Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 05:19 WIB | Senin, 23 Juli 2018

Lontar Sumber Tutur Luhur Bali

Lontar di Bali diyakini sebagai “Pustaka Suci”, disebut pula “Candi Pustaka” sebagai stana Sang Hyang Aji Saraswati, manifestasi Sang Hyang Widhi/Tuhan sebagai pencipta dan penguasa ilmu pengetahuan. (Foto: Bentara Budaya Bali)

GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Kini di tengah berkembangnya teknologi grafika dan media digital muncul fenomena Lontar Bali kian terpinggirkan. Kalangan generasi muda banyak yang merasa asing dengan Lontar, bahkan tidak tahu apa itu Lontar, karena mereka tidak mendapatkan pelajaran mendasar tentang keberadaan warisan pusaka budaya yang “bernilai intangible” tersebut. 

Hal tersebut mengemuka dalam dialog bartajuk “Lontar dalam Budaya Bali” yang berlangsung di Bentara Budaya Bali (BBB), Minggu (22/7). Tampil sebagai narasumber yakni Prof. Dr. I Wayan Sukayasa, M.Si., (akademisi, pengkaji Lontar), I Wayan Sujana, S.Ag. (pemangku, penghayat budaya Bali), I Kadek Yoga Pratama Putra (penulis lontar) dan Dr. Ketut Sumadi, M.Par. (akademisi, pengamat seni budaya).

Berangkat dari keprihatian akan ‘nasib’ Lontar tersebutlah program dialog, yang juga dirangkaikan workshop menyurat lontar dan pertunjukan kali ini digagas. Adapun program ini merupakan kerjasama BBB dengan Yayasan Sari Kahyangan Indonesia, SMP Pancasila Canggu, Yayasan Pancasila, dan Pasraman Patih Ulung. 

Workshop melibatkan siswa-siswi dari tingkat SMP hingga mahasiswa. Selain praktik menyurat aksara, peserta juga belajar membuat prasi atau lukisan dan gambar-gambar di atas daun lontar. Pada kesempatan tersebut, budayawan Prof. Dr. I Made Bandem, MA turut membuka acara secara resmi. 

“Cara berprilaku, cara berpikir, serta berbicara kita sesungguhnya cerminan dari kebudayaan Bali. Dan karakteristik kita sebagai orang Bali tertulis di dalam Lontar. Maka dari itulah, kita harus menjadikan Lontar ini sebagai sumber inspirasi budidaya Bali, “ ungkap Prof. Dr. I Wayan Sukayasa, M.Si. 

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada upaya digitalisasi lontar dengan cara cetak print dan bentuk CD. 

Selaras itu, Dr. Drs. Ketut Sumadi, M.Par., memaparkan, selain menjadi sumber inspirasi, Lontar juga sebagai modal budaya dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Mengingat Bali yang terkenal dengan pariwisatanya, ia mengungkapkan gagasan perihal upaya mengembangkan wisata lontar dan desa wisata sebagai bagian dari sustainable tourism community based development (pembangunan pariwisata berbasis kerakyatan berkelanjutan). 

“Kita harapkan ke depan ada upaya pemerintah untuk menggarap paket wisata Lontar merujuk UU tentang Lontar,” ujarnya. 

Diharapkan, melalui program ini dapat menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap Lontar. Hal mana selaras pula upaya menumbuhkan pemahaman generasi muda tentang betapa pentingnya eksistensi Lontar dalam kehidupan di Bali sebagai sumber local wisdom dan local genius

Acara ini dimaknai pula pertunjukan bertajuk “Lontar-Lontar”, sebuah garapan seni kontemporer yang terinspirasi dari lika-liku perkembangan peradaban menulis Lontar para leluhur zaman dulu, sampai akhirnya kini berhadapan dengan budaya globalisasi yang digital, di tengah berkembangnya Bali sebagai daerah wisata. 

“Dari acara ini dapat digali lebih jauh makna ilmu pengetahuan atau ajaran-ajaran dalam lontar di Bali yang sarat nilai luhur kehidupan. Sebagai kelanjutan dari agenda ini, nantinya kami berencana akan memprogramkan pula sebuah pameran serta upaya-upaya pendokumentasian Lontar-Lontar langka,” ungkap Dr. Drs. Ketut Sumadi, M.Par., yang juga penanggungjawab kegiatan ini. 

Lontar yang tersebar di berbagai desa, baik koleksi pribadi, perpustakaan, maupun lontar yang tersimpan di Pura, tempat suci umat Hindu berisi pengetahuan tentang kehidupan, karakter, dan kebudayaan orang Bali. Sampai sekarang Lontar di Bali diyakini sebagai “Pustaka Suci”, disebut pula “Candi Pustaka” sebagai stana Sang Hyang Aji Saraswati, manifestasi Sang Hyang Widhi/Tuhan sebagai pencipta dan penguasa ilmu pengetahuan. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, makna-makna simbol tersebut, perlu dikaji lebih mendalam seirama dengan perkembangan budaya masa kini.

Sebagai produser dan penanggungjawab pertunjukan adalah Dr. Ketut Sumadi, M.Par. Adapun koreografer yakni I Kadek Andika Putra, serta sebagai dalang adalah Jro Mangku I Nyoman Sadiana, S.SP. Pentas ini juga menghadirkan pembacaan lontar oleh I Made Sukma Manggala, I Wayan Awi Marwida, dan   I Made Gede Wira Bhuana Putra. Turut mendukung pementasan yakni Sanggar Seni Semara Bhuana Kedampal, Abiansemal, SMP Pancasila Canggu, Sanggar Seni Kumara Wiguna Budaya, dan Ni Putu Oeilina Jeni Amanda sebagai penata kostum dan tata rias. (PR)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home