Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 11:44 WIB | Sabtu, 20 Desember 2014

Kisah Cinta NU dan Muhammadiyah Menang Sayembara DKJ

Kisah Cinta NU dan Muhammadiyah Menang Sayembara DKJ
Dari kiri Irawan Karseno (Ketua DKJ), Nukila Amal (juri), perwakilan pemenang ketiga Bagus Dwi Hananto, juara kedua Ziggy Z, juara keempat Faisal Oddang, Martin Suryajaya (juri), Zen Hae (juri), dan Fikar W. Eda (Ketua Komite Sastra DKJ) Di Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel yang diselenggarakan di Gedung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta pada Kamis (18/12) malam. (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Kisah Cinta NU dan Muhammadiyah Menang Sayembara DKJ
Mahfud Ikhwan, alumni Sastra Indonesia UGM asal Lamongan yang menjadi pemenang Sayembara Menulis Novel DKJ 2014.
Kisah Cinta NU dan Muhammadiyah Menang Sayembara DKJ
pelukis sekaligus Ketua DKJ Irawan Karseno saat memberi sambutan Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2014.
Kisah Cinta NU dan Muhammadiyah Menang Sayembara DKJ
Musikus Dialog Dini Hari (kanan) berkolaborasi bersama Stela (tengah) dan Rio (kiri).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) secara resmi telah mengumumkan pemenang sayembara menulis novel 2014 yang diselenggarakan sejak Juni lalu.

Di Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel 2014 yang diselenggarakan di Gedung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta pada Kamis (18/12) malam, DKJ mengumumkan empat pemenang dari 61 penulis yang telah diseleksi sejak September lalu.

Pengumuman pemenang dibacakan oleh dewan juri Nukila Amal, Martin Suryajaya, dan Zen Hae.

Naskah berjudul Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan berhasil menjuarai sayembara ini. Novel Mahfud bercerita tentang percintaan anak muda dengan latar belakang aliran agama berbeda, yakni antara Islam NU dan Muhammadiyah. Dewan juri menilai tema perbedaan dalam tradisi Islam di negeri ini berhasil dilebur dalam cerita tanpa terjebak kecenderungan berceramah atau moralis. Novel buah karya alumni Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada ini juga berhail menyoroti gejolak perubahan tatanan politik makro dan pengaruhnya terhadap perkembangan sosial-politik dan dinamika kehidupan sebuah desa. Sementara terkait persoalan teknis, menurut Nukila novel ini ditulis dengan bahasa yang bersih dan cermat.

“Di atas rata-rata nakah lain,” kata Nukila. Sementara itu, variasi dan permainan bahasa dinilai unggul dan meyakinkan dalam beberapa tataran, sedangkan alur cerita dibiarkan mengalir. Penokohan pun cukup kuat dan konsisten.

Namun, menurut dewan juri ada beberapa kelemahan dalam novel tersebut, yakni penggunaan bahasa Arab yang jarang sekali dituliskan maknanya, kurangnya kebaruan dari segi tema, dan penggunaan perspektif yang kurang kritis.

Sementara itu, naskah novel yang berhasil dinobatkan sebagai juara kedua berjudul Di Tanah Lada karya Ziggy Z. Novel berkisah tentang kekerasan terhadap anak. Novel memilih penutur cerita anak kecil berusia enam tahun.

“Semua itu ditakar dalam pengamatan, perasaam, dan pikiran anak-anak yang polos, naif, dan serba ingin tahu,” ujar Nukila mengomentari naskah Ziggy Z. Namun, menurutnya penulis terpeleset dalam menggarap penokohan si anak. Penulis kerap menulis kata-kata abstrak yang secara realistis tidak mungkin dituturkan anak berusia enam tahun.

Naskah yang menduduki peringkat ketiga berjudul Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. Novel berkisah tentang lelaki paruh baya yang menjadi pembunuh berantai lalu memakan daging dan organ tubuh korbannya. Novel in menurut Martin memiliki kekuatan keberanian mengangkat tema psikografi kriminal dan kanibalisme yang jarang diangkat dalam sastra Indonesia.

Namun, Martin mengakui novel juga mengakui terdapat kelemahan dalam movel tersebut, salah satunya teknis kebahasan tidak rapi dengan struktur kalimat yang ‘serampangan’.

“Terdapat repetisi frasa yang terlalu sering dijumpai,” kata Martin.

Selanjutnya, naskah yang berhasil menduduki peringkat keempat adalah naskah berjudul Puya ke Puya karya Faisal Oddang. Menurut Zen Hae, naskah yang tergolong dalam novel etnografis tentang masyarakat Toraja ini mempertautkan persoalan adat dan modernitas. Novel memiliki struktur dan cara bertutur yang unik. Namun, kata Zen, novel juga memiliki kekurangan yakni terdapat keseragaman rasa bahasa yang dituturkan para narator.

Para pemenang Sayembara Menulis Novel DKJ akan mendapatkan hadiah berupa sejumlah uang. Pemenang pertama mendapatkan Rp 20.000.000, pemenang kedua mendapatkan Rp 10.000.000, pemenang ketiga Rp 7.500.000, dan pemenang keempat mendapatkan Rp 5.000.000.

Irawan Karseno, Ketua DKJ berharap diselenggarakan sayembara ini dapat mendorong melahirkan penulis-penulis terbaik dan menawarkan kebaruan dalam ranah sastra Indonesai.

“Semoga sayembara ini dapat terus berlangsung dan mendatangkan tantangan serta kegairahan bagi penulis-penulis kita,” kata Irawan.

Sebelumnya, sayembara novel DKJ telah memenangkan karya terbaik dari sastrawan ternama seperti Putu Wijaya pada 1975 dengan novelnya berjudul Stasiun, Ahmad Tohari dengan karya berjudul Di Kaki Bukit Cibalak pada 1978, dan Ayu Utami dengan karya berjudul Saman pada 1998.

Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel 2014 ini dimeriahkan oleh penampilan musikus Dialog Dini Hari berkolaborasi dengan violis Rio dan perkusionis Stela yang membawakan lagu bergenre folks dengan sentuhan lirik yang kaya metafora.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home