Loading...
BUDAYA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 06:28 WIB | Senin, 24 Oktober 2016

Lewat Batik, Iwet Ramadhan Ajak Donasi untuk Yayasan Kanker

Iwet Ramadhan (kiri) dalam konferensi pers Jakarta Fashion Week (JFW) didampingi Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Dokter Aru Wisaksono Sudoyo, hari Minggu (23/10), di Senayan, Jakarta Pusat. (Foto: Febriana Dyah Hardiyanti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Melalui karya fashion bernuansa batik, Iwet Ramadhan yang merupakan culture enterpreneur, mengajak pengunjung Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 memberikan donasi untuk Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

Iwet yang juga berprofesi sebagai aktor dan penyiar radio itu bekerja sama dengan PT Mundhipharma Healthcare Indonesia menggelar fashion show “I am Still a Woman” dengan konsep charity fashion show dalam rangka Breast Cancer Awarness Month di JFW 2017. 

“Saya bukan seorang perancang busana. Saya hanya mempunyai kepedulian terhadap perempuan dan batik. Saya senang bisa menjadi bagian dari sebuah tribute bagi perempuan-perempuan kuat yang merupakan para pejuang kanker,” ujar Iwet, hari Minggu (23/10), di Jakarta.

Dalam fashion show yang dipersiapkan khusus untuk ajang JFW 2017, Iwet mengusung tema busana batik bertajuk “Sarinah”.

"Sarinah merupakan sosok perempuan kuat dan mandiri yang tidak lain merupakan pengasuh Bung Karno saat kecil. Sebagaimana Sarinah yang telah menginspirasi Bung Karno dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran tentang perempuan Indonesia, Sarinah pun turut menginspirasi saya untuk membuat sebuah karya yang merepresentasikan kekuatan perempuan Indonesia, khususnya dalam memerangi dan melawan kanker," ujar dia.

Berkenaan dengan itu, Iwet tak hanya didukung oleh para model profesional dalam peragaan busana, tapi melibatkan para perempuan yang pernah menderita kanker seperti Rima Melati serta para aktivis peduli kanker Triesna Jero Wacik, Sendy Yusuf, Marcella Zalianty, Moza Pramita, dan Ayu Rosan.

“Masing-masing dari kami punya cerita tentang penyandang kanker. Jadi kami harus benar-benar support. Kita menghadapi musuh yang sangat besar, jadi tidak bisa sendiri. Kanker adalah musuh yang harus kita basmi bersama-sama,” ujarnya.

Terkait motif rancangannya, Iwet mengambil ide dari daun ginkgo yang merupakan tanaman obat dengan berbagai khasiat untuk kesehatan. Salah satunya sebagai obat pendamping pasien kanker dalam menjalani proses kemoterapi. Motif daun ginkgo ini kemudian dipadukan dengan motif batik klasik, yaitu motif batik parang.

“Saya memadukan warna sogan yang klasik dari motif parang dengan warna cerah untuk bunganya, yaitu merah, biru, dan kuning,” katanya.

Iwet mengungkapkan, dalam busana yang diangkatnya tidak sepenuhnya menggunakan kain batik. Namun, merupakan perpaduan dari berbagai macam kain pendukung. Hal itu guna menunjang harga busana agar tetap terjangkau.

“Bajunya tidak full batik, jadi harganya terjangkau. Karena itu, pengunjung bisa langsung membeli. Seluruh hasil penjualan akan disumbangkan ke YKI,” ujar Iwet.

Iwet berharap melalui kegiatan ini mampu menginspirasi semua perempuan di Indonesia. “Dengan koleksi ini berharap bisa menginspirasi perempuan di Indonesia untuk bangkit dan berdiri. Saya tidak lagi berbicara soal kesetaraan gender, tapi perempuan harus mandiri berdaya. Perempuan tidak boleh kalah dengan laki-laki dalam turut serta membangun bangsa ini,” ucap dia.

Koleksi Iwet kali ini menampilkan 30 looks dengan jumlah total 70 item yang terdiri atas dress dan casual suit yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan. “Istilahnya ini busana batik pagi-sore,” katanya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home