Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 17:30 WIB | Selasa, 30 Agustus 2016

Lobak, Sayuran Berkhasiat Obat

Lobak (Raphanus sativus, L.). (Foto: en.wikipedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Lobak adalah tumbuhan umbi mirip wortel, namun putih warnanya. Namanya dalam bahasa Inggris pun menyiratkan tampilannya, white carrot atau white radish. Lobak sangat populer dalam tradisi kuliner di Jepang, Tiongkok, Vietnam, juga Pakistan, India, dan Bangladesh. Di Indonesia, lobak dikategorikan sebagai tanaman sayuran. Umbinya dapat dimakan mentah atau dibuat acar, tetapi umumnya dibuat sebagai campuran soto Bandung.

Lobak ternyata tidak hanya dimanfaatkan sebagai sayuran dan berbagai olahan pangan. Berbagai referensi menyebutkan lobak adalah tanaman berkhasiat obat, dan telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.  

Dalam tradisi Tiongkok, lobak dapat digunakan sebagai obat gangguan ginjal dan demam. Di samping itu, dapat pula menghasilkan lendir dalam kerongkongan sehingga baik untuk obat batuk.

Lobak memiliki nama ilmiah Raphanus sativus, L., dari famili Brassicaceae, dan memiliki beberapa nama sinonim, yakni Raphanus sativus oleiferus (Stokes) Metzg, Raphanus sativus var. hortensis Backer, Raphanus sativus var. longipinnatus L.H.Bailey, Raphanus  sativus var. oleifer Stokes, dan Raphanus sativus var. oleiformis Pers.

Wikipedia menyebutkan lobak sebagai asli tumbuhan Asia Tenggara dan Asia timur. Di daerah penyebarannya, lobak dikenal dengan berbagai nama lokal. Indonesia dan Malaysia sama-sama menyebutnya lobak, demikian pula Tiongkok menyebut lo bak atau lo pak, sementara Jepang menyebutnya daikon radish dan Singapura menyebut sayuran ini chai tow atau chai tau. Nama lain adalah củ cải trắng (Vietnam), hangul (Korea), labanos (Filipina), mula (Nepal), mūlī (bahasa Hindi dan bahasa Urdu). Dari nama lokal terakhir ini, lobak dalam bahasa Inggris juga dikenal dengan nama mooli.

Mengutip dari cybex.pertanian.go.id, tanaman lobak termasuk ke dalam famili kubis-kubisan, sama seperti kubis, caisin dan pecai. Tanaman lobak telah diperkenalkan di Indonesia dari Tiongkok selatan beberapa ratus tahun yang lalu. Ubi lobak yang di potong-potong dan dimasak jadi bahan penting untuk beberapa jenis sup.

Lobak termasuk tanaman semusim atau setahun yang berbentuk perdu, terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan biji. Perakarannya dibedakan atas tiga macam, yaitu akar lembaga, akar tunggang, dan akar rambut. Akar lembaga terbentuk pada stadium biji berkecambah, kemudian berkembang membesar dan memanjang menjadi akar tunggang, dan selanjutnya berubah bentuk dan fungsi sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan atau disebut "umbi". Umbi ini sekaligus menjadi tempat menempelnya akar-akar rambut.

Bentuk umbi lobak pada umumnya bulat panjang. Warna kulit dan daging umbi putih bersih. Namun, setelah ditemukan ragam varietas lobak hibrida (daikon), banyak mengalami perubahan-perubahan. Ukuran umbi, warna kulit, dan daging umbi lobak hibrida, sangat beragam.

Di Indonesia, pengembangan budidaya lobak pada mulanya terkonsentrasi di beberapa daerah di dataran tinggi, seperti di Pengalengan, Pacet, Cipanas, di Jawa Barat, dan Bedugul di Bali. Namun, dalam perkembangannya tanaman lobak ditanam di berbagai provinsi di wilayah Nusantara.  

Manfaat dan Khasiat Lobak

Wikipedia menyebutkan, dalam 100 g lobak mengandung energi 18 kcal, karbohidrat 4.1 g, gula 2.5, serat 1.6 g, dan lemak 0.1 g. Lobak mengandung enzim aktif myrosinase.

Dalam tradisi kuliner Jepang, lobak diolah menjadi aneka manisan dan asinan, juga menjadi campuran bumbu masakan. Selain diolah dalam bentuk segar, juga dikenal kiriboshi-daikon, irisan lobak yang dikeringkan.

Selain umbi lobak, daun lobak juga dikonsumsi sebagai sayuran. Daun lobak menjadi bagian penting dalam Festival of Seven Herbs, yang dinamakan suzushiro.

DaIam tradisi kuliner Tiongkok, lobak diolah menjadi turnip cake dan chai tow kway, selain sup. Salah satu varietas yang acap disebut mooli, yang dikeringkan setelah sebelumnya diolah dengan cara dijadikan manisan, atau diasinkan, menjadi bahan campuran masakan. Sama dengan tradisi kuliner Jepang, lobak juga diolah menjadi aneka manisan atau asinan.

Dalam tradisi kuliner Korea, suatu variertas lobak diolah menjadi kkakdugi kimchi, nabak kimchi, dongchimi, dan muguk soup. Lobak jenis tertentu, bersama daunnya, juga diolah menjadi chonggak kimchi.

Di Vietnam, asinan dan manisan lobak, dicampur dengan wortel, menjadi campuran dalam makanan sandwich. Lobak juga menjadi campuran bumbu dalam menu masakan yang disebut sour stew sinigang.

Lobak juga populer dalam tradisi kuliner Pakistan. Pemanfaatan bukan hanya umbinya, namun juga daunnya. Di Bangladesh, lobak segar diolah bersama aneka bumbu dalam menu masakan yang disebut mulo bhorta. Lobak juga bahan baku populer dalam tradisi kuliner India.

Buku Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat yang dikeluarkan Merapi Farma Herbal, menyebutkan lobak memiliki khasiat sebagai peluruh air seni dan obat difteri.

Jenny Virganita, dalam ujian tesis UNS-FMIPA Jurusan Biologi yang berjudul “Uji Antibakteri Komponen Bioaktif Daun Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan Profil Kandungan Kimianya”, seperti dimuat digilib.uns.ac.id, menyebutkan hasil monitoring menunjukkan daun lobak memiliki komponen bioaktif dari golongan fenolik.

Dalam penelitian yang bertujuan mengetahui efek antibakteri dari komponen bioaktif daun lobak terhadap Escherichia coli, ia membuktikan ekstrak metanol menunjukkan aktivitas penghambatan.

Selain Jenny, dari Farmasi ITB, Martha Ervina, Iwang S Soediro, dan Siti Kusmardiyani, melakukan penelitian “Telaah Fitokimia Akar Lobak (Raphanus sativus L. var. Hortensis Back.) sebagai Penangkap Radikal Bebas”. Mengutip dari bahan-alam.fa.itb.ac.id, ketiganya menelaah kandungan akar lobak sebagai penangkap radikal bebas berdasarkan metode reduksi larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).

Wikipedia menyebutkan, di Amerika utara, lobak dibudidayakan tidak untuk diambil umbinya. Hanya daun-daun yang diambil sebagai pakan ternak, sementara umbi dibiarkan tetap di dalam tanah untuk menjaga kerapatan tanah.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home