Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 11:34 WIB | Selasa, 22 Oktober 2019

Mahakam Hulu Gelar Festival Hudoq

Darmasius Apung sedang mengingat potongan kain warna-warni ke ranting bambu untuk digunakan Tari Nebeq dalam rangkaian Festival Hudoq Cross Border Mahulu 23-26 Oktober (Antaranews Kaltim/M Ghofar)

MAHAKAM HULU, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Kabupaten Mahakam Hulu (Mahulu), Kalimantan Timur, siap menggelar Festival Hudoq Cross Border, yang dijadwalkan 23-26 Oktober 2019.

“Untuk hal-hal besar dan urgen seperti persiapan para peserta tari, perlengkapan tari, kehadiran undangan, pemondokan tamu, dan transportasi, semua sudah siap dan terkoordinasi dengan baik,” kata Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mahulu, Kristina Tening, di Ujoh Bilang, Selasa (22/10/2019).

Satu hari sebelum pelaksana Festival Hudoq, kemeriahan tampak di sejumlah ruas jalan, terutama mulai pintu gerbang Mahulu di Pelabuhan Ujoh Bilang menuju lapangan, pusat festival digelar. Deretan umbul-umbul khas Dayak turut mewarnai jalan sebagai penanda adanya pekerjaan besar.

Umbul-umbul khas ini berasal dari kayu yang diraut sangat tipis sehingga membentuk mirip spiral memanjang sekitar 1 meter. Umbul-umbul ini diikat berderet dan menggantung pada tali memanjang yang disangga oleh tongkat kayu dari ujung ke ujung, sehingga selain memunculkan estetika juga menyerupai pagar pembatas di sisi kanan dan kiri jalan.

Dalam Festival Hudoq yang akan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan menari hudoq 24 jam ini juga akan ada hal baru, yakni Hudoq Nebeq. Nebeq merupakan bagian dari tari hudoq yang sejak zaman dulu telah dilakukan oleh nenek moyang dari Subsuku Dayak Bahau.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, nebeq hampir tidak pernah ditampilkan ketika digelar Upacara Hudoq, sehingga tahun ini tradisi tersebut akan disajikan kembali untuk memeriahkan Festival Hudoq, karena dalam nebeq terdapat banyak warna yang disuguhkan.

Nebeq merupakan rangkaian pengiring tari yang biasanya dilakukan kaum hawa, yakni para wanita membawa bagian atas bambu yang rantingnya tidak dipotong, hanya daunnya yang dihilangkan.

“Semua ranting tersebut kemudian dihiasi dengan potongan kain warna-warni yang diikatkan pada ranting bambu sehingga terlihat meriah, kemudian dibawa keliling mengikuti penari hudoq. Inilah yang membuat suasana yang mistis namun menarik, akan lebih menarik, bahkan lebih semarak lagi,” ucap Tening.

Sementara itu, Pengurus Dewan Adat Dayak Kabupaten Mahakam Ulu, Darmasius Apung mengatakan Tari Nebeq merupakan bagian dari Tari Hudoq yang berfungsi sebagai pengiring, yakni kaum ibu membawa nebeq (bambu yang digantungi hiasan kain warna-warni) sehingga adanya nebeq akan makin menyemarakkan suasana.

"Tari Nebeq ini hampir punah karena sangat lama tidak ditampilkan, bahkan generasi muda mungkin ada yang tidak tahu. Atas dasar itu, kemudian Pak Bupati (Bonifasius Belawan Geh) minta dimunculkan Tari Nebeq dalam festival ini. Semoga kemunculan yang diawali tahun ini, untuk selanjutnya akan tetap lestari," kata Apung. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home