Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:53 WIB | Rabu, 28 September 2016

Lokasi Pascabencana Banjir Menjadi Ruang Publik

Ilustrasi: Anggota Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri menggunakan anjing pelacak untuk mencari korban banjir bandang yang tertimbun material rumah di Kampung Lapangparis, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (23/9). (Foto: Dopk. satuharapan.com/Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM  - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei merekomendasikan lokasi bencana banjir bandang di Garut, Jawa Barat, dapat digunakan sebagai ruang publik berupa taman terbuka.

"Jangan digunakan untuk permukiman karena daerah bekas diterjang banjir bandang merupakan daerah bahaya tinggi dari banjir," kata Willem lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (27/9).

Ia mengatakan sudah menyampaikan hal tersebut kepada Bupati Garut. Saat masa kolonial Belanda tahun 1921, daerah Garut juga pernah terendam banjir besar. Daerah bantaran sungai atau sempadan sungai kawasan berpotensi banjir pada waktunya nanti.

Untuk itu, kata dia, sempadan sungai sebaiknya ditujukan menjadi nonpermukiman agar saat banjir tidak menimbulkan korban jiwa.

Dia mengatakan, sejauh ini pemerintah daerah setempat masih terus mengkaji kelayakan lokasi bencana sebagai permukiman kembali warga terdampak.

Namun, kata dia, permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah setempat adalah mencari lokasi yang tersedia dan aman untuk relokasi warga.

Korban banjir bandang yang kehilangan tempat tinggal, kata Willem, telah ditampung sementara di rumah susun (rusun) yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Garut.

"Saat ini telah disediakan rusun dengan kapasitas 98 KK," kata dia.

Menurut Willem, kantor-kantor pemerintah yang tidak digunakan bisa dipakai sebagai tempat pengungsian sementara. Dengan kata lain, pengungsi supaya tidak tinggal di tenda terlebih dalam jangka waktu yang panjang.

Sejauh ini, kata dia, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir Garut masih mendata pengungsi berdasarkan nama dan alamat, serta validasi jumlah pengungsi dan kerusakan rumah serta infrastruktur.

Sementara itu, berdasarkan Pos Komando, data korban meninggal berjumlah 34 jiwa, hilang 19 jiwa dan pengungsi berjumlah 1.326 jiwa. Jumlah pengungsi fluktuatif karena pengungsi ada yang pulang ke rumah dan di waktu lain kembali ke pengungsian.

"Rumah warga yang terdampak berjumlah 2.511 unit, dengan perincian 858 rumah rusak berat, 207 rusak sedang dan 1.446 rusak ringan. Pendataan dan verifikasi masih dilakukan," katanya. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home