Loading...
INDONESIA
Penulis: Wim Goissler 16:37 WIB | Minggu, 31 Desember 2017

Kunjungan Jet Tempur Rusia ke Papua Picu Reaksi Australia

Prajurit pesawat tempur Rusia disambut oleh warga Biak, Papua (Foto: Lanud Biak)

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Kunjungan empat pesawat tempur Rusia ke Biak, Papua, awal bulan ini, ternyata menyisakan kisah yang belum banyak diungkap. Negara tetangga, Australia, memantaunya secara cermat dan penuh kewaspadaan.

Menurut laporan media Australia, ABC, Angkatan Udara Australia, Royal Australian Air Force (RAAF),  bereaksi dengan meningkatkan kewaspadaan dalam periode lima hari kunjungan tersebut. Bahkan ada kecurigaan Rusia sedang melakukan pengumpulan informasi intelijen.

Saluran televisi Australia, ABC, melaporkan personel pertahanan negara itu di Darwin beroperasi pada "kesiagaan yang meningkat" awal bulan Desember sehubungan dengan adanya latihan navigasi pesawat pembom strategis Rusia di dekat Australia, yang terbang keluar dari sebuah pangkalan militer Indonesia.

Menurut ABC, pangkalan RAAF di Darwin,  berada pada kewaspadaan tingkat tinggi pada suatu 'periode yang singkat', ketika 100 personel pertahanan Rusia dan beberapa pesawat ditempatkan di Pangkalan Udara Biak di Papua, Indonesia.

 ABC juga melaporkan selama persinggahan lima hari, dua jet pembom Tu-95 bertenaga nuklir melakukan misi patroli pertama mereka di Pasifik Selatan, yang memicu kekhawatiran bahwa mereka mungkin telah mengumpulkan informasi berharga.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pembom strategisnya "melakukan misi siaga udara di perairan netral di Samudra Pasifik selatan" dalam penerbangan yang berlangsung lebih dari delapan jam.

Dalam sebuah pernyataan kepada ABC, Departemen Pertahanan Australia mengatakan  "Australian Defence Force (ADF) mempertahankan tingkat kesiapan dan postur yang sesuai untuk menanggapi keadaan yang berkembang," namun tidak secara khusus mengacu pada aktivitas Rusia.

"Tidak ada  pesawat terbang asing yang tidak terdetekasi atau tidak terjadwal yang beroperasi di wilayah udara Australia selama periode ini," Departemen itu menambahkan.

Departemen Pertahanan Australia juga menegaskan bahwa markas RAAF di Darwin tidak pernah di-lock down menanggapi kehadiran pesawat Rusia, namun mengakui "pada awal Desember ada periode singkat kesiapan yang meningkat" di fasilitas tersebut.

Sebagaimana luas dilaporkan oleh media di Tanah Air, pada Selasa 5 Desember lalu empat pesawat Rusia  mendarat di di Bandara Internasional Frans Kaisiepo, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Pesawat-pesawat tersebut mengangkut 110 personel militer.

Empat pesawat tersebut terdiri dari dua pesawat angkut jenis Ilyushin-76/78813 dan Ilyushin -76/78810, serta dua Bomber Tupolev TU-95 MS yang merupakan jenis pesawat pengebom strategis bermesin turboprop empat..

Menurut Komandan Lanud Manuhua, Kolonel PNB Fajar Adriyanto, keempat pesawat dengan 110 personel itu diterima langsung beberapa pejabat TNI AU yang ada di Biak.

Fajar menjelaskan, dikutip dari Kompas, kedatangan pesawat Rusia tersebut untuk melaksanakan misi Navigasi Exercises atau latihan penentuan kedudukan (position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta dan juga untuk wisata alam di Indonesia, khususnya di Biak.

Peter Jennings, salah seorang pakar pertahanan terkemuka Australia, yakin Departemen Pertahanan Australia mengkhawatirkan kemampuan pesawat Rusia jarak jauh untuk mengumpulkan informasi intelijen selama kunjungan mereka ke wilayah tersebut.

Direktur Eksekutif Australian Strategic Policy Institute itu mengatakan ini merupakan langkah signifikan Moskow.

"Bagi Rusia untuk mengirim beberapa pesawat sejauh ini ke selatan, saya pikir benar-benar membuktikan bahwa kapasitasnya mencapai jangkauan jangka panjang," katanya.

"Tidak mengejutkan saya, paling tidak kekuatan militer kita sendiri menaikkan tingkat kewaspadaan mereka sebagai tanggapan."

"Saya yakin ada kekhawatiran Australia mengumpulkan informasi intelijen sebab mereka tidak akan pergi sejauh itu ke Selatan tanpa ingin mengamati sosok salah satu sekutu penting AS AS, yang beroperasi dari markas RAAF di Darwin dan di Tindall," kata Jennings. 

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan penerbangan di atas perairan netral di Arktik, Arktik utara, Laut Hitam dan Laut Kaspia, serta Armada Pasifik dilakukan secara reguler oleh pesawat terbang jarak jauh.

"Semua misi yang dilakukan Angkatan Udara Rusia sesuai dengan hukum udara internasional," demikian pernyataan  Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir oleh The Guardian.

Indonesia sendiri menyambut baik kehadiran pesawat-pesawat Rusia. 

"Mereka akan berada di Biak selama lima hari dan akan dibawa ke tempat wisata. Mereka terbang dari Rusia dengan suhu –37 derajat celsius dan landing di Biak dengan suhu 37 derajat celsius, perbedaan suhu yang signifikan antara suhu Rusia sebagai home base mereka dan suhu di Indonesia, khususnya di Biak. Sekaligus kesempatan bagi mereka untuk menguji kesiapan dan ketahanan pesawat mereka yang selama ini hanya terbang di daerah bersuhu dingin," kata  Fajar.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home