Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 21:16 WIB | Senin, 20 April 2015

La Nyalla: Kita Bela Kebenaran, Kok Disalahkan?

Ketua Umum PSSI La Nyalla Matalitti. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia La Mahmud Nyalla Matalitti mengaku bingung dengan kebijakan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.

“Kita ini bela kebenaran, kenapa kita yang disalahkan,” kata La Nyalla dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/4).

Menurut Ketum PSSI itu, pembekuan yang dilakukan Menpora hanya disebabkan dua klub sepak bola Tanah Air, Persebaya Surabaya dan Arema Malang, di mana Menpora mengklaim PSSI tak mengindahkan Surat Peringatan (SP) yang sudah dikirimkan sebanyak tiga kali.

Padahal, dia melanjutkan, dalam keputusannya tanggal 1 April 2015 silam, Kemenpora melalui Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tidak merekomendasikan Persebaya dan Arema karena masalah legalitas.

“Untuk kasus Persebaya, Persebaya yang asli adalah Persebaya pimpinan Saleh Mukadar yang diturunkan ke Divisi Utama oleh Nurdin Khalid saat itu. Tapi dia malah marah ke PSSI dan operator liga Indonesia, lalu membentuk Persebaya yang baru,” ujar La Nyalla.

"Saat itu Kapolda Jawa Timur (Badrodin Haiti) tidak mengizinkan Persebaya ada dua, hingga akhirnya mereka berganti dan logo jadi Persebaya 1927, kemudian diizinkan (Kapolda) dan bermain di Breakaway League (Liga Primer Indonesia), liga yang berada di bawah PSSI pimpinan Djohar Arifin," dia melanjutkan cerita.

La Nyalla pun menjelaskan kasus dualisme kepengurusan PSSI yang pernah terjadi di tahun 2012, saat itu Djohar Arifin yang terpilih sebagai Ketum PSSI malah mengakomodir merubah konsep menjadi Liga Primer Indonesia.

“Saya pun sampai dipecat dari PSSI dengan beberapa rekan lainnya, lalu kita membentuk Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), ini semua yak arena Persebaya 1927,” ujar dia.

Menurut dia, sebenarnya semua permasalahan ini sudah selesai saat Kongres PSSI tahun 2013 di Hotel Borobudur Jakarta, saat PSSI hampir terkena sanksi induk organisasi sepak bola dunia FIFA. “Tapi waktu itu catatannya, semua yang palsu tidak boleh ada lagi, termasuk Persebaya 1927,” ujar kata La Nyalla.

Anehnya, ucap Ketum PSSI, kini Menpora kembali memaksakan Persebaya 1927 kembali masuk, padahal klub tersebut memiliki banyak utang, bahkan tidak membayar gaji pemain.

“Sekarang kami ini niat baik, jangan dituruti keinginan BOPI. Sekarang Persebaya 1927 sudah maju ke Pengadilan Negeri, kita tunggu saja hasilnya bagaimana, jangan liga diberhentikan seperti ini,” ujar La Nyalla.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home