Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 14:17 WIB | Kamis, 05 Mei 2016

“Kita adalah Garam dan Terang Dunia”

Ilustrasi. Para relawan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres) Joko Widodo dan Jusuf Kalla menggelar aksi menyalakan seribu lilin untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai simbol kejujuran dalam mengawal perolehan suara pemilihan presiden (Pilpres) 2014 di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Sabtu (12/7) (Foto : Dedy Istanto).

SATUHARAPAN.COM – Yesus berkata, “Kamu adalah garam dunia” dan “Kamu adalah terang dunia”. Itulah yang tertulis di dalam kitab Injil Matius 5:13-16. Mungkin, sebagai orang Kristen, kita sudah tahu apa yang Tuhan maksud dalam perikop tersebut.

Orang Kristen diminta untuk membuat perbedaan di dunia dan membela kebenaran. Tuhan juga meminta kita untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran. Garam dan terang dunia adalah sebagai suara kenabian bagi orang-orang yang tidak kenal Tuhan. Artinya, seperti yang dilansir dari Christian Today, jika kita dipanggil menjadi terang dunia, itu karena ada begitu banyak kegelapan di sekitar kita.

Pemikiran tersebut mungkin ada benarnya. Tapi mungkin kita harus menengok sejarah lebih jauh lagi. Mengapa Yesus, atau mengapa Matius mengatakan hal itu? Mengapa perikop tersebut ditulis setelah ayat pertama dalam Sabda Bahagia yang Yesus ucapkan di bukit, “Diberkatilah mereka...”

Sebuah teks, tanpa konteks adalah dalih. Jadi ini tampaknya yang Tuhan maksud adalah bahwa orang-orang garam dan terang dunia adalah orang-orang yang haus dan lapar akan kebenaran, yang membawa damai dan yang teraniaya.

Menjadi garam dan terang dunia tidak terkait dengan apa yang Anda lakukan, namun lebih kepada karakter yang Anda miliki. Ini tentang karakter Anda dan yang terkait dengan “sikap hati”.

Ketika Anda pulang, tutup pintu dan lihat di kaca, siapa yang Anda lihat? Orang yang ada di cermin itulah yang disebut sebagai garam dan terang dunia. Cara lain untuk merenungkan “Sabda Bahagia” yang diucapkan Yesus di atas bukit adalah tentang sikap hati. Apakah orang yang ada di sekitar Anda melihat Anda sebagai pembawa damai, suci hatinya dan menyayangi sesama?

Itulah panggilan orang-orang Kristen yang sejati. Orang seperti itulah yang membuat orang lain tertarik karena ada Yesus di dalam Anda. Oliver Wendell Holmes, seorang hakim dan penulis asal Amerika pernah berkata: “Saya mungkin telah memasuki dunia pelayanan jika pendeta yang tertentu yang kukenal tidak terlihat dan bertindak seperti pengurus gereja saja.”

Kita tidak bisa mengubah karakter kita. Ada sebagian orang yang memiliki sifat tenang, ada juga yang cerewet. Sebagian orang juga adalah tipe orang yang suka berteman dan suka pesta, tapi ada juga yang suka menyendiri.

Apapun jenis kepribadian kita, “sikap hati yang baik” adalah sikap yang menyerupai Kristus. Artinya, kita menjangkau orang yang belum mengenal Tuhan dengan kasih dan rahmat-Nya. Rasa yang harus ditambahkan adalah kelembutan dan belas kasihan. Terang yang bersinar di antara orang Kristen adalah kedamaian dan kemurnian.

Jika kita benar-benar ingin menjadi garam dan terang dunia, kita perlu mempelajari karakter Kristus.

Selamat memperingati kenaikan Yesus Kristus ke surga. Tuhan Memberkati. (Christian Today)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home