Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 19:11 WIB | Senin, 25 Agustus 2014

Komunitas Antaragama Jenewa Tunjukkan Solidaritas pada Irak

Sekitar 400 orang berkumpil di Candi de la Fusterie di Jenewa, Swiss untuk berpartisipasi dalam komunitas antaragama pada Rabu (20/8) lalu. (Foto: oikumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 400 orang berkumpil di Candi de la Fusterie di Jenewa, Swiss untuk berpartisipasi dalam komunitas antaragama pada Rabu (20/8) lalu. Mereka mengekspresikan rasa solidaritas pada masyarakat yang teraniaya di Irak, akibat konflik di negara tersebut.

Acara ini diselenggarakan oleh sejumlah organisasi agama setempat, termasuk anggota gereja-gereja Swiss dan organisasi Muslim yang secara teratur bekerja dalam kemitraan dengan Dewan Gereja Dunia (World Councilof Churches/WCC).

Salah satu anggota komunitas antar agama sekaligus penggagas acara itu, Deacon Maurice Gardiol, menyatakan keprihatinan pada masyarakat di Irak. Menurutnya, komunitas agama di Irak teraniaya dan tak boleh ditinggal sendirian.

Sementara itu, Presiden Geneva Spiritual Appeal Association, William McComish mengatakan semua agama yang hadir dalam acara tersebut menolak kebencian dan kekerasan. Karena kesamaan visi tersebut, orang-orang beriman menuntut diakhirinya penggunaan agama untuk membenarkan kekerasan.

Sedangkan Kepala Paroki Gereja Katolik Lama Jenewa, Jean-Claude Mokry  berbagi pandangan yang sama. Menurutnya, tidak mungkin untuk mengacuhkan situasi di Timur Tengah, atau mereka yang tertindas di Irak.

 Seorang anggota komunitas Yazidi Kurdi Suriah yang telah tinggal di Swiss selama tiga tahun ingat bahwa beberapa orang tewas di wilayahnya oleh militan. Dia menyatakan keprihatinan tentang situasi di wilayah tersebut, mengingat bahwa sejumlah besar orang, termasuk perempuan dan anak-anak telah diculik dan dibunuh dalam konflik. Apa yang kita lihat di media jauh dari kenyataan, katanya.

"Di Erbil, Ibukota Kurdistan Irak, orang Kristen hidup tanpa tempat tinggal, rumah dan kebutuhan dasar hidup," ucap seorang Kristen Irak.

Seorang wanita muda dari komunitas Alevi mengatakan bahwa militan di Irak melakukan kekerasan atas nama Islam tidak harus dikaitkan dengan umat Islam di tempat lain. Sebuah surat yang ditulis oleh ulama menyatakan bahwa orang-orang yang menghasut kekerasan tidak dapat dianggap perwakilan Islam yang otentik, melaporkan anggota lain dari komunitas Muslim dari Jenewa.

Sebelum acara tersebut, masing-masing peserta dengan mawar putih di tangan membentuk rantai manusia di sekitar candi sebagai isyarat simbolis refleksi antaragama tentang perdamaian dan solidaritas. Sementara pembicara menyalakan lilin di tengah Fusterie, Cagdas Ozan, seorang musisi sufi dan anggota dari Pusat Kebudayaan Alevi, bernyanyi dan memainkan kecapi. Sesaat keheningan dan doa diamati. (oikoumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home