Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 19:54 WIB | Minggu, 19 Januari 2020

LAAF Libya Kuasai Pelabuhan Hentikan Ekspor Minyak

Produksi Minyak Libya Turun 800.000 barel per hari. Kehilangan Pendapatan 55 Juta Dolar Per Hari.
Fasilitas pengolahan minyak Libya. (Foto: dok. Ist)

TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Langkah Angkatan Bersenjata Libya (LAAF) untuk menghentikan ekspor minyak dari wilayahnya mengancam pengurangan banyak atas produksi minyak negara itu, kata perusahaan nasional mengatakan hari Sabtu (18/1), dikutip AP.

Hal itu juga meningkatkan ketegangan menjelang pertemuan puncak perdamaian internasional untuk mengakhiri perang saudara yang diselenggarakan di Berlin, Jerman, dan melibatkan pemimpin sejumlah negara lain.

Kelompok-kelompok suku yang kuat yang setia kepada Jenderal Khalifa Hafter, yang pasukannya menguasai Libya timur dan sebagian besar wilayah selatan, menguasai beberapa terminal pelabuhan ekspor besar minya pada hari Jumat (17/1). Pelabuhan itu di sepanjang pantai timur, dan juga ladang-ladang minyak di wilayah selatan.

Serangan itu dilakukan dalam sebagai perlawanan terhadap pemerintah saingan yang didukung PBB yang berbasis di Tripoli, yang selama ini mengandalkan pendapatan dari produksi minyak.

Industri minyak Libyak didominasi oleh National Oil Corporation (NOC), yang menyatakan bahwa penangguhan ekspor akan menyebabkan perusahaan gagal memenuhi kontrak dengan perusahaan minyak internasional.

NOC memperingatkan bahwa penutupan terminal pelabuhan timur di bawah kendali LAAF akan memangkas produksi minyak mentah hingga 800.000 barel per hari dan memperkirakan negara itu akan kehilangan 55 juta dolar AS pendapatan hariannya.

Angkatan Bersenjata Arab Libya dan penjaga ladang minyak telah memerintahkan lima anak perusahaan dari perusahaan minyak nasional untuk menghentikan ekspor dari ladang minyak utama dan terminal pelabuhan.

Dalam konferensi pers, LAAF menggambarkan upaya untuk melumpuhkan produksi minyak sebagai langkah besar bagi rakyat Libya. "Rakyat Libya adalah orang-orang yang menutup pelabuhan dan ladang minyak dan mencegah ekspor minyak," kata juru bicara LAAF, Ahmed al-Mosmari. Dia menambahkan bahwa mereka mengirim "pesan penolakan" kepada kelompok-kelompok milisi yang membela Tripoli menghadapi pengepungan selama berbulan-bulan oleh LAAF.

Perebutan Minyak Libya

Misi Amerika Serikat di Libya menyatakan "keprihatinan mendalam" atas upaya untuk mengganggu produksi minyak, peringatan itu tentang "konsekuensi yang menghancurkan." Pernyataannya mendesak Libya untuk "melakukan pengekangan maksimum" karena negosiasi internasional mencari penyelesaian krisis.

NOC mengecam kerusuhan itu, menggambarkan minyak sebagai "urat nadi perekonomian Libya" dan satu-satunya sumber pendapatan negara. "Fasilitas minyak milik rakyat Libya dan tidak boleh digunakan sebagai kartu untuk tawar-menawar politik," kata ketua korporasi, Mustafa Sanalla.

Kelompok-kelompok suku memprotes fasilitas itu, mengklaim pemerintah yang berbasis di Tripoli, yang mengendalikan Bank Sentral Libya, telah menggunakan pendapatan minyak untuk membayar tentara bayaran Suriah dan Turki. Mereka menuntut agar negara-negara Arab mengambil "posisi yang kuat dan jelas" dalam mendukung pemerintah timur dan melawan milisi "teroris".

NOC telah meminta bank untuk transparansi yang lebih besar selama bertahun-tahun, tetapi tidak mengomentari tuduhan korupsi.

Dalam pertempuran melawan LAAF yang didukung oleh Mesir, Rusia dan Uni Emirat Arab, pemerintah yang didukung oleh PBB itu meminta bantuan ke Turki untuk dukungan pasukan dan senjata.

Keterlibatan Turki yang meningkat di negara kaya minyak itu, termasuk melalui perjanjian maritim dan militer dengan pemerintah Tripoli.Nmun hal itu mengguncang negara-negara Mediterania timur yang menuduh Turki sebagai ancaman terhadap gas dan hak pengeboran mereka di wilayah tersebut.

Pihak-pihak di Libya yang bertikai dan berbagai pendukung internasional mereka tengah mengadakan pertemuan pada hari Minggu ini di Berlin. KTT ini bertujuan untuk menemukan solusi politik atas perang saudara Libya dan menghentikan campur tangan asing di negara itu.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home