Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 18:50 WIB | Senin, 20 Agustus 2018

Lo Han Kuo, Berkhasiat Redakan Radang Tenggorokan

Lo han kuo (Siraitia grosvenorii). (Foto: healthline.com)

SATUHARAPAN.COM – Lo han kuo sangat dikenal dalam tradisi pengobatan Timur. Menurut Wikipedia, tanaman herba yang dikenal secara internasional dengan nama ilmiah Siraitia grosvenorii ini, termasuk keluarga Cucurbitaceae (keluarga labu), dan merupakan tanaman asli Tiongkok selatan dan Thailand utara.  

Buah lo han kuo, juga sering disebut luo han guo, dikutip dari foodinsight.org, adalah buah bulat kecil yang telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan Timur sebagai minuman dingin, diyakini baik untuk pencernaan. Bahkan sekarang ini lo han kuo juga digunakan untuk mempermanis makanan dan minuman.  

Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, menurut Guangxi Zhong Yao Zhi (Guangxi Journal of Chinese Herbal Medicines), buah lo han kuo telah digunakan sebagai obat batuk dan sakit tenggorokan, karena kandungan senyawa D-mannitol dapat meredakan batuk.

Buahnya bulat, berwarna hijau yang berubah menjadi cokelat ketika dikeringkan, dan ditutupi dengan rambut kecil. Buah lo han kuo ini berkhasiat bila telah diolah.

Kulit luarnya kering dan ringan, bila ditekan hancur. Di dalamnya seperti gumpalan busa berwarna kuning kecokelatan. Bila kulit luar kering dan dalamnya basah, berarti buah lo han kuo sempurna, harus disimpan di dalam lemari es, supaya tidak berjamur.

Buah ini dikenal dengan rasanya yang sangat manis melebihi gula, dan menjadi makanan kegemaran para biarawan. Tidak mengherankan buah ini disebut juga buah biksu atau monk fruit. 

Tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknik Pangan, Beijing Key Laboratory of Detection, Tiongkok, dan tim pengajar Kimia Makanan pada Universitas Pertanian Beijing, serta tim inovasi sistem teknologi industri pertanian modern Beijing, telah meneliti ekstraksi dan efek antibakteri dari bahan aktif tanaman Siraitia grosvenorii ini. Hasilnya menunjukkan kondisi ekstraksi optimum dari bahan aktif yang diekstrak dari buah lo han kuo memiliki efek antibakteri pada Staphylococcus epidermidis, Proteus vulgaris, Bacillus sp, Serratia, dan dapat digunakan sebagai pengawet makanan alami baru untuk memperpanjang umur simpan produk daging suhu rendah.

 Pemerian Botani Lo Han Kuo

Tanaman lo han kuo, Siraitia grosvenorii, menurut Wikipedia, merambat dengan panjang 3 sampai 5 m, dengan sulur-sulur benang di sekitarnya. Daunnya berbentuk hati.

Buahnya bulat, berdiameter 5-7 cm, halus, kuning kecokelatan atau hijau kecokelatan. Kulitnya keras, namun tipis, ditutupi bulu-bulu halus. Bagian dalam buah mengandung pulp yang dapat dimakan. Bijinya memanjang dan hampir bulat.

Buah lo han kuo terkenal karena kemanisannya, yang terkonsentrasi dari sari buahnya. Buah mengandung 25 hingga 38 persen dari berbagai karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa. Rasa manis buah meningkat oleh mogrosida, sekelompok glikosida triterpen (saponin).

Tanaman lo han kuo dibudidayakan di Tongkok selatan, terutama di Provinsi Guangxi, Guangdong, Guizhou, Hunan, dan Jiangxi, dengan sebagian besar produk dari Pegunungan Guilin.

Kawasan pegunungan itu sering dikelilingi oleh kabut yang melindungi tanaman dari sinar matahari. Tanaman ini jarang ditemukan di alam liar, karena telah dibudidayakan selama ratusan tahun.

Penelitian medis modern seperti dikutip dari theworldwidevegetables.weebly.com, membuktikan buah ini mengandung satu jenis pemanis yang 300 kali lebih manis daripada gula tebu. Lebih penting lagi, tidak menghasilkan kalori. Buah ini terutama mengandung pemanis alami non-gula  glikosida triterpenoid, yang termasuk mogrosida (esgosida), mogrosida, dan D-mannitol.

Nama spesies ilmiah Siraitia grosvenorii diberikan untuk menghormati Gilbert Hovey Grosvenor, presiden National Geographic Society, yang membantu mendanai ekspedisi pada 1930-an untuk menemukan tanaman hidup di Tiongkok, tempat lo han kuo dibudidayakan.

Buah tanaman ini dalam publikasi berbahasa Inggris, sering dituliskan luo han guo selain lo han kuo, diambil dari bahasa China luo han guo.  

Penamaan monk fruit atau buah biksu, berawal dari abad ke-13. Cara menanamnya hanya diketahui oleh sedikit biksu terpilih dan diwariskan kepada generasi berikut. Karena itulah, buah ini disebut monk fruit. Tanaman ini juga bisa disebut la han qua, seperti nama lokalnya di Vietnam, buah Buddha, buah umur panjang, atau buah arhat.

Sejarah dan Distribusi

Laporan pertama di Inggris tentang buah lo han kuo dikutip dari Wikipedia,  ditemukan dalam naskah yang tidak diterbitkan yang ditulis pada tahun 1938 oleh G Weidman Groff dan Hoh Hin Cheung. Laporan tersebut menyatakan buah-buahan ini sering digunakan sebagai bahan utama “minuman dingin”, sebagai obat untuk cuaca panas, kondisi tubuh demam, atau disfungsi lain yang secara tradisional dikaitkan peradangan.

Buahnya dibawa ke Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Groff mengatakan, selama kunjungan ke kementerian pertanian Amerika pada tahun 1917, ahli botani Frederick Coville menunjukkan kepadanya buah lo han kuo yang dibeli di sebuah toko China di Washington, DC. Biji buah, yang telah dibeli di toko China di San Francisco, dimasukkan ke dalam deskripsi botani spesies pada tahun 1941.

Penelitian pertama mengenai komponen manis dari lo han kuo dikaitkan dengan CH Lee, yang menulis laporan berbahasa Inggris pada tahun 1975. Penelitian lain dilakukan Tsunematsu Takemoto, yang mengerjakannya di awal tahun 1980-an di Jepang.  Pengembangan produk lo han kuo di Tiongkok terus berlanjut sejak itu, terutama berfokus pada pengembangan ekstrak yang terkonsentrasi.

Menurut situs Euromonitor International pada 21 Mei 2012, yang dikutip dari detik.com pada 5 November 2012, komponen manis biasa dipakai dalam produk baru, bukan menggantikan pemanis dalam produk yang sudah ada.

Ekstrak buah lo han kuo memiliki beberapa keunggulan dibanding stevia. Tidak ada rasa pahit yang tertinggal setelah mengonsumsi ekstrak buah lo han kuo, sehingga pemanis ini lebih serbaguna.

Food and Drug Administration Amerika Serikat sudah menilai buah dan ekstrak buah lo han kuo aman dikonsumsi (GRAS, Generally Recognized As Safe). Namun, Eropa belum menyetujui penggunaan buah tersebut sebagai pemanis.

Di beberapa negara, buah lo han kuo, mulai dipakai sebagai pemanis premium untuk es krim, minuman, atau sereal. Di negara asalnya, monk fruit banyak digunakan dalam sup atau teh herbal sebagai obat tradisional. Selain dalam bentuk ekstrak, monk fruit juga dijual dalam bentuk kering.

Manfaat Herbal Tanaman Lo Han Kuo

Laman theworldwidevegetables.weebly.com menyebutkan, tanaman lo han kuo memiliki buah yang terkenal karena manisnya, yang terkonsentrasi pada sari buahnya. Buah mengandung 25 hingga 38 persen dari berbagai karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa.

Rasa manis buah meningkat oleh mogrosida, sekelompok glikosida triterpen (saponin). Lima mogrosida yang berbeda diberi nomor dari I ke V, komponen utamanya adalah mogrosida V, yang juga dikenal sebagai esgosida. Buahnya juga mengandung vitamin C.

Menurut Liao Riquan, dan tim, dari College of Environmental & Resources Science, Guangxi Normal University, Guangxi, Guilin, Siraitia grosvenorii atau lo han kuo engandung senyawa mogrosida IV, mogrosida V, 11-oxo-mogrosida V, dan siamenosida yang berfungsi sebagai antioksidan atau penawar racun di dalam tubuh.

Studi kultur in-vitro mencoba menghubungkan khasiat buah lo han kuo dengan penyakit kanker. Hasilnya, unsur 11-oxo-mogrosida V and mogrosida V yang terdapat di dalam lo han kuo dapat mereduksi pertumbuhan sel-sel kanker.

Tim peneliti dari Institute of Chinese Material Medica, Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok, Beijing, dan Universitas Hunan, Pengobatan Tradisional Tiongkok, Changsha, meneliti ulasan kimia dan farmakologi buah lo han kuo. 

Buah tanaman endemik di Provinsi Guangxi ini telah digunakan selama ratusan tahun sebagai pemanis alami, dan sebagai obat tradisional untuk pengobatan faringitis, nyeri faring, serta obat antitusif di Tiongkok. Semua itu berdasarkan penelitian toksisitas terhadap buah ini selama 30 tahun terakhir, karena memiliki  senyawa triterpenoid, flavonoid, polisakarida, asam amino, dan minyak esensial.

Berbagai senyawanya menunjukkan beragam efek biologis misalnya antitusif, penghilang dahak, antioksidan, imunomodulator, melindungi hati, penurun glukosa, dan antimikroba.

Buah lo han kuo, dikutip dari healwithfood.org, memiliki efek antialergi. Sekelompok peneliti dari Jepang menyelidiki efek dari buah lo han kuo pada tikus. Untuk menginduksi menggosok hidung dan menggaruk kulit pada tikus, para peneliti menggunakan histamin, senyawa yang memediasi reaksi alergi, dan senyawa lain yang mempromosikan pelepasan histamin.

Mereka kemudian menguji apakah ekstrak buah lo han kuo akan mengurangi gejala alergi. Efek antialergi ekstrak buah lo han kuo pada pengobatan selama 4 minggu pada tikus, menjadi jelas.

Sebuah studi 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Oncogenesis, seperti dikutip dari draxe.com, menemukan mogrosida yang diperoleh dari buah lo han kou menunjukkan efek antikanker, baik dalam model in-vitro dan in-vivo kanker pankreas. Efek ini dikaitkan dengan kemampuan mogrosida-mogrosida untuk mempromosikan apoptosis (penghancuran diri) sel kanker dan untuk menghentikan sel kanker membelah dan bereplikasi.

Studi lain, yang diterbitkan dalam edisi Maret 2015 dari American Journal of Cancer Research, menemukan mogrol, biometabolit mogrosida yang ditemukan dalam buah lo han kuo, secara signifikan memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia dalam pengaturan in vitro.

Tim peneliti dari Physical Education Institute of Jilin Normal University, Kota Siping, Jilin, Tiongkok, dan Departemen Pendidikan Jasmani Universitas Normal Hebei Sains dan Teknologi, Kota Qinhuangdao, Hebei, meneliti efek dari ekstrak buah Siraitia grosvenorii pada kelelahan fisik pada mencit.

Data menunjukkan bahwa ekstrak buah lo han kuo dapat memperpanjang waktu berenang tikus, serta meningkatkan isi glikogen hati dan otot, tetapi menurunkan asam laktat darah dan tingkat nitrogen urea serum. Hasil ini menunjukkan ekstrak buah lo han kuo memiliki efek antikelelahan yang signifikan pada tikus dan efek ini bergantung pada dosis.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home