Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 15:55 WIB | Senin, 06 Januari 2020

Limbah Pelepah Pinang Diolah Jadi Piring Ramah Lingkungan

Warga Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (tengah) menunjukkan hasil olahan bahan limbah pelepah pinang yang diolah menjadi piring. (Foto: Antara/HO-Humas Pemkab Musi Banyuasi)

PALEMBANG, SATUHARAPAN.COM - Warga Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mengolah bahan limbah ramah lingkungan berupa pelepah pinang menjadi piring dan kotak makanan.

Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama Supriyanto di Sekayu, Ibu Kota Kabupaten Musi Banyuasin, Senin (6/1) menjelaskan pelepah pinang ini dapat dijadikan pengganti wadah plastik penyimpan makanan yang kurang ramah lingkungan seperti "styrofoam".

"Sebelumnya pelepah pinang ini dibuang begitu saja, kalau pun digunakan hanya dijadikan penutup tempayan saja, tapi kini muncul kreasi baru dari warga,” katanya.

Ia mengatakan warga yang bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang ini kini telah menjual hasil kerajinan tangan tersebut kepada para wisatawan.

Bahkan belum lama ini, kata Supriyanto, mereka  mendapatkan pesanan sebanyak 2.500 kotak nasi dari restoran di Jakarta.

Ia mengatakan teknologi yang diterapkan untuk pembuatan produk ini relatif sederhana karena hanya menggunakan alat mesin press.

“Awalnya pelepah pinak dicuci, kemudian dicetak menggunakan mesin press lalu dikeringkan menggunakan pemanas elektrik maupun secara manual di bawah terik matahari,” kata dia.

Selanjutnya dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kemudian pelepah ditaruh ditempat penyimpanan bahan baku atau bisa langsung di cetak.

"Sebelum cetak, pelepah harus dibasahi agar lebih lentur dan tidak gampang sobek, dan uniknya tidak perlu dipelitur karena bisa mengkilat secara alami," kata dia.

Terkait dengan ketersediaan bahan baku, menurut Supriyanto, sangat berlimpah. Bahkan jika kekurangan, kelompoknya dapat mendatangkan bahan baku dari Jambi yang berjarak sekitar dua jam dari Mendis.

Harga beli hanya Rp300-Rp400 per lembar berukuran lebar minimal 25 cm, yang dapat digunakan untuk membuat dua produk. Sementara, untuk harga jualnya setiap kotak makanan berkisar Rp1.500-1.800.

“Jika cuaca bagus kami bisa produksi hingga 50 ribu biji sebulannya," katanya.

Sementara itu Community Business Development Specialist Kelola Sendang ZSL Indonesia, Wijaya Asmara, menjelaskan pihaknya memberikan pendampingan dari hulu hingga hilir agar masyarakat tidak lagi memandang pelepah pinang sebagai sampah.

Selain itu, pendampingan berupa pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk mengurangi ketergantungan warga dari pemanfaatan hasil hutan secara illegal seperti perambahan dan membuka dengan cara membakar.

"Karya warga Mendis sudah kami daftarkan pada kantor Kementerian hukum dan HAM," kata dia.

Ke depanya pihak Kelola Sendang-ZSL Indonesia akan meningkatkan kemampuan pengrajin dalam hal pengembangan produk dan usaha, misalnya membuat sendok, gelas, dan mangkok.

Sedangkan sisa potongan pelepah, kata Wijaya Asmara, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi dan kambing.

Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin mengharapkan pendampingan dari ZSL Indonesia ini terus berlanjut karena saat ini masyarakat sedang dihimpit kesulitan ekonomi akibat jatuhnya harga karet.

“Melalui program ini, warga bisa menambah penghasilan dan ini merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan,” katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home