Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 18:26 WIB | Kamis, 08 September 2016

Koro Benguk, si “Magic Velvet” Obat Fertilitas Pria

Koro benguk (Mucuna pruriens). (Foto: ayurvedaherb.blogspot.co.id)

SATUHARAPAN.COM – Tidak seberuntung kacang-kacangan yang lain, koro benguk tidak populer di negeri ini. Namanya bercitra “ndeso”, mengesankan kacang-kacangan jenis ini hanya dikonsumsi di daerah pedalaman atau perdesaan.

Bukan hanya itu, selain gatal daunnya jika tersentuh tangan, penyebab lain kurang populernya koro benguk adalah karena tumbuhan ini mengandung asam sianida (HCN). Namun, koro benguk pada kenyataannya menyimpan khasiat obat yang demikian dahsyat. Peneliti-peneliti, dari India terutama, hingga kini terus menggali dan mengembangkan potensinya untuk obat modern berdasarkan pemanfaatannya sejak lama sebagai obat tradisional. Salah satu di antaranya untuk obat kesuburan pria.

Tak jauh berbeda dengan mengkudu, atau kulit manggis, di era modern ini koro benguk juga diperdagangkan dalam bentuk aneka bentuk olahan dan kemasan, sebagai suplemen kesehatan. Sebagian memakai nama ilmiahnya, “Mucuna Pruriens”.

Seperti dikutip dari biodiversitywarriors.org, koro benguk juga diolah menjadi tempe benguk dan menjadi makanan khas Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Sumber lain menyebutkan penelitian juga dilakukan untuk upaya mengembangkannya menjadi susu, seperti susu kedelai.

Koro benguk adalah tumbuhan kacang-kacangan yang berasal dari daerah tropis Asia dan tropis Afrika, yang kemudian dibudiyakan di seluruh dunia.

Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama velvet bean, bengal velvet bean, florida velvet bean, mauritius velvet bean, yokohama velvet bean, cowage, cowitch, lacuna bean, dan iyon bean.

Di India, koro benguk memiliki banyak nama, sesuai nama lokalnya. Di antaranya, seperti dikutip dari Wikipedia, yakni atmagupta, kapikacchu (Sanskrit), kiwanch, kooch (Hindi), alkushi (Bengali), poonaikkaali (Tamil). Di Nepal, koro benguk dikenal dengan nama kauchho atau kauso. Di Afrika, nama yang dikenal adalah "devil beans" (Nigeria, dalam bahasa Inggris), feijao maluco ("mad bean", Angola dan Mozambique), huriri (Zimbabwe).

Nama lain koro benguk adalah frijol de Abono (Guatemala), fogarete (Dominika), picapica (Spanyol, Puerto Riko), po-de-mico, feijao-da-florida, feijao-cabeludo-da-india, feijao-de-gado, feijao-mucuna, mucuna-vilosa (Brasil dan Portugal), ci mao li dou (Tiongkok), juckbohne (Jerman), mah mui (Thailand), dau meo rung, đau ngua, moc meo (Vietnam), kway lee yerr thee (Myanmar),

Kara benguk atau kacang babi (Mucuna pruriens) adalah tumbuhan perdu merambat dengan tinggi 6 - 15 m. Ketika tumbuhan ini masih muda, bulu halus menutup seluruh bagian tumbuhan, yang kemudian hilang seiring pertumbuhan.  

Daunnya menyirip ganda tiga, berbentuk telur. Pada tumbuhan muda, daun-daun ini tertutup bulu halus. Bunganya membentuk rangkaian, dengan mahkota berwarna keunguan atau putih.

Buahnya adalah buah polong, yang menggerombol pada batang. Polong koro benguk lonjong, mengutip dari faperta.uho.ac.id, dengan panjang 4 – 15 cm, yang mengandung 3 – 6 biji. Polong yang masih muda dapat dimakan setelah direbus terlebih dahulu. Bijinya berukuran sebesar ujung kelingking, berbentuk hampir persegi dengan tebal 5 mm. Biji yang sudah tua, bisa untuk pengganti kacang kedelai untuk membuat tempe.

Manfaat dan Khasiat Koro Benguk

Publikasi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan koro benguk mengandung energi sebesar 332 kilokalori, protein 24 gram, karbohidrat 55 gram, lemak 3 gram, kalsium 130 miligram, fosfor 200 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam koro benguk juga terkandung vitamin A sebanyak 70 IU, vitamin B1 0,3 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari penelitian terhadap 100 gram koro benguk, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 95 persen.

Data dan referensi koro benguk tidak sebanyak koro pedang. Juga, tidak banyak peneliti di Indonesia meneliti koro benguk. Salah satu penelitian, di antaranya dilakukan dua peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian dan Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, Ratri Tri Hapsari dan Eny Widajati, yang melakukan studi perkecambahan koro pedang dan koro benguk “Studi Karakteristik Perkecambahan Beberapa Lot Benih Koro Pedang Tipe Tegak (Canavalia ensiformis), Tipe Merambat (Canavalia gladiata), dan Koro Benguk (Mucuna pruriens, L., DC.)”.

Menarik, kedua peneliti menyebutkan kacang-kacangan lokal yang melimpah dan potensial, karena memiliki kandungan nutrisi hampir sama dengan kedelai, termasuk koro benguk, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal sehingga pemanfaatannya relatif terbatas.

Kacang-kacangan lokal, menurut kedua peneliti, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang rumit. Kacang-kacangan tersebut mampu hidup pada kondisi kekeringan, lahan masam dan salin, serta berpotensi sebagai bahan obat-obatan.

Studi yang dilakukan Sakti PC Pandiangan (2008), seperti dikutip dari repository.ipb.ac.id, menyebutkan koro benguk merupakan tanaman cover crop yang dapat tumbuh di lahan bekas penambangan batubara. Tumbuhan ini dapat menaikkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan N dalam tanah, dan sebagai tanaman konservasi yang dapat mengurangi erosi tanah.

Koro benguk sangat populer di India sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Pemanfaatannya sudah lama dikenal melalui tradisi pengobatan Ayurveda, untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk parkinson, seperti dapat dibaca di Wikipedia, mengutip dari studi Sathiyanarayanan dan tim pada 2007.

Koro benguk dilaporkan mengandung Levo-dihydroxy phenylalanine (Levadopa/L-dopa), asam amino dan hormon, suatu prekursor metabolik dopamine yang dapat menembus sawar darah otak, yang membantu penderita parkinson (Shaman Australis Botanicals 2012). Karena itu pula, L-dopa dari koro benguk diperdagangkan dalam aneka kemasan.  

Berdasarkan tradisi pengobatan Ayurveda pula, koro benguk memiliki khasiat sebagai zat perangsang. Peneliti India mendapati koro benguk memiliki khasiat mengobati artritis.

Koro benguk mengandung empat jenis isoflavon. Kandungan isoflavon yang dimiliki kacang koro benguk dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe yang bergizi.

Chikoye dan Ekeleme (2001) melaporkan senyawa alelopati dari koro benguk dapat dimanfaatkan sebagai herbisida untuk mengatasi alang-alang (Imperata cylindrica).

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home