Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 20:14 WIB | Rabu, 12 Februari 2020

Lontar Sewu, dari Tempat Mabuk Jadi Destinasi Wisata

Pemandangan Desa Hendrosari, Kabupaten Gresik, Jatim, dari atas. (Foto: Antara/Kemendes)

GRESIK, SATUHARAPAN.COM – Gersang dan panas daerah pinggiran, adalah bayangan yang tidak terelakkan jika bicara tentang menyusuri jalanan di Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Jauh dari keramaian dan kebisingan perkotaan, satu desa di kecamatan itu, Desa Hendrosari, dulu dikenal sebagai desa “memabukkan”, karena lokasi itu menjadi salah satu produsen minuman tradisional tuak, yang dibuat dari buah siwalan difermentasi.

“Dulu, kalau orang datang ke sini, pulang-pulang pasti mabuk setelah meminum tuak tersebut,” kata Kepala Desa Hendrosari, Asna Hadi Saputra, Rabu (12/2).

Namun, kini wajah gersang kawasan desa itu berubah 90 derajat, menjadi hamparan hijau. Bahkan kini Hendrosari punya nama baru, “Desa Wisata Lontar Sewu”.

Desa ini sempat viral di media sosial, serta menjadi “jujugan” wisatawan milenial, terutama instagram mania yang ingin mencari gambar atau spot foto menarik, atau istilahnya instagramable.

Asna, ditemui di Kabupaten Gresik mengatakan, tidaklah mudah mengubah cara pandang orang terhadap desa yang dipimpinya. Perubahan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Ia bersama warga sepakat mengubah stigma atau cara pandang orang luar terhadap desa itu, dengan menggenjot potensi pohon siwalan yang sudah terkenal di wilayah setempat.

“Kami bersama masyarakat tergerak untuk mengubah cara pandang terhadap desa kami, dan mengubahnya menjadi peluang untuk mendatangkan wisatawan, sehingga ada perputaran uang di dalam desa,” katanya.

Dana Hibah dari Kementerian Desa

Mereka menanami lahan desa seluas 192 hektare dengan pohon siwalan yang tumbuh subur. Pohon siwalan ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang dan menjadi wisata desa yang mengandalkan tumbuhan dan buahnya.

“Ada 2.600 pohon yang tumbuh di sini, yang kami tata dan lengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung, mulai spot swafoto hingga fasilitas lain seperti perahu hingga berbagai mainan untuk anak-anak. Warga pun kemudian banyak yang memanfaatkan sebagai wisata alternatif,” katanya.

Perubahan wajah desa yang dilakukan dengan dana hibah dari Kementerian Desa sebesar Rp1,3 miliar itu pun tidak sia-sia. Kini desa itu menjadi salah satu tempat wisata alternatif di Kabupaten Gresik.

Ia mengatakan, pemberian dana hibah merupakan kerja sama antara Desa Hendrosari dan Kemendes PDTT melalui Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL) tahun 2019.

Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal yang dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Ekonomi Desa (PUED) itu merupakan program/kegiatan fasilitasi yang dilakukan untuk mendorong pengembangan produk unggulan desa.

Hal itu dilakukan melalui kemitraan antara KUEMD termasuk koperasi, lembaga ekonomi desa (BUMDes), dan pelaku bisnis profesional melalui konsep kemitraan yang dikenal dengan konsep kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat (Public-Private-People-Partnership).

Kini, desa itu mulai terkenal dengan nama Edu Wisata Lontar Sewu. Pengunjung yang datang sedikitnya 3.000 orang setiap akhir pekan, dan sekitar 300 pengunjung saat hari biasa.

Desa itu, tercatat juga mampu memberikan nilai tambah Pendapatan Anggaran Desa (PADes), dari awalnya yang hanya dikenal sebagai desa tempat mabuk.

Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto yang sempat berkunjung ke desa itu berharap, desa lain bisa mencontoh apa yang dilakukan Desa Hendrosari, dengan menemukan potensi dan membaca peluang.

 

“Letak geografis desa tidaklah sama, pasti memiliki potensi dan harus dikembangkan,” kata Sambari mengomentari keberadaan desa tersebut.

Berharap Tetap Eksis

Berubahnya wajah Desa Hendrosari membuat Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar pun kepincut , sehingga datang langsung melihat dan meresmikannya sebagai desa inovatif.

Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu, Halim mengapresiasi hal yang dilakukan aparatur desa. Ke depan dia meminta ada peningkatan kapasitas, khususnya untuk perangkat dan pendamping desa, tujuannya untuk mempertahankan fasilitas yang telah dibangun.

Mantan Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur itu, berharap konsep pembangunan dan inovasi harus dipertahankan supaya wisata tetap eksis, tidak mati suri.

Halim juga meresmikan desa itu pada Minggu (9/2) menjadi desa wisata yang ditandai penandatanganan prasasti Wahana Edu Wisata Lontar Sewu. Ia berpendapat terdapat dua hal yang tidak pernah terdampak krisis, yakni wisata dan kuliner. Karena itu, dia optimistis desa yang memiliki dua hal itu akan tahan terhadap gejolak ekonomi.

“Satu hal saja sudah tepat. Apalagi, Desa Hendrosari memiliki dua hal tersebut. Ini adalah suatu pilihan yang tepat. Jadi, wisata di sini sangat luar biasa,” katanya.

Ia juga mengapresiasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Lontar Sewu yang berinovasi dalam mengembangkan usahanya. “Desa ini sudah memiliki BUMDes yang bagus dengan mengelola desa wisata. Apalagi, desa wisata dibangun atas dasar permasalahan dan potensi. Ini suatu pendekatan yang tepat,” katanya.

Karena itu, Halim berpesan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk terus memotivasi dan memacu pendirian BUMDes yang tentunya harus betul-betul memahami kebutuhan dan potensi. Ia berharap pariwisata ini meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home