Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:34 WIB | Jumat, 09 Oktober 2015

Mahasiswa UMY Gagas Laundry Ramah Lingkungan

Mahasiswa UMY ciptakan laundry ramah lingkungan. (Foto: umy.ac.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Di zaman yang serbasibuk seperti sekarang ini gaya hidup masyarakat cenderung menginginkan segala sesuatu bisa dilakukan dengan praktis dan hemat waktu, termasuk salah satunya mencuci pakaian.

Saat ini mencuci pakaian di tempat layanan mencuci pakaian (laundry) sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa. Namun, pelaku usaha laundry justru belum menyentuh aspek pemeliharaan lingkungan dari mulai limbah deterjen yang menimbulkan pencemaran lingkungan, hingga pengepakan yang menggunakan plastik, yang berarti menambah kuota sampah anorganik dan sulit terurai.

Dengan mempertimbangkan peluang bisnis jasa cuci pakaian yang kian prospektif, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang beranggotakan Hangga Agung Bramantyo, Merli Nur Atiqah, Al Hikmatu Layla Hasanah, Talitha Andwi Aswari, dan Bagus Triaji, membuat usaha laundry “Ecoly”, Ecotrash Laundry, sebagai usaha laundry yang mengusung misi kepedulian terhadap lingkungan.

Seperti diungkapkan Hangga pada Senin (5/10), “Segala inovasi yang diterapkan dalam laundry ini memiliki andil nyata terhadap pemeliharaan lingkungan hidup, dari mulai deterjen ramah lingkungan dari sari lerak yang mempunyai nama ilmiah Sapindus rarak, maupun inovasi-inovasi lain seperti pengepakan yang tidak menggunakan plastik namun laundry bag yang sifatnya dapat digunakan kembali dan ramah lingkungan.

"Sekaligus inovasi pembayaran melalui gerakan menabung sampah (trash saving payment) bekerja sama dengan bank sampah yang menarik konsumen,” katanya.

Hangga menambahkan, secara umum alur kerja sama trash saving payment yang akan dilakukan melibatkan bank sampah sebagai wadah untuk menerima sampah yang dihasilkan dari transaksi awal di laundry, yaitu dibuka sistem pembayaran loket cash dan pembayaran loket trash.

“Singkatnya bank sampah berperan sebagai penadah, sementara kami adalah penyalur sampah dari masyarakat, manajemen pengolahan sampah sampai menjadi produk daur ulang diserahkan kepada bank sampah. Yang perlu ditekankan usaha ini bukanlah usaha pengelolaan sampah. Ini adalah usaha yang menghasilkan profit dari menabung sampah. Keuntungan didapat dari akumulasi sampah konsumen, yang kemudian kami alihkan ke bank sampah. Sementara pengelolaan sampah dilakukan oleh bank sampah sendiri,” katanya.

Sistem manajemen yang digunakan dalam sistem laundry ini sama dengan bank sampah, yaitu dengan cara menabung sampah.

“Pelanggan yang datang kepada kami akan kami beri buku tabungan bank sampah. Nantinya saldo yang terkumpul dari hasil menabung sampah menjadi saldo yang digunakan mereka untuk mendapat jasa laundry. Jika jumlah cucian konsumen melebihi saldo yang tertera dalam buku tabungan, akan dikenakan biaya tambahan,” katanya.

Menurut Hangga, dengan diterapkannya program ini, laundry Ecoly dapat terus menjaga eksistensi dan melebarkan usaha dalam skala nasional mengingat potensi usaha tersebut dapat masuk dalam pasar waralaba Indonesia dan dapat direplikasi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Pada sisi lain usaha ini merupakan perpanjangan tangan dari program edukasi pemerintah yaitu bank sampah. Semakin banyak usaha semacam ini, semakin berkurang pula masalah sampah di Indonesia.

Tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan, program bank sampah juga mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat bawah, sehingga diharapkan kesejahteraan dan juga edukasi masyarakat dapat terwujud.

Program ini sekaligus diharapkan menjadi motivator, agar muncul usaha-usaha lain yang bukan hanya berorientasi pada profit, namun bagi keberlanjutan lingkungan dan manfaat sosial.

Program laundry “Ecoly” Ecotrash Laundry ini, sebelumnya merupakan program PKM-K (Kewirausahaan) yang telah mendapatkan dana hibah dari Dikti (Direkorat Perguruan Tinggi). Inovasi laundry ramah lingkungan ini mengantar Hangga dan kawan-kawan ke ajang Pimnas ke-28 yang tahun ini digelar di Universitas Halu Oleo di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 5-9 Oktober 2015. (umy.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home