Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 11:09 WIB | Jumat, 14 Maret 2014

LWF: Pengungsi Sudan Selatan Perlu Bantuan Sebelum Musim Hujan yang Panjang

Kamp di Sudan Selatan. (Foto: lutheranworld.org)

JUBA, SATUHARAPAN.COM – Dalam sebuah wawancara dengan Informasi Lutheran Dunia (LWI), koordinator program Federasi Lutheran Dunia (LWF) Sudan Selatan, Lokiru Matendo, menjelaskan tanggapan langsung LWF mengenai urgensi untuk mendukung pengungsi internal (IDS) sebelum menghadapi musim hujan yang panjang, Rabu (12/3).

Matendo, menyatakan bahwa konflik yang dimulai pada pertengahan Desember 2013 di daerah tersebut secara signifikan telah berkurang dan saat ini masyarakat mulai membangun kembali mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka dan memperkuat ketahanan pangan mereka, membangun organisasi masyarakat dan mempromosikan akses anak terhadap pendidikan.

Fokus LWF dalam Sudan Selatan

Sebelum krisis saat ini, LWF Sudan Selatan mengkonsolidasikan pekerjaannya di antara penduduk setempat termasuk mantan pengungsi dan pengungsi internal dalam membangun kembali mata pencaharian di Timur Twic dan kabupaten Duk, negara bagian Jonglei.

Dalam waktu singkat, masyarakat harus mengungsi untuk menyelamatkan hidup mereka. Naun, LWF harus menunda gilirannya untuk proyek pembangunan jangka panjang dan berisiko akan kehilangan kemajuan yang luar biasa yang dibuat selama bertahun-tahun dalam rangka untuk memberikan hidup hemat dan tanggap darurat yang mendesak.

“Kami mendukung keluarga pengungsi yang belum tahu pasti sampai kapan mereka akan kembali ke rumah mereka,” kata Matendo.

Bantuan LWF

Krisis itu terjadi secara tiba-tiba yang membuat penduduk harus mengungsi tanpa membawa persediaan makanan, pakaian atau kebutuhan dasar lainnya. Di wilayah timur TWIC, dan kabupaten Duk dan Bor, kami menyediakan barang-barang non-pangan untuk pengungsi seperti tikar untuk tidur, selimut, kelambu, peralatan makan dan memasak, air bersih dan peralatan kebersihan dan sanitasi.

Karena rumah mereka hancur atau dibakar, kebanyakan orang terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara atau tinggal bersama keluarga bahkan teman-teman mereka. sedangkan yang lainnya bersembunyi di semak-semak di sepanjang Sungai Nil dan mereka mengandalkan air mentah dari rawa-rawa dan sungai. Oleh karena itu, LWF menyediakan tablet pengolahan air untuk memurnikan air minum. LWF juga sedang berencana untuk memperbaiki sumur bor yang rusa dan pompa tangan untuk memungkinkan para pengungsi mendapatkan dan mempermudah akses air bersih.

Tantangan Utama LWF

Pengungsi takut untuk kembali karena sebagian besar rumah mereka dibakar termasuk tanaman mereka yang telah dipanen. Banyak orang kehilangan orang yang mereka cintai namun ada juga yang selamat dengan luka parah dan trauma yang berkepanjangan, namun pertempuran itu terus berlanjut.

Di antara para pengungsi, ada rasa antisipasi dan frustasi untuk menata kembali kehidupan mereka. LWF berbicara tentang masyarakat yang telah dilayani sejak tahun 2005 setelah puluhan tahun nasib mereka sebagai pengungsi. Mereka kembali dengan keterampilan dan pengalaman lain dari pengasingan dan LWF menemani mereka dalam perjalanan pemulihan dengan membangun kembali mata pencaharian dan memperkuat kapasitas kesiapsiagaan bencana tapi semua keuntungan ini sekarang sangat terancam.

Dengan keadaan tersebut, LWF akan terus bekerja sama dengan penduduk Sudan Selatan dan membangun ketahanan mereka dan kemauan yang kuat dan berharap untuk bisa bangkit melawan kritis.

Contoh Keuntungan yang Hilang

Anggota masyarakat yang berada di bagian timur Twic dan kabupaten Duk telah mendirikan lebih dari 80 asosiasi desa simpan pinjam (VSLA)atau kelompok yang membantu banyak keluarga untuk membeli makanan, membayar pendidikan anak-anak, perawatan kesehatan dan bahkan membuka usaha kecil untuk membuat mereka mandiri.

Dengan terjadinya konflik, uang yang mereka simpan yang mereka gunakan untuk menyelamatkan diri dengan menyewa mobil atau perahu untuk pergi ke tempat yang aman di Sudan Selatan atau negara-negara tetangga. Bertahun-tahun mereka telah menjalin hubungan dan menabung namun proyek skala kecil dan individu telah mengalami kemunduran besar. Bahkan ketika kembali berdamai, itu akan memakan waktu yang cukup lama untuk memobilisasi masyarakat yang rentan akan hilangnya aset penghidupan yang berharga.

Prioritas yang Mendesak

Pertengahan Mei 2014 mendatang, curah hujan di daerah tersebut akan mencapai titik tertinggi dan diperkirakan akan banjir hingga pertengahan Oktober. Oleh karena itu, bantuan untuk para pengungsi di pemukiman sangatlah penting untuk saat ini. Karena memindahkan barang dan penduduk sangat beresiko, mahal atau tidak mungkin mendapatkan jalan yang baik dengan cuaca buruk.

Beberapa masyarakat berinisiatif untuk membangun berbagai gugus tugas banjir yang akan memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki bagian tanggul yang rusak sepanjang 34 km untuk mencegah banjir yang datang dari Sungai Nil yang dapat menghancurkan pemukiman, lahan pertanian dan lahan penggembalaan ternak warga.

Hal ini terbukti pada Oktober 2013 ketika masyarakat tidak terkoordinasi untuk memperbaiki bagian-bagian tanggul di daerah Timur TWIC, air dari Sungai Nil membanjiri dataran rendah dan mnembuat ribuan keluarga mengungsi. Memancing di tanggul pelindung juga memberikan mata pencaharian alternatif untuk tempat bertumbuhnya tanaman sorgum dan tanaman pangan lainnya.

Sekolah juga terganggu karena sebagian besar sekolah-sekolah umum di daerah konflik tidak bisa melanjutkan sekolah di awal tahun ajaran pada bulan Februari. Dukungan LWF dalam fase darurat ini akan mencakup penyediaan bahan belajar dan mengajar bagi siswa dan guru.

Pengungsi juga akan menerima peralatan berkebun untuk membersihkan semak-semak di lapangan pemukiman, benih untuk ditanam dan perlengkapan melaut.

LWF menargetkan 15 ribu kepala rumah tangga di kabupaten Bor, Duk, Uror dan bagian Timur TWIC dengan bantuan langsung dan memberikan dukungan pemulihan selama masa krisis.

Menurut kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), diperkirakan 705 ribu orang telah mengungsi di Sudan Selatan sejak tanggal 3 Maret 2014 lalu dan 202 ribu orang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga. (lwf-assembly2003.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home