Loading...
HAM
Penulis: Endang Saputra 18:08 WIB | Rabu, 02 Maret 2016

Komnas Perempuan Nilai Tradisi Lokal Hampir Punah

Komisioner Komisi Hak Asasi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan), Yunita Chuzaifah, saat memberikan pandangannya terkait dengan batasan sensor yang dikeluarkan oleh KPI dinilai melanggar konstitusi seseorang.(Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Yunianti Chuzaifah, menilai tradisi-tradisi lokal di Indonesia hampir punah.

Menurut Yunianti, tradisi yang punah seperti menggunakan sanggul tradisi Betawi yang disebut Sanggul Bu Atun, Sanggul Sisir dan di Aceh Sanggul Lipek Pandan.

“Tradisi-tradisi lokal seperti menggunkan sanggul, di Betawi dan Aceh hampir punah,” kata Yunianti dalam diskusi di LBH Jakarta Jalan Diponegoro No 74, Jakarta Pusat, hari Rabu (2/3).

Yunianti berpendapat seharusnya tidak perlu dipermasalahkan jika ada orang yang berekspresi menurut keyakinan agamanya.

“Saya melihat silakan kalau mau berekspresi berdasarkan keyakian agama, tapi tanpa harus menghapuskan mereka–mereka yang berkeyakinan untuk menjaga tradisi untuk menjaga adat dan menjaga agama-agama penghayat karena kita mempunyai kesejarahan yang panjang, jadi ini bagian dari hak asasi manusia,” kata dia.

“Makanya di PBB masyarakat adat termasuk yang mendapatkan prioritas untuk bisa mendapatkan perlindungan, termasuk perlindungan terhadap patung-patung. Patung itu bukan hanya ekspresi fisik karena dia bagian dari ekspresi spiritual dan dia diletakkan sebagai pengingat atau memorialisasi, mengingatkan pada fase kejadian apa dan dia harus berulang,” dia menambahkan.

 Yunianti juga melihat tradisi-tradisi Wahabisme semakin mereba kemana-mana.

“Waktu saya  umroh misalnya saya ingin tahu makam Siti Hawa dan banyak tokoh  menarik lainnya. Kalau  makam Siti Hawa masih ada, tetapi yang lain tidak terdeksi kesejarahan Islam. Lama-lama dengan Wahabisme itu akan mudah hangus,” kata dia.

Yunianti mengatakan, dalam kesejarahan berbagai peninggalan digunakan untuk mendeteksi sejarah seperti prasasti, koin, dan patung-patung.

“Kesejarahan itu bisa dengan prasasti atau koin dan kita pernah tahu peradaban kita dulu punya Kerajaan Sriwijaya, dan patung-patung dulu pernah ada peradaban tradisi-tradisi yang fundamentalistik, yang historis. Menghilangkan sejarah ini bisa  mengapuskan peradaban manusia,” kata dia. 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home