada 17 September 1978, setelah rampungnya perundingan rahasia selama 12 hari di Kamp David di Maryland, AS. Perjanjian itu berisi kesepakatan damai mengenai pengelolaan dan pembagian wilayah Palestina tanpa melibatkan rakyat Palestina.

Sementara itu, Hari Internasional Quds, yang menggunakan nama Arab untuk Yerusalem, merupakan hari yang diperingati tiap Jumat terakhir pada bulan suci Ramadan, diinisiasi pertama kali oleh Iran pada 1970. Hari Internasional Quds diperingati tiap tahun sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina dan bentuk kecaman terhadap Israel. Acara tahunan ini diresmikan oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, mendiang pendiri Revolusi Islam 1979 Iran.

Namun, ulama penguasa Iran harus membatalkan aksi unjuk rasa nasional tahunan untuk memperingati Hari Quds karena wabah virus corona. Iran adalah salah satu negara yang paling terdampak di wilayah ini dengan 7.249 kematian dan total 129.341 infeksi. (Ant/Reuters)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home